Special Episode 1

2.7K 204 5
                                    

"Dayaaaat."

Tubuhnya bergoyang sedikit, tak pedulikan makhluk yang tersedu-sedu sambil memeluknya dari samping. Tangannya masih pokus membalik halaman komik.

"Putus lagi?"

Raji tidak membalas, diam saja sampai Dayat rasakan lehernya basah barulah pria itu menutup komik dan sentuh kepala bulat itu. Mengubah posisi lebih nyaman dan kendurkan pelukan Raji agar bisa lihat wajahnya yang sungguhan sembab.

"Ngapain nangis?"

"Sedih."

Helaan napas terdengar, Raji menatap kawan seperkampusannya itu dengan air mata berlinang. Saat Dayat buka tangan tawarkan pelukan Raji dengan cepat hambur pada pelukan serupa gelung selimut yang begitu nyaman. Berceloteh soal dirinya yang dituduh tidak becus, kurang peka, dan memalukan untuk menjadi seorang pacar. Raji bilang mantan pacarnya bilang seperti itu sebelum dia dicampakan, Dayat mendengarkan dalam diam.

"Emang gue malu-maluin ya?"

Dayat diam, berpikir sejenak kemudian menggeleng. "Gak juga."

"Ga becus?"

"Lo pinter masak, konsisten, kompeten."

Ingus diusap dari hidung, Raji mundurkan tubuh tatap Dayat yang wajahnya datar-datar saja tapi tangan kawannya itu bantu untuk menghapus ingus dari hidungnya menggunakan tisu.

"Pasti bohong." Sangkal Raji, Dayat lagi-lagi menggeleng, Raji adalah orang paling ekspresif yang dia kenal. Bahkan tahan tidak tidur tiga hari hanya untuk mengejar tugas yang mepet deadline, memang makhluknya agak sakau sedikit, tapi Raji yang ada di depannya tidak pernah seburuk ucapan dari mulut mantan pacar wanitanya.

"Pernah gue bohong?"

Raji menggeleng. Dayat berpikir sejenak kemudian kembali menatap Raji yang kini bermain pada jari-jemarinya.

"Tapi poin yang satunya bener?"

Wajah Raji berubah sedih. "Yang mana?"

"Yang gak peka." Sambung Dayat. Jemarinya masih dimainkan oleh Raji dibiarkan begitu saja sesuka si pria yang gemar mengecat rambut mencolok, hijau pandan seperti sekarang. "Lo gak peka."

"Gak peka apa! lo lagi laper gue langsung tau, ga bilang kalo lo mau sesuatu juga gue tau apa yang lo mau, apa yang gak gue tau coba?!" Sengaknya, menantang.

"Perasaan gue ke lo, tau gak?"

"Tau!" Berujar dengan semangat, namun ketika menyadari telah membongkar seluruh rahasia hidupnya dalam satu kata membuat Raji membungkam mulut dan terdiam menghindari tatapan Dayat yang mengernyit.

"Tau? lo tau?"

Raji diam, berpaling pura-pura mengambil tisu yang duluan digapai oleh Dayat. "Tisu!"

"Tau gimana?"

"Ya.. ya tau aja!" Raji mendecak, bersuara kecil. "Abisan lo nurutin semua yang gue minta walo kesel, terus natep gue nya kayak orang suka aja gitu. Emang datar aja si keliatannya, tapi kan gue nyadar! Lo yang sembunyi sembunyi aja kenapasih."

Dayat diam, mencerna tiap kalimat yang diucapkan oleh temannya, tiap pengakuan yang disetujui oleh Dayat sendiri diam-diam. "Terus kenapa malah pacaran sama orang lain? lo jahat tau gak, tiap putus lari nya baru ke gue."

"Bukan gitu." Raji buru-buru menjawab. "Lo gak ngomong apa-apa, diem doang gue kesel. Biarin aja jadinya gue pacaran sama orang lain."

"Wah." Dayat menarik tangan Raji sampai tubuh mereka bertubrukan cukup dekat. "Jahat."

"Iya, emang jahat, makanya diputusin."

"Kalo sama gue gak bakal diputusin." Dayat menyela, wajahnya berbeda dari biasanya, ekspresi tercipta di wajah kakunya Raji sendiri sampai terkejut karena perubahan ekspresi yang tiba-tiba.

"Ngapain sama lo."

"Pacaran." Jawabnya, Dayat menarik pinggang Raji lebih dekat. "Pacaran sama gue gak putus-putus."

Raji diam, tatap manik yang serius kemudian berucap.

"Mang eaak?"

Raji tertawa terpingkal-pingkal, jatuh ke lantas sambil memegang perut, Dayat kehilangan suasana menarik barusan kembali berwajah datar dan meraih komik di lantai mengabaikan tawa Raji yang lumayan panjang. Sampai tawa itu mereda dan Dayat sudah membalik halaman selanjutnya, tangannya disentuh oleh Raji yang berbaring menghadap ke arahnya.

"Iya."

"Iya apa?"

Raji terkekeh. "Iya ayo pacaran."

Hening.

Lama sekali. Yang terdengar hanya komik dari tangan Dayat di jatuhkan, tubuhnya bergerak mendekat ke arah Raji yang panik menahan bahu pria itu.

"NGAPAIN BANGSAT?!"

"Mau ciuman sama pacar."

"DAYAT ANJI-"

Umpatannya teredam, karena bibirnya sudah dibungkam oleh pacar baru semenit yang lalu nya itu.

SPECIAL EPISODE 1 SELESAI

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang