Arul pov
Menyebalkan sekali sih perempuan yang jadi istri ku itu, pagi-pagi sudah bikin mood ku ambyar saja. Sudah mulai jadi pembangkang dia rupanya. Apa sih salahnya nurut sama suami? jadi TKW kan nggak melanggar syariat agama? kenapa dia harus menolak, toh kalau perekonomian kami membaik, tentu dia juga kan yang akan menikmati kebahagiaan? tidak terus-terusan hidup dalam kemiskinan dan mengandalkan aku yang mencari nafkah. Dasar perempuan egois.
Terus salahku juga dimana meragukan hubungan dia dengan Dian, aku berbulan-bulan tidak di rumah, bisa saja kan dia berselingkuh di belakang ku? buktinya dia pakai repot-repot ngasih nama anaknya si Dian segala, lha wong ngasih nama anaknya sendiri aja minta bantuan sama mas ipar nya, sok-sok an ngasih nama anak orang lain.
Emak sendiri yang bilang kalau perempuan egois itu yang bantuin nyariin nama buat anak temen ku itu? dan Dian juga mengakuinya, terus kurang bukti apa kalau mereka tidak punya hubungan yang special? perempuan munafik.
Flashback on.
"Mak...selama aku di Bali, anak-anak sering main kesini apa nggak?" tanya ku
"Jarang Rul, yang sering ya Arif sama Sandik aja" jawab Emak
"Dian kok nggak pernah kelihatan selama aku pulang Mak? emang dia di rumah istrinya sana? nggak pernah jengukin orang tuanya?"
"Iya, dia di rumah istrinya, jarang kesini, lagian istrinya kan anak tunggal, enak hidup Dian di sana, anaknya juga belum ada tiga bulan umurnya" jawab perempuan yang melahirkan aku itu. "Kamu tau, wajah anaknya Dian itu, mirip banget sama wajah anakmu yang kecil, yang nyariin nama buat anaknya Dian juga Laila"
"Masa' Mak, emak tau dari mana?" tanya ku heran, jujur aku kaget dan ndak pernah dengar cerita ini sama sekali.
"Ye....pas sepasaran bayi emak sama Mamah kan jagong kesana, ya pasti lah emak tau wajahnya...istrinya Dian yang bilang kalau Laila yang nyariin nama buat anak mereka" kata Emak semangat "Jangan-jangan anak Laila yang kecil itu bukan anak mu Rul? tapi anaknya Dian, kalian kan dulu sering kumpul-kumpul bareng, siapa tau Laila memanfa'atkan waktu selingkuh sama Dian sampai hamil? apalagi anaknya mirip banget, sama sekali nggak ada mirip kamu waktu kecil" tanya emak.
"Lah Mak....ndak mungkin to Laila mau sama Dian, gantengan juga aku, masa' nyari selingkuhan lebih jelek dari suaminya Mak...." kata ku. Tak pernah terbesit dalam pikiran ku Laila bisa melakukan itu, ah....ndak mungkin kan?
"Terserah kalau kamu ndak percaya, coba lihat-lihat lebih teliti lagi anak mu yang kecil itu, mirip kamu dari mananya?"
Kalau di pikir-pikir iya juga sih, Shaka emang perasaan ndak mirip aku sama sekali, tapi menurut Laila...bocah itu mirip bapak ku, apalagi senyumnya. Tapi klo mirip bapak? masa' emak nggak menyadarinya? emak kan cinta banget sama bapak. Apa karna emak ndak suka sama Laila, jadi biar aku makin benci sama Laila? tapi masa' sih emak sampai setega itu main fitnah, fitnahnya selingkuh lagi, pasti ini ada yang nggak beres, harus tak cari tau ini.
Dan pucuk di cinta ulam pun tiba, sore hari nya Dian datang bersama teman-teman yang lain. "Hai Rul....weh pulang dari Bali mana nih oleh-olehnya?" tanya Dian padaku.
"Kemana aja kamu baru muncul?" jawab ku.
"Sibuk aku di rumah istri ku, kan tau sendiri, istri ku cuma tinggal sama neneknya, Bapak sama Ibu mertua semua merantau, sekarang punya anak kecil, wih ribetnya...setiap malam anak ku itu ngajakin begadang" kata Dian.
"Anak mu cewek apa cowok?" tanya Arul.
"Cowok, namanya Arya Yudha Bimantara, istrimu yang nyariin nama, aku sama istriku belum sempet jengukin anakmu, ntar klo udah tiga bulan, tak ajak kirab kesini sekalian jengukin anak mu" kata Dian.
"Kok bisa yang nyariin nama Laila?" selidik Arul
"Iya, pas waktu lahiran kan di RS Ananda sini, setelah anak ku lahir, aku kesini minta pinjem uang sama Bapak ku, terus nggak sengaja ketemu Laila dirumah Mamah mbak mu itu, dia lagi belanja, ya udah aku minta di cariin nama, istrimu kan anak kuliahan, cerdas lagi, aku cuma kepikiran nama Yudha, eh langsung istrimu kasih usul Arya Yudha Bimantara, bagus kan" jawab Dian semangat.
