Sudah dua hari Jessie baru tersadar kalo adiknya Rosie tidak pernah keluar kamar. Saking sibuknya dengan acara pensi di kampusnya, Jessie sampai tidak memperhatikan adik-adiknya. Jessie menghampiri kamar Rosie, mengetuk pintu Rosie. "Ci, belum makan kan?" kata Jessie dari luar kamar Rosie.
Karena tidak ada jawaban, Jessie membuka pintu kamar Rosie yang untungnya tidak di kunci. Jessie melihat Rosie sedang tertidur memeluk boneka kesayangannya. Jessie menghampirinya dan menyelimuti Rosie agar tidak kedinginan, kemudian Jessie mengusap rambut Rosie. Dia kaget saat tangannya menyentuh kening Rosie yang terasa panas.
Jessie juga memegang kedua pipi Rosie yang terasa panas, dia menepuk pipi Rosie pelan. "Ci, bangun."
Rosie mengerjapkan matanya perlahan, dengan samar Rosie melihat wajah Jessie dengan penuh ke khawatiran. "Eh, Kak Jessie." kata Rosie sambil tersenyum.
"Badan kamu panas, Ci, ayo ke dokter." kata Jessie khawatir.
Rosie yang awalnya tersenyum berubah cemberut, dia menggeleng pelan. Tiba-tiba saja air matanya jatuh, "takut, Kak." ucap Rosie bergetar.
"Takut kenapa? di suntik? engga, Ci. Kita cuma periksa aja nggak perlu di suntik." kata Jessie menyakinkan Rosie.
Rosie menggeleng, "dia. Dia datang lagi, Kak. Gue takut."
Jantung Jessie berdetak cepat, ekspresinya berubah menjadi datar. "Dimana?" Jessie emosi, pasalnya dia tau siapa yang di maksud Rosie. Dia mantan Rosie sewaktu SMA. Gibran Alaska, cowok yang sudah membuat Rosie sakit fisik maupun mental.
Awal pacaran Rosie dan Gibran memang baik-baik saja. Bahkan Gibran sangat sayang pada Rosie. Berjalan setengah tahun Gibran menunjukkan sifat aslinya, dia tidak suka melihat Rosie dekat dengan cowok lain, baik itu teman sekelasnya sekalipun. Sikap Gibran semakin parah saat Rosie ikut lomba menyanyi dengan teman cowoknya. Gibran semakin posesif, dia bahkan berani main tangan pada Rosie. Bisa di bilang Gibran terobsesi pada Rosie. Dia bahkan tidak sadar kalau telah menyakiti Rosie.
Ada satu titik dimana Rosie tidak kuat lagi dengan sikap Gibran padanya, yang pada akhirnya Rosie memutuskan Gibran secara sepihak. Rosie bahkan tidak masuk sekolah selama seminggu. Dia mengurung dirinya di kamar tidak makan dan minum. Sampai akhirnya Neney turun tangan dan melaporkan Gibran kepada pihak sekolah. Dengan bukti-bukti lembab biru pada tubuh Rosie yang akhirnya Gibran di keluarkan dari sekolah. Sedangkan Rosie, Lisa dan Jessie harus kembali pulang le Jakarta agar kesehatan mental Rosie cepat membaik.
Karena masalah inilah akhirnya mereka berkumpul kembali di Jakarta termasuk Jane yang sedang bersekolah di Bandung. Semua orang kecuali Jessie hanya tau kalau Rosie di bully oleh teman satu eskulnya padahal mantan pacarnya lah yang telah berbuat Rosie seperti ini.
Rosie menundukkan kepalanya, dia menghela nafasnya berat. Menceritakan semua kejadian malam hari itu pada Jessie. Bahkan sampai sekarang Rosie tidak berani membuka hapenya. Entah sudah ada berapa pesan masuk padanya.
Jessie menggigit bibir bawahnya geram, "lo nggak boleh takut, Ci. Orang kaya gitu harus dilawan." ucap Jessie kesal.
Rosie semakin menundukkan kepalanya, "nggak bisa, Kak. Tiap liat dia badan gue lemes." kata Rosie. Jessie mengembuskan nafasnya, "yaudah sekarang makan dulu aja ya."
Rosie mengusapkan air matanya di pipi dan mengangguk pelan. "Mau ikut atau gue ambilin aja?" Rosie menggenggam tangan Jessie, "i-ikut."
Masalah mogok makan Rosie emang jagonya. Dia bahkan kuat lima hari tidak makan. Tapi kemudian esoknya dia dilarikan ke rumah sakit.
Saat Rosie sedang asik menyantap makanannya sambil menonton Netflix. Jessie mengetikan sesuatu di hapenya. Mengirimkan pesan kepada seseorang.
Jessie : jay
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN BABEH
FanfictionKOSAN BABEH. Para Mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan Kosan yang satu ini. Selain banyak di gemari karena Babeh memiliki 4 putri cantik. Kosan ini juga dijuluki rumah untuk pulang. Rumah bagi mereka yang tidak tau rasa hangatnya sebuah rum...