SIDE STORY [1]

4.2K 300 27
                                    

Side Story Volume 1 begins



Suram. Satu kata yang dapat mendefinisikan sebuah meja berisi empat orang dengan masing-masing laptop di hadapan mereka. Wajah kusut kurang tidur dan mata sayup-sayup nyaris berbaring di lantai kedai kopi yang mereka tempati rasa-rasanya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan situasi yang terjadi.

Dosen mereka gila, Jurusan Hukum nyaris buat mahasiswanya sinting duluan sebelum mendapat gelar SH sebagai kebanggaan.

"Gue gak tidur! gue gak tidur!"

Elang melirik lesu teman di depannya yang berseru terkejut ketika kepalanya terantuk meja karena hampir tertidur pulas.

"Tidur aja dulu gak apa-apa." Dewa berujar dari sebelah Elang, yang hampir tertidur tadi bernama Raji, singkatan dari Raden Aji. Raji menggeleng untuk membalas ucapan Dewa.

"Belum kelar." Kemudian mereka berempat kembali berpokus pada tugas kelompok Hukum Waris yang buat kepala hampir pecah.

Saat akhirnya selesai, Raji menggeram cukup keras dan tertidur di bahu Dayat. yang ditumpangi bahunya tenang-tenang saja sudah terlanjur lelah juga jadi dia ikut menumpukan kepalanya di kepala Raji.

Elang membereskan laptop beserta barang-barang lainnya, Dewa di sisi Elang menelpon pacarnya yang sedia menjemput. Dewa bukan pria tidak bermodal yang senang memanfaatkan perempuan, tapi kini pacarnya lah yang menawarkan diri untuk menjemput dan mengantar Dewa, butuh diketahui bahwa pacar Dewa adalah wanita berusia matang yang usianya jauh di atas Dewa.

"Iya ini masih sama Elang, ada Aji sama Dayat juga." Mendengar namanya disebut oleh Dewa, dia melirik sekilas sampai keduanya beradu pandang. Elang tidak bicara apa-apa selain menyimak telepon Dewa dan pacarnya. "Iya gapapa, gak sendirian, okee, paipai."

Elang menyeringai jahil ketika telepon disudahi. "Kayak anak kecil."

"Dih, sadar diri, noh pacar lo depan pintu." Percaya tidak percaya Elang harus percaya karena wujud seorang Arsene yang berjalan ke arahnya itu sungguhan tanpa di duga-duga. "Buset dijemput om nya ya dek?"

"Anjing lo, nama doang Dewa." Umpat Elang, dia lantas duduk tegap dan tersenyum saat melihat Arsene melambai ke arahnya.

"Diliatin banget, cakep kah?"

"Dewa kontol, diem kenapa sih."

Arsene tiba di meja tempat teman-teman kampus Elang berkumpul dia mengecek arlojinya sebentar kemudian tersenyum menyapa Dewa yang masih terjaga sementara Raji dan Dayat pulas tertidur.

"Udah tugasnya?"

"Udah." Anggukan diberikan, dia sempat menyenggol Dewa karena pria itu tidak berhenti membuat wajah mengejek yang mengesalkan. "Kok gak bilang mau jemput? nanti kalo aku belum selesai kan nunggu lagi kamu."

"Ya gak apa sih, sekarang udah kan? mau tahu baso gak? aku beli tadi buat kamu ada di mobil." Arsene gapai tas laptop berisi ransel Elang dan menyampirkannya di bahu miliknya mencegah Elang yang kelelahan untuk membawa barang seberat ini.

"Semuanya buatku?"

"Iya, sayang, buat kamu semua."

Elang mengangguk, total mengabaikan jerit tertahan dari Dewa karena kakinya barusan dia injak dengan sengaja.

"Minggir lo, anjing."

Dewa berdiri untuk membiarkan Elang keluar, senantiasa mengelus kakinya yang memerah sebab kena pijakan kuat oleh sandal Eiger milik Elang.

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang