Sub Bab 16 | Tak Sejalan

4.8K 442 12
                                    

Sanubarimu sehangat dalam dekapan
_________________________________________

"Sen, gue sumuk banget lo jangan nempel-nempel."

"Let me hug you for a while," Mereka masih di tempat yang sama, koridor sepi sekolah dengan posisi yang cukup mengundang kesalahpahaman, setelah kalimat-kalimat aneh yang keluar dari bilah bibir pemuda berambut setengah ikal beberapa menit lalu itu sanggup membuat Elang menyapa keterkejutan dan akhirnya memilih bungkam dalam pelukan si pria 23 tahun.

"Lo gak malu apa kalo kepergok orang, clingy banget gini orang bisa mikir lo maho, anjir, gue kena batu nya juga nanti." Ditepuknya punggung lebar yang telah melalui banyak hal dan menemani tahun demi tahunnya menjelang dewasa itu pelan. "Sen?" Arsene bergumam, tangannya semakin kencang memeluk pinggang Elang begitu pula wajahnya yang bersembunyi di antara ceruk leher si pemuda kelas 3 SMA.

Terkesiap, lantas memukul bahu kokoh teman kecilnya. "Anjing." Umpatnya terlalu biasa, tak sempat timbulkan sakit hati pada Arsene yang pernah mendapat cacian lebih parah oleh si mulut pedas.

Tak ingin elang mengomel lebih lama, dia mengendurkan pelukan namun tak melepasnya cuma-cuma lantaran tangan masih bertengger manis di sekitar pinggang dan ditatapnya manik cokelat sewarna madu. "Lo takut orang lain liat atau pacar palsu lo itu liat?"

Sindirannya cukup menohok, mampu tolehkan kepala Elang hindari atensi yang menatapnya kian lekat. Semu merah tercetak di kulit pipi yang berwarna tan karena sering terkena sinar matahari. Acap kali tersipu ketika beberapa menit lalu mengungkap fakta bahwa Zacki adalah pacar palsunya, alasan yang keluar dari mulutr Elang adalah guna untuk menipu Arsene, jelasnya tidak diberitahu karena dengan jujur Elang katakan ia pun tidak mengerti apa yang otaknya tengah pikirkan.

"Berisik lo, emang kenapa sih kalo pacar palsu? toh gak menolak fakta kalau dia mau ngikutin rencana karena suka sama gue beneran." Bukan kebohongan, makanya di depannya kini Arsene melengkungkan bibir ke bawah bukan pada derajat yang cukup jauh, se-perskian senti tapi mampu torehkan sensasi 'cekit-cekit' di hati si pemuda awam. Elang angkat jemarinya untuk sentuh ujung bibir Arsene yang turun, gerakan spontan dan dia dengan lembut menariknya ke atas perlahan. "Senyum, jelek."

Diraihnya tangan yang masih lengket pada kulit di ujung bibir, Arsene tidak paham akan tindakan selanjutnya yang dia lakukan. Tapi dia memperhatikan reaksi Elang adalah yang paling menyenangkan ketika ibu jari di sudut bibirnya ia genggam dan arahkan pada bilah yang kemudian mencium buku jari serta lapisan epidermis sembari tak lepas tatap manik si surai hitam legam. Reaksi Elang adalah yang paling istimewa, Bibir terbuka tak mampu ucapkan kata, dan mata membola sebagai reaksi alami dari jari yag tengah diciumi.

Senyumnya merekah smpurna. "Ini senyum, sayang."

Sayang, katanya.

-o0o-

"Ketemu Elangnya?"

Tak menanggapi seseorang yang suarakan tanya pada dirinya, Zacki dengan wajah makin masam menaruh deretan sosis yang masih mentah ke panggangan, Naur melirik ekspresi galak Zacki tidak sekalipun sakit hati ketika eksistensinya ditolak mentah-mentah.

"Habis lihat apa?" Masih bertanya setengah peduli lantaran dilihatnya wajah merah Zacki yang tidak seutuhnya karena terpapar panasnya panggangan. "Elang cipokan sama pacarnya?"

"Bangsat!" Zacki jelas dikenal karena sumbu pendek, maka dari itu tak heran mendapati kini dia tengah menarik kerah teman sekelasnya yang barusan bertanya, Zacki tidak pernah peduli apakah seseorang yang sedang ia intimidasi adalah seorang perempuan sekalipun. "Gak usah ngomong hal hal yang lo sendiri gak tau begitu, ngeselin tau lo?"

Naur menghela napasnya, memperbaiki kemeja sekolahnya saat kerahnya di dorong lepas, dia tidak pernah takut Zacki akan memukulnya karena pria itu pasti tau konsekuensi dari memukul orang lain ditengah keramaian seperti ini.

"Kalau yang gue omongin gak bener, lo gak perlu marah, Zack. Lagian.." Naur kembali berkutat pada pelanggan yang datang untuk membeli dagangan mereka. "Ngejar elang itu sia-sia. Lo liat cowo yang tadi hampir bikin lo babak belur? Kayaknya semua orang bakal tau kalo dia nyimpen perasaan ke Elang, tapi lo perhatiin Elang gak?"

Zacki diam, bukan tidak ingin mendengar perkataan yang sebelumnya dia anggap omong kosong belaka, tapi kali ini ucapan Naur sukses buat dia diam-diam tarik atensi pada si gadis yang masih lanjutkan pembicaraan.

"Elang itu penuh ragu, kita gak pernah tau apa yang dia pikirin karna tindakan sama isi otaknya bisa jauh beda."

"Sok tau lo."

"Contohnya aja," gadis itu kembali meyela. Dia menatap Zacki yang mencibir. Helai rambutnya di sisipkan ke belakang telinga, "dia minta lo buat jadi pacar palsunya, berarti dia udah tau kalau cowo tadi bakal dateng kesini temuin dia. Dia cuman ga expect kalau sampai sekacau ini, itu makannya gue bilang apa yang dia pikirin kadang ga sejalur sama yang dia lakuin. So? sosinya gosong, cepet balik."

Detik berikutnya, Zacki gelagapan membalik sosis sembari biarkan benaknya berkecamuk oleh Elang dan perkataan Naur barusan.

-o0o-

TBC

hmmm what do you think about this chapter?

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang