Flash back off
Sejak pagi setelah sarapan, Arul kerumah orang tuanya. Arul males dirumah sendiri khawatir di suruh momong anaknya. Makanya setiap habis makan dia lebih memilih di rumah orang tuanya, menyalurkan hobby ngurusin sound systemnya juga bisa lebih leluasa mau telponan atau chat dengan para gebetannya.
Dan pucuk di cinta ulam pun tiba, Hariani hari ini mengajak bertemu Arul untuk menumpahkan kerinduan mereka. Bahkan Hariani yang rela jauh-jauh nyamperin Arul dan chek in di hotel nggak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya butuh waktu 20 menit Arul sudah sampai di kamar yang Hariani booking.
"Sayank....aku kangen banget" sapa Arul melihat Hariani yang sedang duduk di depan meja rias, dia memeluk Hariani dari belakang dang menciumi rambut Hariani dengan penuh sayang.
"Aku juga Sayank..." jawab Hariani dengan mesra. "Tapi Sayank...aku nggak bisa lama-lama lho, nanti jam setengah tiga aku harus udah di sekolah jemput anak ku, jadi paling lambat jam dua kita harus check out ya" kata Hariani, Arul melirik jam dinding masih menunjukkan jam setengah 10 pagi.
"Iya Sayank...nggak apa-apa, udah bisa ketemu kamu aja aku udah seneng banget Sayank..." kata Arul
***
"Arul belum pulang?" tanya Solik sehabis sholat dhuhur setelah bangun tidur siang nyamperin Laila dirumahnya.
"Belum" jawab Laila
"Kok tumben ya, nggak ada suara musik??biasanya Arul kan nyalain musiknya kedengeran sampai sini, ngalah-ngalahin ada orang nikahan" kata Solik lagi menajamkan pendengarannya, tapi memang benar suara itu nggak ada.
"Palingan juga lagi tidur" jawab Laila.
"Walaupun tidur kan tetep suara musiknya ndak mati La"
"Bisa aja di matiin sama emak, kan tau sendiri emak kaya gitu"
"Iya juga sih..." kata Solik angkat bahu. "Rujak an yu'...Kanjeng Mu'alim kemana kok tumben ndak kelihatan"
"Paling masih istirahat, tadi kan rutinan Manaqib di Tulungagung"
"Wah, enak-enak jajanannya mah klo dari Tulungagung, yuk cap cuz yuk" ajak Solik untuk menyerbu rumah yang ada di depan rumah mereka.
"Yuk...mumpung Sakha juga masih tidur, bawa sini aja makan disini" jawab Laila, lalu keduanya langsung kerumah Alim.
Mereka bertiga emang seperti bestie meskipun status mereka keponakan sedang Alim dan Solik adalah ipar, hari-hari sering di lalui bertiga, membuat mereka lebih seperti sahabat sekaligus saudara. Masuk rumah, ambil makanan tanpa permisi bukan hal yang aneh buat mereka, apalagi rumah Alim yang tak pernah di kunci itu...siapa pun tinggal slonong aja.
Begitu masuk rumah lewat pintu belakang, terlihat oleh mereka sebuah tas berisi kotak nasi "berkat" yang Alim bawa dari Tulungagung, samar-samar terdengar suara Alim sedang mengaji "Kanjeng Mu'alim...berkat e tak bawa ke rumah Laila, klo udah selesai cuzz ya" teriak Solik.
Lalu mereka meninggalkan rumah itu dan menjinjing tas berisi nasi juga jajanan itu. Tak berapa lama, Alim pun segera menyusul mereka
"Tungguin woe" kata Alim
"Iya tenang...kita baru makan jajannya doang, nasinya masih nunggu yang punya" jawab Laila, dan berakhir mereka makan bersama.
***
"Sayank...aku duluan ya, aku udah telat" kata Hariani buru-buru melihat jam sudah menunjuk jam 2 lebih 10 menit.
"Tapi Yank...aku masih kangen" kata Arul
"Lain kali lagi deh, nggak ada yang bisa jemput anak ku soalnya" kata Hariani.
"Ya udah klo gitu, tapi aku masih capek dan ngantuk banget Sayank...bisa nggak tuker KTP mu pakai KTP q di resepsionis, aku mau tidur disini dulu, males mau pulang, berisik anak-anak dirumah, nggak bisa tidur nyenyak" Arul mengulurkan KTP nya.
"Iya Sayank...tak pesenin makan siang sekalian dari hotel ya, dan ini uang buat beli bensin nanti, hotelnya udah aq bayar" kata Hariani meninggalkan tiga lembar uang berwarna merah, mencium bibir Arul sekilas lalu buru-buru pergi.
Senang sekali hati Arul, sebagai cowok harusnya dia yang keluar uang, tapi malah dia yang dapat uang, dapat enak, makan di bayarin juga. Hariani emang baru dapat transferan daru suaminya, jadi ingin berbagi kebahagiaan dengan Arul sang kekasih hati.
Sambil tiduran di kamar hotel, Arul berselancar di media sosialnya. Lalu teringat seorang kenalan yang bekerja di lokalisasi di dekat hotel itu, coba-coba Arul chat perempuan bernama Ayu itu, mumpung hotel ada yang bayarin juga, siapa tau Ayu bersedia datang. Dan beruntung bagi Arul, Ayu bersedia datang ke hotel itu dengan tarif 100rb setengah jam lagi, karna Ayu masih akan mandi katanya. Bagi Arul tak masalah, toh dia juga baru saja menuntas kan hasratnya kepada Hariani, menunggu 1 atau 2 jam justru membuat dia mendapat waktu untuk memulihkan tenaganya. Menikmati makan siang dari hotel yang di pesan Hariani, lalu Arul lekas mandi menanti kedatangan Ayu.
###
"Ibu....Kakung" teriak Bara yang habis mandi terlihat ceria melihat Rifa dan Madjid datang sore itu.
"Assalamu'alaikum..." salam keduanya.
"Wa'ayaikum calam" jawab Bara
"Bunda mana?" tanya Rifa.
"Bunda mandi, adik bobo'.."
"Mas Bara sudah mandi?" tanya Madjid
"Udah hayum...cium Kung" Bara menunjuk dadanya.
"Hmm harumnya, pinter cucu Kakung, tuh di bawain bakso sama Ibu'..." jawab Madjid
"Horeeeeeeeeee...ma acih" kata Bara senang.
"Ayah mana?" tanya Rifa, Bara angkat bahu menandakan jawaban tak tahu.
Tak berapa lama, Laila datang dari kamar mandi. "Assalamu'alaikum Bapak, Ibu'...udah lama?" Laila menyalami keduanya.
"Belum..." jawab Rifa.
"Mas Bara maem sama Ibu' ya, Bunda mau ganti baju dan sholat dulu" kata Laila di angguki Bara. "Aku sholat dulu ya Pak, Bu..." kata Laila masuk ke kamarnya.
Rifa mengambil mangkok di dapur sederhana itu, lalu menyuapi cucu lelaki tersayangnya. "Mas Bara nginep di rumah Ibu' yuk...Ibu' kangen sama Mas Bara" kata Rifa.
"Di beliin es kim?" tanya Bara
"Boleh, Mas Bara minta apa aja di beliin sama Ibu" jawab Madjid.
"Mau...dua ya" rayu Bara.
"Oke, tapi yang satu taruh kulkas dulu di maem besok ya, biar perutnya nggak sakit" kata Rifa
"Ote Ibu'.." jawab Bara bersemangat.
"Enak sekali, bunda nggak di kasih ini?" tanya Laila begitu keluar dari kamar menggendong Sakha yang baru bangun.
"Hallo adik Shaka...baru bangun ya, yuk sini gendong Kakung, biar bunda nya maem dulu" kata Madjid mengambil Sakha dari gendongan Laila.
"Maem mo dulu La, mumpung Sakha belum nangis" kata Rifa.
"Bapak sama Ibu' udah maem?" tanya Laila.
"Nanti aja di rumah, nanti Bara biar nginep dirumah ya...rumah sepi banget tau.." kata Rifa.
"Mas Zian kemana?"
"Tadi sih ke rumah mertuanya, tumben ndak kesini, biasanya klo Malam Minggu kan ngumpul disini"
"Mungkin besok Bu" jawab Laila
Pukul 22:00 wib Arul baru pulang ke rumahnya. Laila sudah tertidur pulas bersama Sakha. Sedang Bara ikut Kakung dan ibunya nginep di rumah mereka. Melihat istrinya sudah tidur dengan pulasnya, Arul masuk ke kamar Bara lalu memainkan ponselnya, menghubungi gebetan-gebetan yang ada di pulau dewata. Dan tak lama kemudian dia pun terlelap karna kelelahan.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Super Pelit
Cerita PendekLaila Maulidia (27), istri dari seorang Syahrul Ulum (31) atau Laila sering memenggilnya "Mas Arul", harus menghadapi sifat super pelit suaminya, mencoba selalu mempertahankan rumah tangganya demi anak dan juga perasaan orang tua serta mertuanya. Se...