Hujan semakin deras malam itu, suara petir menggelegar dari sudut langit. Membuat semua orang yang ada disana meringkuk ketakutan.
"Ayo dong nyalain genset aja." kata Rosie merengek ketakutan, dia masih memeluk lengan Jeka yang duduk di sampingnya.
Jhonny berdiri dengan senter di hapenya. "yaudah cepet siapa yang mau anter gue?" tidak ada yang menjawab, akhirnya David mengacungkan tangannya, "gue." katanya mengajukan dirinya.
Jhonny dan David pun turun untuk menyalakan genset yang memang ada di lantai bawah.
"KAK KENAPA KITA NGGA KE KAMER AJA SI." kata Ajun merengek mengguncangkan lengan Jessie.
"Bacot, Ajun. Sana lo sendiri ke kamer kalo berani." ucap Lisa geram membuat Ajun kicep. Ajun emang rewel, kadang membuat emosi Lisa memuncak jika dekat dengan dia.
Candra memeluk tubuh Hanbin, memasukan kedua tangannya kedalam jaket cowok jangkung itu, "Bang dingin banget nggak kuat." ucap Candra yang tubuhnya kedinginan hebat.
Bobi melepaskan jaketnya, mengenakan jaket tersebut kepada Candra. "Anjir, Jess. Si Candra menggigil." kata Bobi sedikit panik.
"Bentar gue bikinin teh anget." kata Jessie berdiri namun di tahan oleh Irbam, "gue aja, Jess." katanya kemudian berlalu mengambil air hangat untuk candra.
Jhonny dan David sudah kembali, tapi mereka tidak berhasil menyalakan gensetnya. Alhasil mereka berkumpul dalam kegelapan di sertai angin yang bertiup kencang seakan menusuk ke lapisan kulit terdalam. Mereka sengaja tidak menyalakan senter hape, karena jaga-jaga untuk keperluan penting jadi mereka menghemat baterai takut nanti mati lampunya lama. Dan hanya beberapa orang saja yang membawa hape, selebihnya di tinggalkan di kamar masing-masing. Karena niat awal mereka kan hanya ingin berkumpul sambil bernyanyi di rooftop. Dan kalo kumpul juga sudah aturan mereka tidak boleh ada yang bermain hape.
Sebenernya mereka punya power bank atau bahkan punya lebih dua hape. Tapi karena mereka mager untuk mengambil barang tersebut. Jadi mereka semua memutuskan untuk gelap-gelapan. Untung saja besok tanggal merah, jadi kalaupun mereka semua bergadang besoknya tidak khawatir kesiangan.
Jaka melepaskan jaket tebalnya dan memakaikan kepada Lisa, walaupun Jaka juga sebenernya tidak tahan dengan dinginnya malam sekarang. Tapi karena melihat Lisa yang diam kedinginan membuat Jaka harus merelakan jaketnya.
"WAHHH NGGAK BENER NIH CUACA, MENDING AMBIL SELIMUT AJA DI KAMER GUE, KAK JESS, KAK JANE, LISA." kata Rosie teriak sambil menggosokkan tangannya.
Jaya berdiri sambil menyalakan senter hapenya, tanpa basa-basi lagi. Dia berlalu mengambil selimut di kamar anak-anak babeh. Tentu atas seizin Rosie. Di ikuti oleh Euno membantu Jaya mengambil selimut.
Karena selimut mereka sangat besar jadi satu selimut bisa untuk tiga atau bahkan empat orang dewasa. Mereka semua menutupi tubuh mereka dengan selimut sambil menyenderkan tubuhnya pada sofa besar di ruang keluarga rumah babeh.
"Masih ada?" tanya Jefry sambil berbisik kepada Jane yang duduk di sampingnya. Jane masih tidak berani membuka matanya, tanganya saja masih mencengkram erat ujung kaos Jefry.
Jane menggeleng, tidak berani membuka matanya. Jefry mengelus punggung tangan Jane, memberi kekuatan agar Jane tidak takut. "Pikiran lo jangan kosong pokonya." ucapnya sambil berbisik lagi.
Jessie tersadar sesuatu, "Tolong siapapun yang di samping Jane jangan biarin dia ngelamun." ucap Jessie. Senter hape Jhonny menyoroti satu-satu anak babeh. Dan tepat di depan muka Jane senter Jhonny berhenti, "aman, Jane samping gue sama Jaya." kata Jefry sambil menghalangi senter yang di arahkan ke wajah Jane dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN BABEH
FanfictionKOSAN BABEH. Para Mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan Kosan yang satu ini. Selain banyak di gemari karena Babeh memiliki 4 putri cantik. Kosan ini juga dijuluki rumah untuk pulang. Rumah bagi mereka yang tidak tau rasa hangatnya sebuah rum...