Idul Fitri Pertama Arshaka

51 4 0
                                    

Laila pov

Rasa sakit di sekujur badan ku membuat aku enggan untuk bergerak, bahkan hanya untuk sekedar bergeser atau mengganti posisi tidurku. Tapi sayup-sayup terdengar suara tangis bayi yang aku yakini adalah putra kecil ku memaksa aku untuk beranjak dari tidur ini. Tak sampai hati rasanya mendengar tangisnya yang ntah sudah berapa lama? pasti bayi ku itu kehausan, biasanya dua jam sekali aku bangunin untuk mengASI. Dan pasti ini juga sudah shubuh karna banyak terdengar suara takbir bersahutan di mushola-mushola juga masjid-masjid sekitar.

"Sudah bangun La...? gimana kondisi mu?" tanya Mbak Solik yang masih menatapku iba.

"Aku mau balik dulu Mbak...Shaka kaya'nya nangis..." jawab ku. "Aku juga harus bikin berkat genduri, belum nyiapin mie goreng sama telurnya"

"Kamu nggak usah bikin deh, ini aku udah bikin banyak banget kok, cukup untuk berkat dua" kata Solik lalu buru- buru mengambil mie dan telur goreng di taruh di piring.

"Makasih ya Mbak....aku nggak tau apa jadinya klo aku nggak punya Mbak Solik disini" aku menangis mememeluk Solik.

"Sabar ya La...semua pasti ada hikmahnya" jawab Solik balas memelukku, aku mengangguk dalam pelukannya. "Coba bicarakan pelan-pelan dengan orang tua mu, siapa tau ada jalan keluar yang terbaik untuk kalian" kata Mbak Solik.

"Iya Mbak..." jawab ku. "Makasih buat semuanya ya" kata ku.

"Ingat...kamu nggak sendirian, ada aku dan keluarga mu yang akan selalu membela mu" katanya. Aku mengangguk. "Ya sudah...pulang lah dulu, kasihan Shaka klo kelamaan menangis, klo Arul mau macam-macam lagi, berteriaklah..panggil kami ya" Mbak Solik, menyodorkan piring berisi mie dan telur goreng yang sudah di siapkan.

"Makasih...aku pulang dulu, aku juga takut Bara bangun, ntah udah di bersihkan apa belum pecahan-pecahan gelas sama mangkok semalam"

"Iya..." jawab Mbak Solik. Lalu aku keluar dari pintu dapur, kemudian kembali kerumah ku.

Jujur masih ada rasa takut untuk kembali kerumah kecil ini, tapi tangis Sakha yang tak berhenti membuat ku harus melawan rasa takut itu. Ku buka pelan pintu rumah, sudah tak ada pecahan gelas, rumah juga sudah terlihat rapi, kue-kue lebaran sudah berjejer rapi diatas meja dan karpet. Rumah juga harum apel..yang mungkin keluat dari obat pel juga parfum ruangan.

Setelah meletakkan piring di meja dapur, terdengar suara orang mandi di dalam kamar mandi samping dapur, segera aku berlari ke kamar, kulihat Bara sibuk menenangkan adiknya yang terus menangis.

"Bunda kemana sih lama sekali, kasihan Dek Sakha Bun..." kata Bara.

"Ma'af Sayang....Bunda tadi belanja buat berkat, sekarang Mas Bara mandi ya, ikut ke masjid Sholat Ied, habis itu genduri di Mushola" kataku. Bara menurut, mencium pipi ku dan mencium adiknya yang sedang menyusu dalam pangkuanku. Lalu segera ke kamar mandinya minta di mandikan ayahnya.

Setelah Sakha puas menyusu, ku siapkan baju lebaran hari pertama kami, seragam keluarga yang di siapkan oleh Bapak. Lalu aku juga menjerang air untuk mandi Sakha sebentar lagi, inginnya sih aku juga ikut Sholat Ied, meskipun Sakha masih kecil, tapi dia tidak pernah rewel jadi berani mengajak sholat Ied, berhubung kondisi badan ku terasa sakit semua, kubatalkan niat itu.

Mas Arul keluar dari kamar mandi bergandengan tangan dengan Bara, aku pun segera masuk ke kamar mandi, mandi besar, lalu buru-buru sholat, aku juga masih ingat aku belum sholat Isya'. Bismillah saja semoga Allah mema'afkan ke khilafan ku kali ini sholat Isya' di waktu Shubuh. Mau bagaimana lagi?

Shaka telah selesai ku mandikan dan ku dandani ketika ayah dan mas nya pulang Sholat Ied, Bara langsung berlari mencium tangan ku meminta ma'af, sungkem Idul Fitri seperti kebiasaan kami setiap tahunnya. Demi menghindari Mas Arul yang sedang memarkirkan motornya, akupun buru-buru ke dapur, menyiapkan berkat genduri juga kue bolu marmer kacang untuk mertua, karna Mas Arul gendurinya juga di Mushola milik keluarganya, di barat rumah emak.

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang