32. WELL

1.4K 183 27
                                    

Suara ayam berkokok membangunkan mereka yang sedang pulas tertidur dengan tv menyala itu. Rosie menggeliat mengencangkan otot-ototnya, "Emm.. jam berapa sekarang?" tanyanya dengan suara seraknya.

"Jam empat." balas Euno sambil mata tertutup.

Bukannya bangun, Lisa malah melanjutkan tidurnya sambil memeluk Rosie di sampingnya. "Lisa awas gue mau ke kamer, dingin." Rosie berusaha melepaskan pelukan Lisa, namun sia-sia saja. Tenaga Rosie masih belum terkumpul, bahkan nyawanya juga masih di alam mimpi.

Ah, iya. Mereka memang tidak tidur dikamar melainkan di ruang tv. Menginap di ruang tv bersama tentunya bukan pertama kalinya bagi mereka. Bahkan pernah ceweknya cuma Lisa yang menginap di ruang tv.

Jane mengerjapkan matanya, saat membuka matanya dia terkejut melihat wajah Jeka. Dia merasa Dejavu tapi kali ini dengan orang yang berbeda. Seingat dia semalam Jeka lah yang tidur di pangkuannya, kenapa sekarang malah kebalikannya. Jeka terbangun, dia perlahan membukakan matanya samar-samar dia melihat Jane yang masih berada dipangkunya. Sedang melamun memandanginya. Ya, memang semalam Jeka terbangun saat yang lain tertidur. Jeka tidak sadar kalau dia masih dalam pangkuan Jane, karena tidak tega Jeka mengubah posisinya jadi Jane yang tidur di pangkuannya.

Awalnya Jeka mau memindahkan Jane ke karpet bulu di bawah sofa dengan Lisa, Rosie, Yuta, Euno. Sedangkan Jhonny, Jefry dan David semalam memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing. Karena sudah tidak ada ruang lagi akhirnya Jane tidur di sofa dan paha Jeka yang jadi bantalannya.

Jeka menyingkirkan anak-anak rambut Jane yang menutupi wajahnya itu, "pagi, Jane." suara bariton serak yang terdengar sexy itu menyelinap masuk ke gendang telinga Jane dan sukses membuat bulu kuduk berdiri. Jane otomatis langsung bangkit dan duduk sambil bersandar di sofa mengumpulkan nyawanya dulu sebelum menaiki tangga menuju kamarnya.

Jeka yang haus itu berdiri namun tiba-tiba saja dia meringis, "Aw." katanya yang kembali duduk sambil memegang pahanya.

Jane yang duduk di sampingnya otomatis panik, "eh kenapa?" tanya Jane keheranan.

Jeka menyengir sambil memukul kakinya, "Kaki gue kram." Jane berdecak, "lagian kenapa ngga bangunin gue aja si?" Jane tau itu pasti gara-gara semalaman dia tidur di pangkuan Jeka.

"lo tidur nyenyak gitu mana gue tega." mendengar jawaban Jeka, Jane malah melengos dan beranjak menuju dapur untuk mengambil air hangat untuk Jeka minum dan mengompres kakinya itu.

"Lis, ayo pindah ke atas, dingin." kata Rosie yang kini sudah bangun dan sedang mengguncangkan Lisa yang masih kebo itu.

Karena tidak kunjung bangun Rosie menghitung mundur, "tiga... dua..." sebelum Rosie melanjutkan hitung mundurnya, secara ajaib Lisa terbangun walaupun matanya masih tujuh puluh persen terpejam. "Ayo,"  katanya dengan rambut yang masih seperti singa itu.

"Ayo, Kak Jane." ajak Rosie pada Jane yang sedang masak air. Jane mengangguk, "duluan." balasnya, Rosie dan Lisa akhirnya meninggalkan Jane.

Jane kembali lagi ke sofa membawa air dua botol untuk Jeka minum dan untuk mengompres kakinya yang kram itu. Jane mengguncangkan tubuh Euno dan Yuta untuk membantu Jeka kembali ke kamarnya. Padahal baru saja Euno bangun saat Rosie bertanya jam, tapi bisa-bisanya sekarang lanjut tertidur pulas lagi. Kalau Yuta jangan di tanya dia masih di alam mimpi.

Karena Jane tidak sabaran dia yang terpaksa membantu Jeka berjalan. Jane membantu Jeka menuntunnya kembali ke kamarnya. Jeka berpegangan erat pada lengan Jane. Sampai akhirnya tiba di kamar Jeka, Jane membantu mendudukkan Jeka pelan pada ranjang Jeka.

"Dah ya, gue mau balik." kata Jane datar karena memang dia masih ngantuk, di tambah lagi tidurnya tidak nyenyak. 

Jane berbalik, namun pergelangan tangannya di tahan oleh Jeka agar Jane tidak pergi. "Eh bentar-" kata Jeka membuat Jane mengerutkan alisnya bingung, "nggak deh, nanti aja. Thank, Jen." Jane menghembuskan nafasnya lalu mengangguk dan meninggalkan Jeka.

•••

T

ak terasa posisi matahari sudah berada di atas kepala saja yang artinya sudah menunjukkan jam 12 siang.

Dan berarti Jessie kesiangan, dia panik rambutnya masih acak-acakan. Jessie masih ingat kalau ada pekerjaan yang tertunda karena semalam tidak do lanjutkan. Masih mengenakan piyama tidur, Jessie bergegas keluar kamar dan mengecek keadaan. Namun nafasnya lega saat melihat kondisi kosan dan rumahnya sudah rapih dan bersih. Mata Jessie menangkap satu orang yang sedang mengangkat sampah itu sendirian.

"JEF." panggil Jessie dari balkon.

Cowok jangkung itu celingukan mencari sumber suara itu. Lalu melambaikan tangannya pada Jessie. Jessie bergegas, cewek itu menggelengkan kepalanya saat melihat Euno dan Yuta masih nyenyak tertidur di ruang tv padahal matahari sudah menyoroti wajah mereka.

"Jef, lo bersihin sendirian?" tanya Jessie.

Jefry menggelengkan kepalanya, dia menunjuk Jhonny yang sedang mengambil sampah di rooftop. Jessie mengangguk, kemudian Jessie menuju dapur untuk membuat sarapan roti dan susu untuk Jefry dan Jhonny. Bukan sarapan, lebih tepatnya ngemil siang.

"Buset, anak-anak bagong bisanya ngomong doang, lanjut kebersihan ngga bisa." ucap Jhonny kesal sambil menyeret plastik berisikan sampah itu.

Jessie datang membawa makanan yang telah ia buat, "jadi ikhlas ngga?"

Jhonny langsung menyantap makanan tersebut sambil mengangguk. "Btw, gimana, Babeh?" Jessie menepuk jidatnya, "Oh iya lupa." kemudian dia berlari lagi ke kamarnya mengambil hapenya.

Jefry datang menghampiri Jhonny dan ikut menyantap makanan tersebut. "jadi, udah clear?" tanya Jhonny.

Jefry mengangguk sambil tersenyum tipis, "heem." katanya sambil melamun menyantap makanan itu. Jhonny menepuk pundak Jefry, "sabar, semua butuh waktu, tinggal liat waktunya berpihak ke lo nggak. Semua balik lagi ke takdir masing-masing sih, Jef."


Jefry mengangguk.



"Jhon, Jeff..." kata Jessie yang mematung di anak tangga sambil menatap hape membuat Jhonny dan Jefry yang sedang menyantap makanan terheran-heran. "kenapa, Jess?" tanya Jefry.

Jessie tersenyum dan menghembuskan nafas panjang, "babeh nggak jadi kesini." kata Jessie sedih. Karena jujur, Jessie sangat rindu pada Babehnya itu yang sudah lama tidak pulang. Bukannya merasa lega atau senang, Jefry dan Jhonny ikut sedih melihat Jessie yang sedang cemberut kecewa itu.

"Udah nggak apa, Jess. Nanti kalo udah waktunya juga babeh pasti pulang, yang sabar ya." kata Jhonny menghibur Jessie.


Ya, kalo udah gini mau gimana lagi..





KOSAN BABEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang