19. BIBIT MATAHARI 2

1.7K 218 55
                                    

"Ibu makasih banyak ya maaf ngerepotin banget nih malem-malem." ucap Jane sambil tersenyum kepada orang tua temannya Jeka.

Jane sangat berterimakasih kepadanya, karena dia  mau di repotkan olehnya. Ibu itu tersenyum ramah dan mengelus rambut Jane, "iya sayang nggak papa, mau mampir dulu yuk. Kamu cantik banget, namanya siapa?"  kata ibu itu sangat ramah kepada Jane.

Jane tersenyum kikuk, "Jane, bu, anaknya yang punya kosan ku." kata Jeka kepada Ibu itu.

"Mau dikenalin nggak sama anak ibu, dia temen Jeka tuh. Eh, kamu udah punya pacar?" Jane tersentak kaget dan lagi-lagi hanya tersenyum kikuk, "Eu-m be--" belum sempat Jane selesai menjawab, Jeka malah ikut menimpalinya.

"Udah, bu." jawaban Jeka sontak membuat mata Jane nyaris keluar. "yaudah kita pamit ya bu, makasih banyak udah mau di repotin sama kita." lanjut Jeka, kemudian mereka masuk kembali kedalam mobil membawa bibit bunga matahari.

"Bayar berapa, Jane?" kata Euno begitu Jane masuk ke dalam mobil.

"Gratis." kata Jane.

Jaya tersenyum, "alhamdulilah rezeki anak sholeh." katanya.

Lisa mengangkat kedua tanganya, meregangkan otot-ototnya, selama di perjalanan Lisa memang tertidur pulas. "laper deh, mending mampir warkop dulu atau ke tukang jualan bubur deh."

Jhonny mengangguk setuju, "ide bagus, sekalian gue istirahat sama mau ngopi dulu."  katanya.

Akhirnya mereka semua kembali melanjutkan perjalanan pulang sambil mencari warkop ataupun penjual bubur. Karena perjalanan lumayan jauh dan itu lumayan menguras perut mereka.

"Jane, lo nggak lagi deket sama siapa gitu?" kata Jaya memecahkan keheningan.

"Banyak yang deketin mah, kak jane aja yang jual mahal." kata Lisa menimpali omongan Jaya.

Jane mendelik ke belakang, "bacot ya lo." kata Jane. Lisa menyengir tanpa dosa, "EH ITU WARKOP ITU." katanya heboh melihat warkop yang tidak jauh dari mereka.

Jhonny langsung mendekati warkop tersebut dan memarkirkan mobil. "AKHIRNYA." kata Lisa berteriak kencang.

"Norak." celetuk Hanbin.

Lisa menjitak kening Hanbin, "Lo pikir enak duduk di tengah dan di gencet kalian, ntar tukeran ah kak Jane sama Jeka di belakang, atau nggak gue sama Jaya yang tukeran." kata Lisa protes.

"Iya udah cepetan turun, bawel amat." kata Jane kepada Lisa.

Mereka akhirnya memilih duduk lesehan di warkop tersebut meluruskan kakinya yang sedikit kram dan memesan minuman hangat dan bubur ayam. "Kalo malem gini enaknya deep talk." kata Jhonny sambil mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Silahkan di nikmati makannya." ucap tukang bubur kepada mereka sambil menyajikan buburnya.

Mata Lisa berbinar, "Huahhhh... makasih bapak." katanya langsung mengambil mangkuk berisi bubur ayam itu.

Semuanya menyantap bubur mereka masing-masing. Tidak dengan Jeka yang hanya melihat bubur tersebut tanpa memakannya.

"Kenapa? lo nggak mau?" ucap Jane kepada Jeka.

Jeka menyengir, "gue alergi kacang." katanya sambil menggaruk tengkuknya.

Jane melongo, "kenapa lo nggak bilang tadi? kan bisa request." kata Jane. Jane mengambil mangkuk bubur Jeka dan memisahkan kacang yang untungnya belum tercampur rata.

"Emang bisa?" kata Jeka dengan polosnya. Jane menghela nafasnya panjang, "lo nggak pernah beli bubur?" katanya.

Jeka menggeleng, Jhonny yang sedari tadi memperhatikan Jeka dan Jane pun tertawa. "Gila, Jek, lo nggak pernah beli bubur?" katanya sambil tertawa.

KOSAN BABEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang