"Assalamu'alaikum Mas..., lagi apa?" tanya Laila ketika sambungan telponnya di jawab sama Arul
"Nggak ngapa-ngapain...lagi istirahat, mau bikin mie buat makan, tapi masih males" jawab Arul enteng
"Kok bikin mie Mas...jangan sering-sering makan mie Mas, nggak baik lho buat kesehatan" ingat Laila
"Ya mau gimana lagi, kalau nggak ngirit, gimana mau ngumpulin uang? Kerjaannya berat, panas-panasan, gaji kecil" gerutu Arul
"Sabar ya Mas..."
"Enak aja sabar....coba kamu yang di posisi aku, bisa nggak sabar?" Arul terpancing emosinya "coba kamu dulu mau denger aku, gugurin kandungan kamu, kamu kerja jadi TKW keluar negri, pasti hidup kita jauh lebih baik sekarang, aku nggak perlu capek-cepek kerja kaya' gini"
"Astaghfirullah hal'adhim Mas...nyebut kamu,janin ini nggak salah apa-apa Mas, aku nggak mungkin tega membunuh darah daging ku sendiri, anak kamu juga Mas"
"Aku sudah bilang, aku ndak mau punya anak lagi, punya anak satu aja hidup susah, mau nambah anak lagi, mau nyetak hidup jadi kere?kalau dulu masih kecil kamu mau gugurin...namanya bukan membunuh" kata Arul kekeh.
"Ya sama aja Mas..."
"Jelas beda dong...dulu masih 2 bulan, masih berbentuk darah, aku tu capek tau hidup menderita begini, aku juga pingin hidup enak, di pandang orang dan nggak disepelekan orang lain"
"Yang nyepelekan kamu itu siapa Mas?? ndak perlu jadi kaya buat di pandang baik orang lain, cukup berbuat baik, jaga perasaan orang, jangan menyinggung orang lain, saling tolong...nggak semua nya di pandang dari materi"
"Omong kosong...kamu anak orang kaya, anak kepala sekolah, jadi nggak ada yang ngremehin kamu, lha aku??orang tua ku biasa aja hidupnya, sekolah SMA aja nggak lulus, bahkan keluarga ku sendiri aja ngremehin aku, untung kamu dulu tak larang nyelesaiin skripsi mu, kalau sampai kamu jadi sarjana sedang aq lulusan SMP, pasti orang semakin ngremehin aku"
"Kamu salah jika berpikiran seperti itu Mas...."
"Ah...sudah lah, aku ndak mau tau, pokok nanti setelah melahirkan, kamu harus jadi TKW, cari duit yang banyak, TITIK" Arul langsung memutus sambungan telpon dengan marah, sedang Laila menahan tangis dan juga emosi.
Sakit hati rasanya ketika anaknya tak diinginkan oleh lelaki yang harusnya menjadi pelindung mereka. Apa salah Laila mempertahankan janin yang tidak berdosa itu, meskipun ketika Arul meminta untuk menggugurkannya masih di usia 2 bulan kandungan, tapi bukankah itu titipan dari Allah yang harus mereka syukuri dan harus di jaga, kenapa Arul dengan tega ingin membuangnya??tidak takut dosa kah??
Lalu salahnya di mana Laila hamil?dia punya suami, suami yang tak pernah bosan menjamah tubuhnya setiap waktu, setiap saat. Mau KB suntik 3 bulan sekali pakai uang sendiri pun harus sembunyi-sembunyi dari Arul, karna pasti uang yang ada di minta. Lalu Laila juga bisa apa?menurutkan hati...Laila juga belum ingin memiliki momongan lagi, tapi kalau Allah sudah memberi haruskah Laila mengkufuri???Sedang di belahan dunia yang lain, Arul sangat emosi pada Laila yang menurutnya tidak sepandangan dengan pikirannya. Menganggap Laila membangkang dan tak menuruti lagi kemauannya.
"Kenapa to kok ngomel-ngomel ndak jelas kamu ini" tanya Rendi.
"Sebel aku sama istriku, sekarang udah mulai berani nglawan mau ku" kata Arul
"Maksudnya gimana?" Rendi mulai kepo
"Dia nggak mau tak suruh jadi TKW"
"Lha kan katanya istrimu guru...ngapain mbok suruh jadi TKW?"
"Ck....jadi guru PAUD berapa sih gajinya, nggak bakal cukup buat makan"
"Lha terus??wong yo istrimu lagi hamil gitu, paling nggak kan nunggu anak mu lepas ASI kalau mau istrimu ke luar negri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Super Pelit
Короткий рассказLaila Maulidia (27), istri dari seorang Syahrul Ulum (31) atau Laila sering memenggilnya "Mas Arul", harus menghadapi sifat super pelit suaminya, mencoba selalu mempertahankan rumah tangganya demi anak dan juga perasaan orang tua serta mertuanya. Se...