Sub Bab 7 | Cium

6.6K 578 9
                                    

Mau atau malu, kedua-duanya boleh saja, asal itu kamu.
___________________________________________


"Jaga rumah baik-baik ya, Bunda sama Ayah pergi dulu jangan kemana-mana pintu rumah Bunda kunci dari luar."

Elang menghembuskan nafasnya, dia menyalimi tangan Bunda dan Ayahnya lalu mendapatkan elusan kepala dari sang Ayah.

"Sabar, ini kan hari terakhir kamu di skors."

Elang mengangguk, melambaikan tangannya pada Ayah dan Bunda nya kemudian memperhatikan pintu rumahnya tertutup serta terkunci dari luar, dia tersenyum miris. Saat suara derum mobil ayahnya menjauh Elang berteriak.

"ANJEEEENGGG."

Dia menghentakan kakinya menuju kamar atas dan membuka ponselnya, mencari percakapannya dengan Arsene di sana.

Dia menghentakan kakinya menuju kamar atas dan membuka ponselnya, mencari percakapannya dengan Arsene di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghembuskan nafas tidak terima karena Arsene hanya membaca pesannya tanpa berniat membalas, Elang menendang kakinya ke udara dan melempar ponselnya ke kasur sembarangan lalu berbaring di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghembuskan nafas tidak terima karena Arsene hanya membaca pesannya tanpa berniat membalas, Elang menendang kakinya ke udara dan melempar ponselnya ke kasur sembarangan lalu berbaring di sana.

"Anak kuliahan sibuk banget apa? Nyebelin banget si Arsene."

Dia kemudian memejamkan matanya untuk sejenak dan tidak terasa kantuk menghampiri sampai akhirnya ia terlelap.

-o0o-

Satu-satunya yang membuat dia kesal sekarang adalah dering ponsel miliknya, terhitung baru lima belas menit dia tidur sudah ada lagi yang mengganggu aktivitasnya, dia langsung mengangkat tanpa memperdulikan siapa sang penelepon.

"Halo."

"Bukain pintu."

"Hah?"

Masih dalam mata kantuknya, Elang melihat nama orang yang meneleponnya dia membulatkan mata.

"Pintu mana?"

"Pintu doraemon, ya pintu rumah lo lah bego, cepet gue pegel."

"Gak bisa."

"..."

"Gue di kunci dari luar sama Bunda, kunci cadangannya di bawa juga sama Bunda."

"Astaga.."

"Lo pulang jadi nya?"

Tanga Elang karena dia mendengar suara krasak krusuk dari sana dan suara langkah kaki Arsene yang menyertai.

"Tangga biru di simpen dimana?"

"Belakang rumah- lo mau manjat?"

"Hm."

"NANTI DIKIRA MALING, ANJIR!"

"Gue bawa makanan, katanya laper."

Elang tersenyum menatap jendela kamarnya saat ujung tangga biru terlihat dari sana. "Ya udah sini buruan."

Kemudian telepon dimatikan sepihak oleh Arsene, Elang menunggu sambil mengamati tangga yang sepertinya mulai dinaiki Arsene, saat ujung rambut Arsene mulai terlihat barulah Elang berdiri untuk membantunya.

Arsene memegang tangan Elang untuk melangkah masuk ke jendela, tapi Elang langsung lupa saat melihat makanan di tangan Arsene, dia menarik makanan itu membuat Arsene kehilangan keseimbangan dan jatuh bersama Elang.

Elang menutup mata, tapi tidak merasakan sakit kecuali di badannya yang terbentur lantai. Kemudian dia sadar saat wajah Arsene begitu dekat dengan wajahnya, telapak tangan Arsene menghalangi kepala Elang terbentur lantai dengan memeganginnya, dan tidak juga membuat Elang tertindih tubuh besarnya dengan menyangga lengan pada lantai saat terjatuh.

"Sakit?"

Elang menggeleng, dia menatap mata Arsene, mengematinnya dan tidak melepaskan pandangannya tanpa sadar.

Arsene menyeringai kecil, semakin mendekatkan wajah mereka sampai ujung hidung mancungnya menyentuh hidung Elang yang membuat pria itu tersadar akhirnya.

"Ngeliatin mulu, minta gue cium?"

"JIJIK ANJING!"

Dia mendorong bahu Arsene yang kemudian berguling kesamping lalu berdiri, Elang merampas makanan yang tadi ikut terjatuh bersama mereka.

"Eit, makanan siapa itu yang beli."

Elang melempar bantal ke arah Arsene yang terkekeh. Dia membiarkan Arsene duduk di sebelahnya tapi Elang mendadak gugup dan wajahnya memerah, Arsene mengenal Elang sudah lama sekali, hingga kulit Tan milik Elang tidak mampu menyembunyikan semburat merah dari pandangan Arsene, hal tersebut membuatnya berkerut kening.

"Lo demam, Lang?" Dia hendak menyentuh dahi Elang tapi Elang menepisnya tanpa mau bertatap mata dengan Arsene, saat Arsene mencoba melihat matanya Elang mengalihkan pandangan sambil membuka makanan yang di bawa Arsene.

"Lo kenapa?"

Elang diam sambil memakan makanannya.

"Elang."

"Gak jawab sekali lagi beneran gue cium sampe pingsan."

Elang terbatuk, Arsene meraih botol minum di meja Elang dengan panik lalu menyodorkannya kepada Elang yang lekas di minum hingga tandas.

"LO SIH!"

"Lah apaan kok gue."

Elang mendengus. "Ngomongin cium cium mulu, gue kesedek kan."

"Oh lo mau gue cium."

"Coba aja kalo berani."

Arsene tau Elang bercanda, tapi dia dengan sengaja menarik leher Elang dan membuat wajah mereka lebih dekat, memiringkan wajahnya dan tersenyum geli saat Elang menutup mata kencang-kencang dengan panik.

"Pede banget mau gue cium?"

"ANJING! PERGI LO BANGSAT!"

-o0o-

TBC

AKHIRNYA SEMPET NULIS JUGA

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang