Sub Bab 29 | Abimanyu

4.4K 389 37
                                    

"Dihabisin dulu, tunggu bentar aku beres beres barang." Elang mengangguk, memperhatikan punggung Arsene yang sedari tadi melayani pelanggan kini pamit untuk membereskan barang miliknya agar bisa cepat pulang saat shift part time nya sudah selesai. Matanya mengawang, mengawasi kinerja teman-teman Arsene yang sesekali bercanda-ria salah satu dari mereka tersenyum dan melambaikan tangan, seorang wanita.

Elang yakini bahwa wanita itu jauh lebih tua daripada Arsene, reflek merespon hal yang sama saat sapaan ramah-tamah dilayangkan untuknya, Elang melambaikan tangan dan tersenyum dengan riangnya sampai tidak menyadari Arsene datang ke arah dirinya dan menyambar jemari milik Elang agar lambaiannya terhenti.

Sandra di ujung sana sempat bungkam, ekspresi wajahnya yang sumringah berubah tegang saat lirikan Arsene tertuju ke arahnya barang sejenak.

"Ngapain ngelambai?"

Elang menaikkan bahunya. "Mba nya nyapa, gue kan cuman bales."

"Aku."

"Iya aku, cape kah? sensi betul." Elang selalu maklumi ketika Arsene bertindak seakan cemburui segala hal yang bersiteru dengan dirinya, entah sapaan kecil atau sekedar obrolan singkat.

Arsene tidak cepat menjawab, dia menatap manik jelaga yang masih sempat curi-curi melirik Sandra, giginya menggeram. "Kamu- ah terserah lah."

Raganya pergi, langkah kakinya tergesa seakan kesal mendorongnya untuk terus melangkah meninggalkan Elang yang terburu berlari ke arahnya, sadar akan tingkah kekanakan Arsene kali ini buat Elang terkekeh kecil saat dirinya dan pria ini memutuskan untuk menjalin kasih seminggu yang lalu Arsene semakin tunjukkan kepemilikannya dengan jelas.

"Arsene."

Tidak menyahut apapun, namun saat tangannya hampir menyentuh kenop pintu mobil, Elang kembali memanggilnya.

"Mas Arsene."

Tubuhnya seolah dititah untuk berhenti dan segera berbalik ke arah manisnya, dia menatap Elang yang membawa kantong berisi makanan di tangannya serta bulir keringat karena mengejarnya di panas terik, wajah keras Arsene berubah seketika dia lantas mengambil dengan segera seluruh belanjaan yang dipegang Elang sebelah tangannya mengusap dahi pemuda itu.

"Masuk ke mobil, panas."

"Masih marah?" Elang tersenyum kecil kala Arsene menghela napas akhirnya dan menggeleng kemudian.

"Engga, Sayang. Masuk ya? kepanasan kamunya." Arsene gandengan tangan Elang dan bukakan pintu untuk pria itu setelah menaruh kantung makanan di kursi belakang diikuti dirinya yang menyusul menyapa kemudi.

"Aku nyapa Mbanya doang Arsene, nanti disangka sombong kalo ga sapa-sapa, kan kata kamu harus ramah." Jemarinya bergerak untuk sentuh buku jari Arsene dikemudi, pemiliknya sigap bawa tangan itu pada genggaman dan mengelusnya dengan ibu jari. Elang selalu bertingkah manis saat Arsene dilanda kecemburuan yang mangkir tiba-tiba.

"Iya, maaf cemburu terus." Dilihatnya Elang mengangguk untuk tanggapi perkataannya, Arsene kemudian tersenyum manis majukan wajah dan sapa pipi Elang dengan bibirnya sekilas.

"Eww kejuuu." Elang bergidik, dan Arsene tertawa sembari mengusak belakang kepalanya. "Cepet pulang, Ayah Bunda nungguin nanti."

"Siap Tuan Muda."

-o0o-

"Wah Enak yaa, Ayah sama Bunda kapan-kapan mampir deh ke Kafe Buku tempat kamu kerja, makanannya enak ya, Bun?" Ayah Elang berujar semangat ditanggapi anggukan demikian oleh istrinya.

Elang diam saja menikmati camilan yang dibelinya dari sana.

Sesekali ia lirik Arsene yang kini timbrung obrolan Ayahnya, kemudian dengan jahil dia julurkan kaki untuk sentuh kaki Arsene.

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang