Sub Bab 4 | Diciduk

6K 606 12
                                    

Aku turut hadir,
disetiap salah benarmu
___________________________________________


"Hmm, enak nyebat? Langsung plong?"

Elang menoleh, reflek membuang rokoknya yang masih setengah ke tanah dan menginjaknya, mengibas-ngibaskan tangan untuk menghilangkan asap. Dirinya nyengir, jelas mati kutu.

Didepannya Pak Andre, guru BK paling rese seseantero SMA Adiyata menatap marah ke arahnya, langsung menjewer telinga Elang sampai membuat anak itu berdiri.

Kepergok menghisap rokok di gudang sekolah tentu bukan hal bagus dan tidak pernah diperkirakan sebelumnya, sudah lama dirinya tidak menghisap puntung berisi penyakit itu, sekalinya menghisap malah tertangkap basah, doublle kill kalo kata Darma.

"Ikut saya ke ruang BK sekarang."

"Adu-duh pak, iya-iya tapi lepasin dulu ini sakit banget."

Tidak memperdulikan rengekan Elang, Pak Andre menyeret anak itu keluar dari gudang dan membawanya ke BK dengan keadaan kerah belakang baju ditarik.

Disengal langkah kakinya yang diburu oleh Pak Andre, Elang tidak sengaja melihat Joni mengintip dari balik tembok dan tersenyum kecil kemudian pergi menghilang. Jelas tidak akan ada yang tahu bahwa Elang merokok disana kalau tidak ada seorang pencepu, kebetulan Joni adalah pencepu parah dan Elang jadi salah satu musuhnya sejak kelas 10.

"Awas lo."

"Ngomong apa kamu?!"

"Engga pak, engga pak."

-o0o-

Setelah keluar dari ruang konseling dan mendapat ceramah habis-habisan dari Pak Andre yang kemudian tetap mencatat namanya di buku hitam sekolah walau dia sudah meminta maaf dan berdalih tidak akan mengulangi kesalahan yang sama sekali lagi -yang tentu tidak digubris- Elang mendatangi Joni ke kelasnya, dia menghampiri pemuda yang kini sedang menggunakan earphone, Elang dengan kasar menarik earphon di telinga Joni hingga membuat pria itu terkejut dan berdiri.

"Apa-apaan si lo?!"

Elang menarik kerah Joni kuat-kuat hingga wajah mereka jaraknya tinggal sejengkal, dia menatap tajam pria itu. "Lo yang apa-apaan, mulut cepu?!"

Joni berlagak tidak tahu. "Gak jelas."

Naik pitam karena tidak adanya pengakuan dan perlakuan Joni yang ogah-ogahan, Elang geram kemudian menghantamkan bogem mentah ke arahnya berulang kali. "Lo kan yang ngaduin gue ke guru BK! Brengsek!"

Kelas menjadi ricuh, yang lain diam menonton dan tidak lama kemudian setelah Elang dan Joni masih dalam pertengkaran, bolak-balik adu pukulan seorang guru datang melerai dengan sebuah teriakan, Pak Andre lagi.

"Kalian berdua, ikut saya keruang BK!"

-o0o-

Elang menunggu dengan panik di luar ruang konseling, setelah beberapa menit yang terasa panjang, akhirnya orang tua Joni dan... Arsene keluar dari ruang BK. Arsene melirik Elang tajam, hanya meliriknya kemudian berlalu meninggalkan Elang.

Elang berlari mengejar Arsene.

"Sen."

Arsene tetap bungkam, ketika lengannya disentuh Elang untuk diminta berhenti dia menolak dan menghempas tangan Elang melanjutkan perjalanan menuju parkiran dengan rengekan suara Elang yang melantun disepanjang koridor.

"Arsene."

"Sen."

"Kak Arsene!"

Saat panggilan itu terucap barulah Arsene berhenti dan menoleh, tetap diam menatap Elang dengan tajam.

"Apa?"

Mendadak Elang gugup, hilang sudah apa yang ingin dia jelaskan pada Arsene. "Maaf.."

Arsene diam untuk kesekian kali menaikkan sebelah alis dan hanya memandang Elang yang semakin gugup.

"Gue minta maaf udah libatin lo dalam masalah gue, gue-"

"Gak." Arsene menyelak, dia maju satu langkah sampai matanya lurus menatap Elang, ujung sepatu mereka bersentuhan. "Gue gak marah lo ngelibetin gue di setiap masalah yang lo lakuin, gue cuman mau lo sadar apa kesalahan lo terus berubah, bukan cuman sadar abistu lo ulang lagi, Lang. Bukan itu yang gue mau."

Elang diam, dia melihat Arsene menghela napas dan mengusap rambutnya, wajahnya masih mengeras tapi gurat kesalnya mulai berkurang.

"Gimana seorang Jaksa Hukum yang harusnya membela orang malah mukulin orang? Gak ada sejarahnya hal begitu, Lang. Kamu masih mau jadi Jaksa?"

Elang mengangguk.

Arsene menatap matanya dalam-dalam ada sesuatu yang coba dia sampaikan dari sana namun saat keheningan dia temukan, Arsene memilih menghela napas dan memeluk Elang.

"Gue bakal dampingi elo sampe jadi apa yang lo pengen, tapi janji sama gue lo bakal berubah."

"Iya, gue janji."

"Anak pinter."

Entah telinganya salah atau apa, tapi dia sempat tertegun saat mendengar Arsene bergumam. "Kesayangan gue."

-o0o-

TBC

omg, ini apa, ini apa, apa ini, akagsbwiis.

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang