Rosario + Kiva [END]

Chapter 47

ROSARIO+KIVA

Episode 47: Ratu yang Enggan

Sepanjang ingatannya, Mio Suzuki selalu sendirian. Dia tinggal sendirian di apartemen dan menghidupi dirinya sendiri dengan pekerjaan paruh waktu sambil tetap memiliki waktu untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, dia menjalani kehidupan yang sepi sampai Taiga Nobori datang ke mejanya untuk berbicara dengannya, menawarkan tangannya sendiri dalam persahabatan. Di sekolah mereka, dia juga tidak punya teman tapi dia punya banyak pengagum. Mereka iri karena kedekatan mereka tetapi Taiga berhasil melindunginya dari segala pelecehan. Dia bahkan diperkenalkan kepada saudara laki-lakinya dan teman-temannya sendiri juga. Taiga bahkan telah mengundangnya untuk makan malam beberapa kali, yang dia terima dengan senang hati.

Mio tidak terlalu yakin mengapa Taiga baru saja muncul dan mulai berbicara dengannya. Dia juga tidak tahu mengapa dia merasakan keberanian untuk terus bergaul dengannya meskipun gadis-gadis yang iri mencoba membuatnya mundur. Entah bagaimana, dia hanya tertarik padanya. Demikian juga, ketika sepertinya dia membutuhkannya, dia ada di sana. Mereka hanya terus menabrak satu sama lain pada waktu yang paling acak. Meskipun, Mio tentu saja tidak mengeluh karena Taiga sangat menawan dan sangat ramah. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah terbiasa dengan kehadirannya dan akan merasa sedikit hampa setiap kali dia harus pergi.

Namun, baru-baru ini, hal-hal mulai menjadi aneh baginya. Seorang pendeta telah mendekatinya, menawarkan nasihat yang masuk akal. Dia bahkan memberinya semacam pesona berupa gelang kaki yang dikenakannya di pergelangan kaki kanannya.

Mio tidak pernah memberi tahu siapa pun, tetapi dia mendengar suara aneh di kepalanya. Dia bahkan telah berbicara dengan suara itu beberapa kali. Namun, dia tidak pernah memberi tahu Taiga tentang hal ini. Dia takut dia akan menolaknya dan melabelinya sebagai orang aneh, tetapi kemudian segalanya menjadi lebih aneh. Dia mendapati dirinya sering pingsan dan setiap kali dia bangun, banyak waktu telah berlalu. Juga, dia memiliki mimpi aneh dimana dia membunuh monster yang hancur seperti kaca. Ini telah terjadi selama beberapa malam terakhir dan dia kurang tidur, takut untuk pergi tidur karena mimpinya menakutkan.

Dia masih menyimpannya untuk dirinya sendiri tetapi dia perlu berbicara dengan seseorang, seseorang yang mungkin mengerti. "Taiga-san..." ucapnya. Taiga mungkin bisa membantunya. Dia meraih mantelnya dan segera berlari menuju rumah Taiga. Dia tahu dia tinggal di Kurenai Manor.

"Tadah!" Kurumi berpose. Dia mengenakan pakaian pemandu sorak yang memiliki rok lipit pendek dan atasan tanpa lengan. Ada hati yang dipotong dari atas untuk mengungkapkan belahan dadanya dan itu ketat untuk memamerkan sosoknya. Dia melambaikan pompom di sekitar. "Beri aku K! Beri aku I! Beri aku V! Beri aku A! Mantra apa itu?" Dia melompat, roknya terbalik sebagai hasilnya dan kemudian berpose, mengangkat tangannya ke atas. "KIVA!"

Wataru tersipu saat bertepuk tangan untuk pertunjukan itu. Itu adalah awal liburan musim semi dan Kurumu tersenyum sebelum menempatkan dirinya di pangkuan Takdirnya. Dia sedang mengerjakan resep pernis ketika Kurumu memanggilnya, mengatakan bahwa dia ingin menunjukkan sesuatu padanya...dan itu mengarah pada penampilannya saat ini. "Jadi, apakah kamu punya hadiah White Day untukku, Wa-ta-ru~?" dia mendengkur. Dia kemudian didorong dari pangkuan Wataru oleh Moka berambut merah muda. "Oi, Moka!"

Capu-Chu!

Wataru menegang saat Moka menancapkan taringnya ke lehernya sebelum dia menarik diri, menjilati bibirnya. "Itu bisa dihitung sebagai hadiah Hari Putih, Wataru-kun."

Wataru hendak merespon tetapi kemudian Mizore menarik kepalanya ke kepalanya dan menciumnya dalam-dalam. Kurumu meraung, "HEI! BAGAIMANA DENGANKU!"

Mizore melepaskan ciuman itu, napas dingin antara dia dan Fandiri yang dia cintai. "Kau terlalu lambat," kata Mizore.