Sejak hari itu, hari-hari Laila terlihat sangat sibuk sekali. Mengurus dua balita dan membuat kue bukan pekerjaan yang mudah di lakukan bersamaan. Mengupas biji-biji kacang tanah saja membutuhkan waktu tiga hari sendiri, itu pun sudah di bantu oleh Solik, Arul sendiri jarang membantu, dia sibuk dengan dunia nya sendiri bermain audio musik atau bermain game di laptop nya.
Belum lagi Laila juga harus melayani Arul setiap sang suami menginginkannya tak perduli waktunya. Tak pernah peduli tangis sakit Laila, dan hampir setiap hari Laila dipaksa membatalkan puasanya karna kelakuan Arul yang tak pernah mau terbantahkan.
Semua kue itu akhirnya siap di ambil tepat sehari sebelum hari Idul Fitri. Empat macam kue dari 7kg kacang tanah, 2,5 kg untuk kue kacang jadul, 2kg untuk cookies kacang, 1,5kg untuk lontong kacang, dan 1kg untuk kacang coklat. Semua nota pembelian bahan juga sudah di lampirkan Laila, sedang untuk tenaga Laila, Hadi memberinya upah 250ribu dan tentu saja itu masuk ke kantong Arul yang berjanji akan membelikan baju untuk Bara dan Shaka.
Untung saja Laila juga sempat sekalian membuatkan kue kacang, kacang coklat juga cookies untuk dirinya sendiri, sang ibu...juga tak lupa untuk Solik. Setelah menerima uang dari Hadi, Laila segera mengantar kue-kue untuk Rifa, membantu membersihkan dan menata rumah serta kue-kue di meja, setelah sholat maghrib, sambil lihat takbir keliling mereka membeli baju lebaran untuk Bara dan Shaka.
Madjid juga sudah menyiapkan baju baru untuk semua cucu-cucunya, seragam keluarga juga untuk semua anggota keluarga yang sudah dewasa, jadi Arul merasa tak penting lagi beli baju lebaran untuk Laila, sedang untuk dia sendiri...Arul sudah membelinya ketika di Bali, jadi Laila tak tau kalo suaminya sudah membeli baju lebaran sendiri.
"Mas tolong nanti kelonin Bara ya, aku mau siap-siap bikin kue marmer kacang pesenanmu sama masak buat genduri besok pagi" kata Laila sepulang mereka belanja, Shaka pun sudah tertidur nyenyak sejak di jalan tadi, dan sudah Laila tidurkan di kasur kamarnya.
"Hmmm..." jawab Arul.
"Jangan lupa nyalain obat nyamuk Mas" pesen Laila lagi.
"Crewet amat sih...iya...iya...." jawab Arul.
Lalu Laila sudah sibuk kembali di dapur mengeksekusi semua bahan-bahan yang di perlukan. Kalau boleh jujur dan mengeluh, sebenernya Laila capek sekali, kakainya terasa sangat pegal dan panas, tapi bagaimana lagi, semua bahan itu tidak akan menjadi makanan bila tidak diolah oleh kedua tangannya. Tekad Laila cuma segera menyelesaikan semua biar dia juga cepat bisa istirahat.
Jam menunjukkan angka setengah satu dini hari, ketika Arul terbangun dari tidurnya, dia melihat sang istri masih berkutat di dapur, empat bolu kacang marmer sudah nangkring manis diatas meja.
"La....aku laper, bikinin mie dong" kata Arul
"Nasi, sambel goreng sama ayam nya sudah mateng Mas, Mas makan pakai itu aja ya...aku lagi nyuci perabot ini, biar nggak numpuk besok" kata Laila.
"Aku bilang bikinin mie ya bikinin mie, kenapa sih pakai bantah?" tanya Arul. Laila menarik nafas panjang menambah kesabaran
"Ya sudah...Mas mau mie apa? goreng apa kuah?" tanya Laila
"Kuah" jawab Arul singkat. Laila langsung mengambil air, memasaknya di atas kompor, membuat mie kuah isi sayur dan telur seperti yang biasa Arul minta sambil menyelesaikan cuci perabotnya. "La....udah belum sih, lama amat" teriak Arul
"Sebentar lagi Mas..." jawab Laila. Tak lama Laila membawa semangkok mie kuah ke hadapan Arul.
"Bikinin es teh" kata Arul mulai menyantap mie nya. Tak membantah...Laila segera menuruti perintah Arul. Lelah sebenernya, tapi Laila nggak mau cari masalah. Es teh tersaji, Laila kembali ke dapur mencuci panci kotor bekas bikin mie itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Super Pelit
Short StoryLaila Maulidia (27), istri dari seorang Syahrul Ulum (31) atau Laila sering memenggilnya "Mas Arul", harus menghadapi sifat super pelit suaminya, mencoba selalu mempertahankan rumah tangganya demi anak dan juga perasaan orang tua serta mertuanya. Se...