Aku kok merasa aneh ya, ngapain si Dian ini muji-muji Laila cerdas segala, bawa-bawa soal kuliah pula, bikin panas kuping aja, padahal Laila nggak sampai wisuda, skripsi bab 2 langsung tak hentikan, kalau sampai wisuda...bisa makin panas kuping ku denger pujian orang-orang, aku pasti juga semakin malu diremehkan orang-orang.
"Anak mu namanya siapa Rul?" tanya Dian membuyarkan lamunan ku.
"M. Arshaka...Shaka panggilannya" jawab Arul.
"Oh....eh...sore-sore gini enaknya nyilot yuk" ajak Dian.
"Nggak punya uang aku" kata Sandik
"Iya..lagi kismin ini" Arif menimpali
"Aku juga udah nggak punya uang Yan...ini uang ku tak pakai beli salon 22" empat sama laptop sama mixser yang lebih gede dari kemarin" jawab ku
"Wah...makin keren aja ini" kata Dian mendekati susunan salon ku yang ada di pojok ruang tamu ini, pasti aku semakin bangga dong. "Tenang, biar aku yang beliin cilotnya, San..Zal, kamu beliin cilot ya, kerumah Mbak Rob sana" kata Dian menyerahkan uang 50 ribu.
"Berapa nih? semua?" tanya Sandik
" Istrimu sama Bara di rumah sini apa di rumah mertua mu Rul?" tanya Dian. Hmmm kok malah nanyain Laila sih??
"Disini, kenapa?" jawab ku
"Ya...tak beliin sekalian sama Mbak Solik, ucapan makasih udah ngasih nama buat anak ku" kamu bilangin tuh sama Rizal...yang 15 ribu cilotnya suruh anter kesana, yang 35ribu bawa kesini, aku tu nggak bisa-bisa ngomong sama Rizal" kata Dian. Aku makin curiga aja ini, ya udah lah...toh duit-duit dia juga, aku ndak rugi apa-apa.
"Zal...." panggil ku dengan suara keras pada bocah yang emang budek ini. Setelah di colek Sandik dia menoleh "Beli cilot, di rumah Mbak Rob,..disini 35rb...15rb kasih Mbak sama adik" kata ku memberi intruksi padanya. Dengan kata dan bahasa isyarat yang aku bisa
"Ilot...ma blas ,bak adik, ini iga ima(cilot lima belas, mbak adik, sini tiga lima)" ulang Rizal
"Sip...Mbak Rob ya" kata ku lagi. Rizal ngangguk-ngangguk. "San...saosnya pedes ya, tapi di pisah aja, minta saosny jadi 2, buat Mbak e 1, sini juga 1" kata ku sama Sandik.
"Oke Boss" jawab Sandik.
Kenapa harus susah-susah juga menjelaskan juga ke Rizal, karna Rizal yang biss naik motor, sedang Sandik nggak bisa, dan pasti Sandik juga akan susah menerangkan ke Rizal kalau nanti sebagian cilotnya suruh nganter kerumah Laila. Masih untunglah Sandik ngerti duit, jadi nggak ribet-ribet nerangin. Lalu pergilah mereka berdua dengan motor si Rizal, sedang aku Dian dan Arif menikmati suara artis-artis dangdut lewat sound system ku.
Flashback off
Jambu alas kulite ijo
Sing di gagas uwes nduwe bojo
Ada gula ada semut
Urung rondo ojo di rebut
Aku menikmati suara musik dari yang asyik dari barang kesangan ku ini.
"Rul....Rul.....kecilin suaranya, pagi-pagi kok sudah berisik, nanti kalau banyak orang kesini bawa beras gimana?" teriak emak mengusik kesenengan ku
"Apa sih Mak???" aku sedikit mengecilkan volume sound ku
"Masih pagi Rul, jangan kenceng-kenceng, bapak mu masih ngaji itu lho, kok kebiasaan nyalain musik keras sekali, nanti klo ada orang kundangan kesini gimana?"
"Ya kan emak dapat beras gratis" jawab ku entheng
"Beras gratis gundul mu itu" jawab emak "kecilin, pagi-pagi bikin rusuh disini" emak pergi lagi ke dapur.
Alah bodo amat lah, mana enak dengerin musik dangdut pakai soun system segini banyak dengan suara kecil, dasar orang tua kolot, ribet amat sih. Ku puter lagi volumenya dengan suara yang aku inginkan, sambil tiduran di kursi yang aku siapkan di dekat peralatan ini, sambil chating sama para ayang lah. Ini salah satu syurga dunia hahahahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Super Pelit
NouvellesLaila Maulidia (27), istri dari seorang Syahrul Ulum (31) atau Laila sering memenggilnya "Mas Arul", harus menghadapi sifat super pelit suaminya, mencoba selalu mempertahankan rumah tangganya demi anak dan juga perasaan orang tua serta mertuanya. Se...