Sub Bab 15 | Segalanya

4.7K 498 19
                                    

Aku enggan mengalah, tentang kamu akulah aristos achaion nya
_________________________________________

Kecamuk yang bersemayam tentu bukan hanya keterkejutan melainkan ada hal lain yang membuat Arsene sampai memerah hampir naik pitam saat pria disebelah Elang mencengkeram tangannya cukup erat lantaran dia ingin membawa Elang pergi dari stand makanan tersebut.

"Mau kemana?"

"Bukan urusan lo sama sekali," sungut Arsene. Dia menyentak tangan pria itu sekali lagi dan samar-samar mendengar suara Elang yang menenangkan dirinya.

"Gue gak pernah tau tuh, kalau lo punya pacar yang gak tau etika sama orang yang lebih tua." Arsene berbicara demikian, tetapi kepalanya tidak seinci pun pindah dari hadapan pria yang barusan mengaku sebagai pacar teman kecilnya ini.

"Kalo sadar diri lo tua, gak usah ikut campur urusan anak muda kayak gue sama Elang."

"Jaga ya mulut lo."

"Mulut lo yang dijaga, jauhin tuh tangan lo dari Punya gue."

Punya gue, katanya

"Siapa yang lo sebut punya lo, hah?" Tindakannya diluar kendali, cengkeraman erat dikerah anak sekolah yang seharusnya tidak dilakukan oleh pemuda yang sudah tahu lebih banyak tentang bagaimana menyikapi seseorang justru Arsene tunjukkan dengan tidak terhormat di depan Elang yang berusaha melerai.

"Zacki! udah, anjing. Apa-apaan juga si lo, Sen, ga masuk akal coba. Malu diliatin orang, udahan lo bedua." Disentuh satu persatu bahu pemuda yang beradu tatapan sengit dimana keduannya sama-sama tersulut, menyisakan Elang dalam kubangan panik yang tidak mereda, dilerai pun keduannya masih sama-sama bernafsu untuk beradu tangan kosong satu sama lain sampai ada yang tumbang lebih dulu, setidaknya itu yang Arsene dan Zacki sepakati dalam benak masing-masing.

"Zacki, gue digantiin sama Naur dulu ya, lo deim disini dinginin kepala, gue gak mau guru-guru sampe dateng cuman karna hal tolol kayak begini," dia menarik tangan Arsene dari kerah Zacki cukup kuat, "lo ikut gue, Sen. Kita ngobrol kayak yang lo mau timbang lo ngegila sama manusia ini di stand makanan kelas gue. Gue ogah rugi."

"Mau kemana?" Zacki mencegah tangan Elang yang hendak menghampiri Arsene, dihiraukannya geraman marah dari pria berkacamata yang bertengkar dengannya beberapa menit yang lalu. "Gue gak mau sama Naur."

"Bentar aja, Lo jaga sini gue mau ngobrol bentar." Elang menepuk bahu Zacki yang mengangguk patuh sementara dia melangkahkan kaki menjauhi stand diikuti Arsene di belakangnya.

-o0o-

Mereka berdua diam cukup lama, membiarkan keheningan menguasai suasana di koridor sepi di mana hanya angin kosong yang bertiup seakan-akan mendorong keduannya untuk segera bicara, tapi Elang tidak mengucapkan sepatah kata pun tangannya dilipat di depan dada serta punggung yang disenderkan ke dinding, enggan menatap Arsene yang baru saja membuat keributan.

"Kenapa lo gak pernah bilang ke gue kalau lo punya pacar? Kita tiap hari bareng dan gak ada satu pun dari bibir lo yang keluar soal pacar, deket, atau bahkan tentang si bajingan tadi." Arsene akhirnya buka pembicaraan mereka dan Elang tentu mau tak mau menoleh kepada lawan bicaranya.

"Zacki. Namanya Zacki, Arsene."

"Lo kira gue sudi nyebut namannya?"

"Kenapa lo marah?"

"Kenapa lo punya pacar?" Arsene menyahut, tidak menjawab pertanyaan dari Elang secara skeptis. Dia justru memajukan tubuh untuk mengintimidasi bocah SMA yang sekarang menatap matanya dengan berani.

"Kenapa gue engga? lo gak bakal larang gue buat pacaran kaya anak SD kan? Sen, sebangsat bangsatnya gue, gue juga tetep kecewa liat tindakan lo barusan. Lo yang harusnya lebih dewasa buat nanggepin perilaku kanak-kanaknya Zacki, bukan malah lo ladenin kayak anak paud rebutan puzzle."

"Kenapa harus selalu gue?" Nadanya putus asa tapi wajahnya tetap terlihat tidak terima. Dipandangnya Elang lekat-lekat. dia meremas pergelangan tangan Elang hanya untuk memberikan isyarat bahwa dirinya sedang kacau. "Kenapa harus selalu gue yang ngalah? gue bahkan harus ngalah dari pacar bangsat lo itu? dia nyebut lo punya dia, dia berani bilang begitu depan gue."

"Emangnya kenapa?"

"Lo harusya punya gue, Lang. Punya gue." Kepalannya dijatuhkan ke bahu Elang yang kosong, Arsene menghela napas panjang di sana sementara Elang membeku.

"Arsene," Dia memanggil sang empu nama, namun pria itu tidak bergeming jadi Elang meremas baju di punggung Arsene. suaranya berbisik di telinga laki-laki yang kini setengah memeluk Elang nampak putus asa. "Gue ini apa buat lo?"

Arsene diam, tangannya naik untuk mendekap kepala Elang di dadanya sementara dia menyembunyikan wajah pada legam yang tidak perah rusak tertimpa cahaya matahari itu. Menghirup aromannya dalam-dalam. "Segalannya. Elang itu segalannya."

-o0o-

TBC


Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang