Mantan

61 3 2
                                    

Sebulan sudah berlalu, umur Arshaka sudah selapan atau 36 hari, setelah diadain tasyakuran untuk nya, waktunya Arshaka di ajak kirab, yaitu pindah atau menginap di tempat lain selain dimana selama ini tinggal. Laila mengajak Arshaka kirab kerumahnya, setelah kemarin segala sesuatunya di siapkan oleh Madjid, Rifa pun menemani Laila selama kirab disana.

Dirumah Laila ada 2 kamar, 1 kamar untuk Laila dan Shaka, sedang Bara tidur di kamar 1 nya bersama Rifa. Rencananya hanya 3 hari mereka tinggal di sana, banyak tetangga dan sanak saudara yang datang berkunjung menjenguk mereka ketika kirab. Shaka bocah tampan itu juga semakin gembul pipinya meskipun hanya minum ASI eksklusif membuat gemas semua yang datang bergantian ingin menggendong. Bara juga tak mau kalah menggelendot pada sang Bunda sambil sesekali menoel pipi adiknya.

"Adiknya di bawa Mbah Na pulang ya" kata Erna istri daru sepupu Rifa.

"Ndak boleh, ini kan adik ku" jawab Bara

"Mbah Na kan nggak punya adik, adik Shaka buat Mbah Na aja"

"Ndak boleh...pokokna ndak boleh, kalau Mbah Na mau adik bayi, sana ke lumah bu khoil nukelin adik bayi, Bunda juga kesana nukel adik bayina" kata Bara polos sambil bersiap menangis takut adiknya di minta. Kontan yang mendengarnya langsung tertawa.

"Mas Bara...ayo ikut Kakung" ajak Madjid

"Kemana Kung?" tanya Bara

"Ke Kunir foto copy..yuk" ajak Kakungnya.

"Tapi nanti beliin jajan ya Kung?" rayu Bara

"Iya..." dengan gembiran Bara segera berlari mengikuti Kakungnya.

"Arul kapan pulang Mbak?" tanya Farida

"Aku ndak tau Da, Mas Arul ndak ngasih kabar kapan pulang" jawab Laila

"Masa' sih nggak pingin lihat anaknya yang ganteng ini" kata Rinda mencium pipi gembil Shaka di pangkuannya.

"Pasti sudah lihat lewat HP lah...udah dikirimi foto kan?" kata Erna

"Sudah Bu De.." jawab Laila. Percakapan mereka terhenti ketika HP Laila di meja berbunyi "Mas Arul...tumben jam segini nelpon" gumam Laila

"Panjang umur, angkat La" kata Farida

"Assalamu'alaikum Mas" sapa Laila

"Wa'alaikum salam, aku sekarang udah di Malang, nanti jemput aku di Kunir"

"Mas Arul pulang?" heran Laila

"Kan udah bilang di Malang, ya berarti pulang dong, gimana sih kamu ini?" bentak Arul

"Iya Mas" jawab Laila, entah Arul dengar apa tidak, karna telpon udah di tutup sama Arul.

"Arul jadi pulang La?" tanya Yuni. Sebenarnya Yuni sudah tau, karna Kandar semalam sudah menelponnya, memberi tahu kalau Arul sudah berangkat ke Jawa jam 3sore waktu Bali

"Iya Mbak...sekarang masih di Malang katanya, nanti minta di jemput" kata Laila

"Kok aneh ya?" Yuni

"Aneh gimana Mbak?" tanya Laila.

"Biasanya Mas Kandar kalau pulang dr Bali itu, jam 6 pagi udah di rumah, selambat-lambatnya ya jam 8 lah, ini sudah jam 2 siang, kok Arul masih di Malang ya?" kata Yuni

"Mungkin jam bis nya nggak sama kaya' yang biasa Mas Kandar naiki Mbak" jawab Laila

"Setahu ku sih semua bis dari Bali berangkat dari sana hampir barengan semua, tapi ya ndak tau juga lah" kata Yuni.

"Sudah, syukuri saja...semoga selamat sampai dirumah" kata Erna.

"Aamiin" sahut yang lain.

###

"Telpon siapa Sayank??" tanya Hariani di samping Arul yang bersandar di ranjang salah satu kamar hotel melati di wilayah Blitar.

"Istri ku Yank...tak suruh jemput nanti sore" jawab Arul

"Emang nggak bisa apa kita nginep dulu hari ini, besok baru pulang gitu" rajuk Hariani.

"Sayank...lain kali aja ya kita nginepnya, kan kamu sendiri yang bilang, nanti sore sepupu suami nikah, kalau kamu ndak pulang, nanti banyak orang yang nanyaik kamu Yank..pasti juga nanti pas acara suami mu telpon atau video call, kalau tau kamu nginep di hotel, bisa repot Yank...nyari masalah namanya" jawab Arul.

"Iya juga sih..ya sudah tapi bener ya lain kali kita nginep, aku tu kangen banget lho Yank sama kamu...berapa tahun coba kita nggak ketemu, sekarang seneng banget bisa ketemu kamu lagi" jawab Hariani memeluk Arul mesra

"Aku juga kangen dan seneng banget bisa ketemu kamu lagi" jawab Arul membelai rambut Hariani, perempuan bertubuh sintal yang saat itu hanya memakai handuk melilit tubuhnya.

Hariani adalah salah satu mantan pacar Arul sebelum menikah dengan Laila. Hariani pun sekarang sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan berumur 2,5tahun, sedang suminya menjadi TKI di Malaysia sejak 5 bulan yang lalu. Mereka bertemu kembali di media sosial dan kembali melanjutkan hubungan cinta mereka diam-diam 2bulan terakhir via mess***er. Merasa kesepian karna LDR sama sang suami, juga masih sedikit ada rasa cinta untuk Arul, membuat Hariani tak bisa menolak rayuan Arul untuk kembali lagi menjalin cinta.

***

Bara sangat senang dengan kepulangan ayahnya kemarin sore. Apalagi Arul membelikan bakso favorite Bara ketika datang, senyum ceria tak pernah hilang menghiasi wajah bocah tampan itu. Tapi tidak dengan Laila, ntah kenapa hatinya begitu teriris melihat Arul hanya mau dekat dengan Bara, tapi sama sekali tidak mau menyentuh Shaka. Hanya dengan alasan bayi berusia kurang dari 40 hari itu tidak lucu sama sekali, sedang Bara sudah bisa diajak mengobrol.

"La...Bara udah tidur, Shaka juga udah tidur kan, ayo aku pingin" kata Arul menarik tangan Laila keluar dari kamar. Jam di dinding sudah menunjukkan jam sebelas malam.

"Ma'af Mas..tapi aku belum suci dari nifas Mas" jawab Laila.

"Nggak usah alasan deh" kata Arul yang sedang bernafsu setelah nonton film biru dari laptop nya.

"Aku ndak alasan Mas, aku bener-bener masih nifas" jawab Laila

"Aku ndak mau tau, pokoknya kamu harus ngelayanin aku sekarang" Arul menyeret Laila yang berontak ke ruang tamu.

"Tapi ndak boleh Mas, ini dilarang agama, dosa Mas" Laila memelankan suaranya takut membangunkan anak-anaknya.

Plak... pipi Laila terasa kebas akibat tamparan Arul.

"Lebih dosa lagi kalau kamu membangkang dari suami mu Laila" Arul semakin emosi, melempar tubuh Laila ke atas karpet sampai tubuhnya membentur tembok.

"Astaghfirullah hal 'adhim..." rintih Laila.

"Sudah berani kamu membantah aku hah?" Arul mendekati Laila, menarik daster rumahannya sampai sobek

"Jangan Mas..." kata Laila merintih, tapi Arul yang sudah kalap malah menendang punggung Laila, memukul berkali-kali dengan tangannya, tak di hiraukannya lagi tangis rintihan Laila memohon ampun, Arul terus memaksa Laila untuk melayaninya sampai nafsunya terpuaskan.

Laila terbangun dengan susah payah, mendengar tangisan Bara di sampingnya, seluruh badannya terasa remuk karena perlakuan Arul beberapa jam yang lalu, bersyukur Arul masih berbaik hati menyelimuti tubuh Laila yang polos saat pingsan tadi, sehingga Bara tak melihat kondisinya.

"Bunda...bangun, kok bobo' disini? Mas mau di kelonin Bunda" tangis Bara.

"Iya Mas...sebentar ya, Mas ke kamar dulu, nanti bunda susul dan kelonin Mas" jawab Bara menahan perih di sekujur badannya, diliriknya Arul yang sedang nyenyak tidur di sofa ruang tamu.

"Bunda ndak apa-apa?" tanya Bara, melihat bundanya meringis menahan sakit.

"Ndak apa-apa Mas, ya sudah Mas kekamar saja..nanti bunda nyusul ya Sayang" jawab Laila, Bara menurut dan kembali ke kamarnya.

Dengan susah payah Laila bangun, jalan tertatih-tatih menuju ke kamarnya, memakai baju ganti, lalu membersihkan darah-darah yang berceceran di karpet dengan tissue basah sambil menangis. Ini bukan sekali, dua kali, tapi Laila tidak bisa berbuat apa-apa. Laila hanya bisa berdo'a semoga Arul suaminya berubah menjadi lebih baik lagi. Laila sudah bertekad untuk selalu berjuang mempertahankan rumah tangganya, kendati pun sikap Arul sangat melukainya.

Suamiku Super PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang