"YA TERUS GIMANA AJUN??? MAU CARI KEMANA BIBIT BUNGA MATAHARI MALEM-MALEM GINI?" kata Jessie emosi, tidak sadar suaranya sudah naik.
Ajun berkaca-kaca, kemarahan Jessie adalah kelemahan baginya. Ajun tidak masalah jika Jane, Rosie atau Lisa yang memarahinya asalkan jangan Jessie. Karena jika Jessie yang memarahinya, air matanya langsung keluar begitu saja. "Yaudah kak, biar aku di hukum aja besok." kata Ajun berbalik meninggalkan Jessie. Dia berjalan masuk ke kamar dan langsung mengunci kamarnya.
Jessie berdecak frustasi, "Ck, salah lagi." katanya. Jessie juga ingin rasanya menangis menghadapi sifat Ajun yang begitu sensitif.
"Kenapa kak?" kata Jane menghampiri Jessie. Bukannya menjawab, tangis Jessie malah pecah. Jane panik dan langsung merangkul Jessie, "Hey, kak, kenapa?" sambil menggerakkan badan Jessie.
"LISA... ROSIE..." teriak Jane memanggil si kembar itu. Tak lama kemudian Lisa menghampiri Jane dengan mata yang sudah sangat mengantuk dan selimut yang di bawanya. Tapi begitu melihat Jessie menangis, Lisa langsng terbangun. "Loh, kenapa kak?" kata Lisa bertanya pada Jane.
"Gue juga nggak tau, gue kesini gara-gara denger teriakan Kak Jessie, pas gue samperin malah nangis." kata Jane.
Jessie berhenti menangis, "gue nggak sengaja marahin Ajun. Dia minta tolong cariin bibit bunga matahari untuk tugasnya besok." kata Jessie sedikit terbata.
Jane mengangguk paham, "yaudah kak, ntar Ajun sama gue omongin. Temen lo ada yang jualan bunga nggak Lis?" tanya Jane.
"Nggak ada." kata Lisa.
Jane paham apa yang dirasakan Jessie, tidak mudah mengurus adik-adiknya sendiri. Apalagi Jessie berperan penting juga sebagai pengganti Ibu. "Udah kakak istirahat aja dulu, biar ini kita yang urus." kata Jane mengusap air mata Jessie.
Lisa terkejut, "KITA?"
Jane melotot memberikan isyarat. "Eh, iya kak, ntar ini kak jane sama gue aja yang urus." ucap Lisa pasrah. Jessie mengangguk lesu dan berjalan meninggalkan Jane dan Lisa.
"Rosie juga bangunin dong kak, biar adil."
Jane memutar bola matanya, "udah lah gue aja lo tidur sana." kata Jane malas dan berjalan kebawah menuju kosan babeh.
Lisa berdecak, bisa jadi perang dunia ke dua kalo dia balik tidur. Dengan terpaksa dia mengikuti Jane. Jane melihat lampu kamar lantai atas masih menyala, dan itu kamar Yuta.
Diikuti oleh Lisa, Jane berjalan menuju kamar Yuta. Setiba di depan kamar Yuta, Jane menoleh ke arah Lisa meminta bantuan.
"Apa? panggilin? lo kaya baru berapa bulan aja si kak sama anak kost, masa masih malu-malu." kata Lisa.
Jane menghela nafas panjang, dia juga tidak tau kenapa dilahirkan dengan sifat yang introvert. Dengan segala kekuatan yang dimilikinya, dia mengetuk pintu kamar Yuta, "Permisi, Yuta." kata Jane pelan.
Karna tidak ada jawaban, Jane memanggil lagi untuk kedua kalinya, "Yuta.. permisi."
Lisa geram, "minggir deh kak, manggil anak kost harus pake tenaga, mereka conge soalnya." alibi Lisa, padahal dia geram melihat Jane yang memanggil Yuta dengan suara yang sangat pelan.
Lisa bukan mengetuk tapi menggedor pintu kamar Yuta, "YUTA MASIH HIDUP NGGAK LO?" teriak Lisa.
Bukannya Yuta yang membuka pintu, malah jendela kamar David yang terbuka, "Lisa lo nggak tau jam berapa sekarang?" katanya sambil menongol dari jendela kamarnya.
"Jam 12 gue juga tau, cuma ini urusan mendadak."
"Kenapa?" kata David melirik ke arah Jane.
Jane menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Lo punya temen yang jual bibit bunga matahari nggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN BABEH
FanficKOSAN BABEH. Para Mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan Kosan yang satu ini. Selain banyak di gemari karena Babeh memiliki 4 putri cantik. Kosan ini juga dijuluki rumah untuk pulang. Rumah bagi mereka yang tidak tau rasa hangatnya sebuah rum...