4. Just Wanna Sleep

1.2K 109 9
                                    

Pagi ini terasa canggung bagi Rei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini terasa canggung bagi Rei. Di mana dia harus menyantap sarapan bersama Samuel dan Theo di satu meja yang sama. Ingatan tentang peristiwa semalam bahkan masih lekat di benaknya. Namun, dua orang di meja itu bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

"Bagaimana sekolah kamu, Rei?"

Pertanyaan yang sebenarnya terlontar dengan nada biasa saja itu sukses membuat si pemilik nama terlonjak.

"Oke, oke aja, Pa. There is nothing special," sahutnya tergagap.

Tatapan Samuel bersirobok dengan matanya, membuat bocah itu tanpa sadar menundukkan kepala. Meski Samuel tak pernah berlaku kasar padanya, tapi entah mengapa Rei masih sering merasa terintimidasi oleh tatapan itu.

"Baiklah, terus pertahankan prestasi itu. Papa bersedia jadi donatur di sekolah murahan itu karena kalian, meski ada banyak sekolah yang lebih mewah dan memiliki fasilitas lebih baik dari itu. Jadi jangan kecewakan saya," tukas Samuel.

Pria itu melanjutkan sarapannya seolah yang terlontar dari bibirnya bukan apa-apa. Hal itu membuat Rei semakin merasa tak enak hati. Padahal di samping cowok itu ada Theo, tetapi Samuel hanya mengajaknya berbicara dan mengabaikan Theo.

Tampaknya, Samuel masih kesal perihal semalam. Meski sebenarnya, Theo mengundang teman-temannya ke rumah adalah hal lumrah. Paling tidak seminggu sekali itu pasti. Dan ketika sudah seperti itu, Rei tak berani menginterupsi, bahkan terkesan abai. Karena jika sampai mengganggu keseruan mereka, Rei juga yang akan terkena amukan.

Sejauh ia bisa mengingat, Theo memang bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi. Bi Salma tidak pernah direpotkan, karena sang benar-benar membersihkan dan merapikan ruang tamu usai digunakan.

Namun, sialnya semalam Samuel datang di tengah acara. Alhasil hanya kekacauan yang pria itu lihat. Dan berdasarkan sifatnya, Samuel tidak bisa mempercayai kata-kata Theo begitu saja. Meski Rei ingin membela Theo, itu sama sekali tidak memperbaiki suasana. Dan pada akhirnya, dia hanya menjadi pengecut yang bersembunyi di balik dinding.

"Kenapa tidak dihabiskan?" tegur Samuel pada bocah yang kini sudah menggendong tas di punggungnya itu.

"Udah kenyang," sahut Theo. Remaja itu hanya melirik Rei sekilas, kemudian berlalu meninggalkan dua orang itu tanpa berpamitan.

Hal itu membuat Rei tanpa sadar menelan ludah. Ia jelas tahu jika Theo saat ini pasti tengah mati-matian menahan amarah. Di mana dia mendapati Samuel lebih memperhatikan Rei daripada dirinya yang berstatus anak kandung. Bahkan bisa dibilang, Theo satu-satunya orang yang memiliki darah Samuel di tubuhnya.

Seorang pewaris, begitulah predikat yang cocok untuknya. Namun, alih-alih mendapat perlakuan manis dari Samuel, pemuda itu justru sering berseteru dengan sang ayah. Sifatnya yang keras kepala dan cenderung memberontak sangat bertentangan dengan Samuel yang tegas dan benci seseorang yang tak bisa diatur.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang