Jaya berjalan menuju rooftop kosan babeh sambil menghela nafasnya berat, ia mengeluarkan rokok dari plastik yang baru ia beli tadi. Matanya terbelalak kaget melihat cewek dengan rambut panjangnya yang di gerai sedang duduk di sofa rooftop sendirian. Di sana memang di sediakan sofa besar untuk anak-anak. Sofanya pun di letakan menghadap pemandangan agar mereka bisa bersantai.
Jaya menelan ludahnya paksa, sambil membaca doa dalam hati, cowok imut itu berjalan menghampiri cewek tersebut. Karena merasa ada yang berjalan di belakangnya, cewek tersebut pun menoleh. Baik Jaya maupun cewek itu sama-sama kaget.
"Jane?" teriak Jaya kaget.
Jane meletakan telunjuknya di depan bibirnya, memberi isyarat pada Jaya untuk tidak berteriak, "shuttt." kata Jane.
Jaya menghampiri Jane dan duduk di samping Jane. Jane memejamkan matanya dan merapatkan bibirnya. Menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Lo ngerokok?" tanya Jaya kaget.
Jane mematikan rokok yang ada di tangannya dan membuang ke asbak di depannya. Dia menatap Jaya dengan puppy eyesnya, "Jay, jangan bilangin kak Jessie ya, please." kata Jane memohon kepada Jaya.
Jaya menyipitkan matanya, "dari kapan lo ngerokok Jane? siapa yang ajarin?"
Jane mengacak-acak rambutnya, "udah lama Jay, waktu bokap nyokap cerai. Gue denger katanya kalo ngerokok bikin dada lega, pas gue coba ternyata bener."
Jaya menggelengkan kepalanya, "siapa yang bilang gitu? padahal banyak pelarian lain selain rokok, Jeniiiiii."
"apa? narkoba?"
Jaya menjitak kepala Jane, "astaghfirullah, tolol di pelihara." kata Jaya geram mendengar jawaban Jane. Jane meringis kesakitan, "aw, sakit bego. Lo juga sama kan ngerokok? apa bedanya sama gue? emang cowok doang yang boleh ngerokok? cewek nggak boleh? hah?"
Jaya menggaruk kepalanya frustasi, "ya bukan gitu juga, Jen. Dah ah gue lagi males debat." kata Jaya kemudian menyalakan rokoknya. Menghisap rokok tersebut sambil memejamkan matanya. "berat banget kayanya masalah hidup lo." celetuk Jane memandang Jaya yang masih memejamkan matanya.
"Jen." panggil Jaya pelan.
"hm?" jawab Jane. Dia juga mengeluarkan sebatang rokoknya lagi dan menyalakan rokok itu.
Jaya membuka matanya memandang lurus dengan tatapan kosong, "kayanya gue suka deh sama Oci." Mendengar ucapan Jaya, Jane terbatuk dan mengeluarkan asap rokok yang ada di mulutnya. Menoleh memandang cowok di sampingnya itu, "tapi kayanya mustahil. Percuma mau gue perjuangin juga ada tembok besar antara gue sama Oci." kata Jaya kemudian menoleh tersenyum tipis memandang Jane.
Jane masih memandang Jaya, sepertinya ucapan Jaya benar-benar dari hati. Karena bingung harus menjawab apa, Jane hanya menepuk pundak Jaya memberi semangat.
"Atau Oci gue ajak login aja?" kata Jaya dengan semangat yang justru membuat Jane malah memukul Jaya. "Aw, engga Jane, canda." pekik Jaya.
"Sejak kapan lo suka sama Oci?" tanya Jane penasaran. "kayanya udah lama, cuma gue baru sadar sekarang." jawab Jaya.
Jane menghisap rokoknya lagi, "Sorry Jay gue nggak bisa bantu masalah ini." kata Jane sambil memandang lurus kedepan.
"Santai, gue cuma pengen mengeluarkan isi hati aja. hahahah." Jaya terkekeh.
Suasana kembali hening, tidak ada obrolan lagi diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing di temani oleh sebatang rokok dan angin malam yang membuat mereka sedikit tenang. Sampai suara bariton cowok membuat Jane sedikit terloncat kaget.
"Jay."
Jane tau suara siapa itu, dia segera menyerahkan rokok yang ada di tangannya kepada Jaya. Refleks Jaya menerima rokok itu, dia menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Jon, Bam." kata Jaya dengan senyum canggung.
![](https://img.wattpad.com/cover/278568956-288-k3379.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KOSAN BABEH
FanficKOSAN BABEH. Para Mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan Kosan yang satu ini. Selain banyak di gemari karena Babeh memiliki 4 putri cantik. Kosan ini juga dijuluki rumah untuk pulang. Rumah bagi mereka yang tidak tau rasa hangatnya sebuah rum...