Jangan melahirkan disini

88 2 0
                                    

Laila POV

Hari ini cuaca sangat cerah, cenderung agak panas, aku, Mbak Solik dan Pak Alim punya agenda rutin dikala bersantai, kita lesehan di teras rumah ku. Kebetulan rumah ku ini peninggalan almarhum nenek, orang tua ibu ku juga Pak Alim, rumah joglo yang agak tinggi, jadi angin juga lumayan sepoi-sepoi berhembus, apalagi ada pohon sirsak yang rindang di halaman agak mepet ke teras, jadilah teras ku tempat strategis untuk bersantai dengan udara sejuk dan terlindung dari sengatan panas matahari.

Musim mangga ini membuat pohon mangga di halaman Mbak Solik memanjakan kami, kapan pun pingin ngerujak tinggal petik aja. "Wah...enak nih panas-panas ngerujak sambil nge es bareng" Bu De Suri kakak pertama ibu ku datang ikut nimbrung.

"Ayo-ayo De..ngrujak" kata ku

"Sini Mbak, seger banget rujaknya" Mbak Solik berpromosi. Akhirnya Bu De Suri pun ikut ngeleset diteras sambil nyocolin buah ke bumbu rujak.

Tak berapa lama, emak, ibu Mas Arul datang menghampiri kami.
"Sudah hamil tua, jangan banyak-banyak makan rujak, sama minum es nanti bayi nya besar di dalam, susah buat ngelahirin" kata emak. Aku dan Mbak Solik saling lirik.

"Dari mana Mbah...kok panas-panas gini jalan-jalan?" tanya Pak Alim mengalihkan pembicaraan.

"Dari rumah Kang, pingin jalan-jalan biar nggak dirumah terus" kata emak "Bara mana La?" tanyanya.

"Itu di dalam, mainan sama Trisna sama Putri Mak" kata ku

"Karpet yang buat tingkepan udah di cuci La?" tanya emak melihat tumpukan karpet di pojok ruangan. Itu memang karpet emak, yang di pinjam Mas Arul buat tingkepan kemarin.

"Sudah Mak, kenapa ya Mak?"

"Nanti kamu pulangin kerumah ya!" perintah Emak

"Iya Mak...mau ada acara to?acara apa Mak??kapan?" tanyaku.

"Ya nggak ada acara sih"

"Oh...kalau gitu biar disini aja dulu ya Mak, biar nanti pas lahiran ndak usah pinjem lagi ngambil kesana" kataku meminta ijin.

"Lhoh...kamu mau lahiran disini? siapa nanti yang bakal ngurusin kamu" sanggah Mak, jujur aku kaget dengan kata emak barusan. "Jangan lahiran disini, lahiran saja sana dirumah ibu mu, aku sudah tua, repot sendiri, ndak mau aku ngurusin kamu lahiran nanti" putus Emak

"Gimana to Mbah, wong lahiran dirumah sendiri kok nggak boleh?" jawab Pak Alim

"Yang bakalan ngurusin itu lho Kang nggak ada"

"Laila disini banyak keluarganya Mbah" jawab Bu De Suri "Lha Njenengang anggap kami ini bukan keluarganya Laila, Mbah Saroh ndak mau ngurusin, ada kami kok yang bakal bantuin Laila, ndak perlu khawatir" lanjutnya

"Terserah saja, aku nggak mau repot pokok nya, ya wes aku mau pulang, inget ya La..anterin karpet sama motornya sekalian kerumah selatan, orang tua itu meskipun nggak punya harta banyak, tapi kalau punya harta, akan jauh lebih tenang hidup bersanding dengan harta bendanya"
Emak sudah berdiri mau pergi.

"Motor juga Mbah, emang siapa yang mau makai?Mbah Saroh dan Mbah Haji kan nggak bisa naik motor?" tanya Mbak Solik mengabaikan cubitanku menyuruh diam biar nggak panjang debatnya "toh yang ngantar kemana-mana juga Laila, apa salahnya motor biar disini" imbuhnya.

"Ya kalau nanti kan aku tinggal manggil Laila, biar Laila jalan kaki kesana, hamil tua kan bagus kalau banyak-banyakin jalan kaki" Emak meninggalkan kami tanpa salam.

"Mau tak antar dulu Mak" tawar ku, gantian Mbak Solik yang mencubit ku, bagaimanapun aku nggak tega membiarkan emak jalan kaki panas-panas gini.

"Ndak, aku mau mampir ke rumah Pak De Huri" teriak emak dari jalan.

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang