Bunda nukerin adik bayi

58 2 0
                                    

Sudah tiga hari Laila merasakan mulas seperti orang mau melahirkan, tapi rasa sakit itu tak bertambah semakin sering seperti biasanya. Laila juga sudah memberi tahu Arul agar segera pulang, tapi Arul menolak pulang dengan alasan tak punya uang, ketika di tawarkan transferan uang dari sang mertua, Arul menolak...dia lebih memilih bekerja dari pada menunggui sang istri menjalani proses melahirkan. Padahal Tante Laila yang di Sidoarjo aja malah antusias pulang menemani sang keponkan, padahal beberapa minggu lalu dia sudah pulang dan sekarang pulang lagi.

Setelah sholat dhuhur Laila kembali jalan-jalan mengelilingi ruang keluarga di rumah orang tuanya. Sudah 3 minggu Laila tinggal disana, dan ini sudah lewat 3 hari dari HPL nya. Sang Nenek Mbah Sri, ibu dari Madjid sudah bingung melihat Laila kesakitan ada juga Isna yang turut menunggui Laila, sedang Madjid masih asyik mengaji di meja bacanya yang ada di teras.

"Ibu mu ini kemana to??tau anaknya hamil besar kok ya di tinggal" gerutu Mbah Sri

"Masih nungguin anak-anak kemah Mbah...ntar lagi juga pulang" kata Laila duduk di kursi ruang keluarga ketika merasakan kontraksi.

"Mbok ya di suruh pulang to"

"Nanti dulu Mbah, kalau udah bener-bener sakit, ini aku masih kuat kok" kata Laila

"Bunda kenapa?" Bara datang menghampiri Laila sambil memandang wajah ibunya itu

"Bunda ndak apa-apa Nak..cuma sakit sedikit aja, Mas Bara mainan sama Mas Sahal sama Dek Nadia ya" kata Laila. Bara mengangguk, lalu pergi bermain lagi, setelah hilang rasanya sakitnya..Laila kembali berjalan-jalan mengelilingi ruang keluarga.

"Giman La?masih kuat??" tanya Titis pada Laila sambil memberikan teh anget buat Laila.

"Masih kuat kok Te" Laila tersenyum

"Arul kapan pulang, udah di kasih tau kan?" tanya Titis lagi.

"Udah Te, tapi kaya' nya nggak bisa pulang"

"Kok bisa?alasan ndak punya uang lagi?kan kita udah sanggupin biayanya" sahut Madjid. Laila diam

"Halah...dia ke Bali itu pasti niatnya nggak buat kerja, tapi ngindarin tanggung jawab buat kelahiran anaknya, dasarnya aja suami ndak punya tanggung jawab" Titis mulai jengkel. Titis mengelus punggung Laila ketika Laila merasakan kontraksi lagi. "Kebidan aja yuk La" ajak Titis

"Nanti aja Te...masih kuat kok, takut kelamaan nanti di bidan, rikuh" kata Laila.

"Djid...jemput aja Rifa to, kasiha lho ini Laila" kata Mbah Sri

"Nanggung Bu'..satu jam jam lagi juga udah pulang, Laila masih kuat kan?"

"Masih kok Pak...biarin aja ibu nyelesaiin tugasnya dulu" jawab Laila.

"Semua keperluannya udah di siapin Mbak, kalau belum biar aku yang nyiapin" kata Isna

"Udah kok Na...itu di tas di kamar, kalau keperluan bayinya yang tas putih" jawab Laila.

Lalu dengan sigap Isna mengambilnya."Na, panggilin Emak mu sama Prih biar nanti nemenin ke bidan, nanti kalau Bu De mu Rifa udah pulang, biar langsung jalan saja" titah neneknya.Isna pulang langsung menjalankan tugasnya itu.

Benar saja, selang 1 jam , Rifa dan Zian datang, segera ia mengambil wudhu lalu sholat ashar, setelah sebelumnya mengelus perut Laila, "Ibu' sholat sebentar ya Nak, habis itu kita ke bidan" lalu dia sholat, setelah sholat semua keluarga sudah kumpul, dan meluncurlah mereka ke rumah bidan langganan Laila memeriksakan kandungannya.

Setelah di periksa bidan "masih buka 2 ya Mbak, sabar dulu..klo bisa di pakai jalan-jalan, kalau ndak kuat duduk aja, kaki bersila ya, itu membantu pembukaan lebih cepat, sambik atur nafas nya" kata bidan

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang