Arisan Keluarga Bani Ma'ruf

95 2 0
                                    

"Brak..brak...brak....rak...brak..brak..."

"Laila...bangun, perempuan jam segini belum bangun itu perempuan model apa kamu ini, bangun.....jam segini belum bangun, trus kamu sholat shubuh jam berapa?" suara pintu kayu di gebrak-gebrak di barengi suara seorang perempuan berusia 65 tahun ke atas itu mengagetkan Laila yg tengah menjemur baju di halaman belakang rumah.

Solik yang tengah memotong sayur di dapur rumahnya saling pandang dengan Laila lewat jendela, baru jam enam kurang seperempat sudah ada keributan, ia pun langsung berlari mencari sumber suara.

Bara yang awalnya masih tertidur sontak langsung menangis karna kaget "aaaa Bunda.....bundaaaa" tangis Bara
Laila langsung berlari menghampiri Bara dan mencoba menenangkan dengan menggendongnya, suara pintu di gedor-gedor sama suara Sang Ibu mertua juga masih terdengar riuh di depan rumah. Sambil menggendong Bara yang menangis, Laila buru-buru membuka pintu...

"Assalamu'alaikum Mak..." Laila segera menyapa begitu pintu terbuka dan menyalami tangan mertuanya itu.

"Salam...perempuan jam segini belum bangun itu apa yo istri, ibu rumah tangga yang baik...heran aku, kok anak ku mau nikah sama kamu itu lho, mau jadi apa rumah tangga ini kalau yang perempuan aja kaya' gini" cerocos Saroh, ibu Arul

"Ealah Mbah...tak kira siapa?bikin kaget aja" kata Solik nyamperin Saroh, bahkan di tangannya masih memegang pisau sama wortel, saking tadi buru-buru terbawalah dua benda itu

"Iya Mbak Solik...lagi masak to? ini lho..mbangunin Laila...jam segini pintu masih di kunci pasti dia masih tidur di dalam, pasti juga belum sholat shubuh ini" sahut Saroh. Laila geram..tapi masih sibuk menenangkan Bara yang masih sesenggukan.

"Yang tidur itu Bara Mbah Saroh, Laila njemur baju di belakang sana sambil ngobrol sama aku lewat jendela, aku masak di dapur, kan sebelahan" bela Solik.

"Iya to??tak kira belum bangun" jawab Saroh tanpa rasa bersalah

"Tadi habis shubuh saya sama Laila juga jalan-jalan sekalian beli sayur di warung pojok sana, pintu di kunci itu karna Laila di belakang, sedang Bara masih tidur, takut ada orang nyolonong masuk atau Bara bangun tapi langsung keluar rumah nyari ibu nya" terang Solik

"Oh..."

"Ada apa to Mak pagi-pagi kok sudah kesini??" tanya Laila

"Cuma mau ngingetin kamu, jangan lupa nanti nganterin arisan jam sembilan"

"Iya Mak...aku inget kok, makanya mumpung Bara tidur tadi aku buru-buru masak sama nyuci, biar nanti Bara bangun langsung sarapan terus siap-siap arisan" kata Laila

"Ya sudah kalau gitu, tak pulang" katanya

"Dianter ya Mak.." tawar Laila

"Ndak usah, tak jalan kaki ae" kata Saroh lalu keluar dari rumah Laila. Jarak rumah Saroh dan menantunya memang tidak jauh, kira-kira hanya 150meter, jalan kaki pun tidak terlalu capek.

"Mbah Saroh...wa'alaikum salam" sindir Solik sambil cengengesan.

"Hahahaha...Assalamu'alaikum...wa'alaikum salam...gini ni lho Mbak Solik, sudah tua, sudah pikun" kata Saroh sambil terus berjalan entah apa lagi yang di omongin Solik dan Laila tidak mendengar dengan jelas.

"Mbah mu pagi-pagi udah bikin huru hara Ra.." kata Solik pada bocah yang sudah tenang dalam pangkuan ibunya itu.

"Gitu-gitu bestie mu Mbak" canda Laila

"Mertua mu tu.." Solik ndak mau kalah

"Ah...sudah-sudah...ayo lanjut lagi ke belakang, klo disini terus ndak bakal selesai-selesai kerjaan kita, bisa ada kiamat nanti" kata Laila

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang