Sub Bab 14 | Pacar?

4.9K 506 11
                                    

Korelasinnya waktunnya belum tepat,
aku bahkan hampir terduduk di tempat.
_________________________________________

Setelah suara derum mobil berhenti, Arsene turun dari kuda besinya yang dia gunakan untuk berpergian termasuk mengantar Elang seperti biasa hari ini, dia berniat membahas perkara semalam bersama temannya itu, mengapa dia pulang larut malam dan sebagainya.

"Loh Elang berangkat pagi-pagi banget tadi jam 6, kirain dijemput kamu?"

"Engga, Bunda, Elang gak ada ngomong sama Arsene minta jemput pagi." Arsene menjawab, dia mengerutkan kening. "Emangnya kenapa dia berangkat pagi-pagi banget, tumben?"

Bunda Elang itu menaruh sapu di sebelah pintu dan kembali berbicara pada Arsene. "Katanya mau ada acara cosplay karakter apalah gitu, sama dia mau jaga stand makanan punya kelasnya jadi yaa harus bantu pagi-pagi banget gitu."

Arsene mengangguk. "Acara sekolah?"

"Iya, ulang tahun ke 44, Elang bilang."

Arsene merutuk dan menggerutui Elang dalam hati karena tidak memberitahunya apapun, apa bocah itu sengaja menghindarinya? Elang jelas sudah tahu bahwa yang menggendong dirinya dan membawanya tidur nyaman di kasur adalah Arsene sendiri, lantas bocah itu mesti paham bahwa setelahnya Arsene akan mengomeli dia seperti yang lalu-lalu.

"Yaudah Bunda, Arsene pulang dulu ya."

Bunda Elang mengangguk dan mengelus kepala Arsene. "Kamu gak kerja, Sen? Gak sekalian dateng ke acara sekolahnya Elang? Terbuka untuk umum tuh."

Arsene terkesiap segera menyalimi wanita itu, mencium pipinya sejenak lalu pamit untuk pergi bersama kuda besinya secepat mungkin menuju sekolah seseorang yang bertingkah lagak anak bandel kemarin.

-o0o-

Mobilnya diparkir agak jauh dari keramaian, saat masuk melalui gerbang depan Arsene cukup pusing melihat segerombolan orang berkostum macam-macam, dari mulai karakter film sampai kartun yang cukup populer dikalangan remaja. Matanya berkeliaran menulusuri kerumunan manusia yang menjaga stand masing-masing dan hampir menabrak bahu orang lain.

"KEJUNYA LUMER GA BIKIN BELER."

Arsene mengenali suara semi serak yang dia dengar tiap hari, suara pengacau dan pengobrak-abrik hari-harinya tanpa terkecuali. Bocah laki-laki yang semalam tadi hampir membuatnya senewen karena diantar dan dijemput oleh segerombolan wanita serta laki-laki, berstatus teman belajar sementara sampai lulus, Arsene mampu dibuatnya ingin menginjak-injak manusia lain sampai hampir naik tensi.

Langkah kakinya tidak gontai dan malas-malasan seperti sebelumnya, mengikuti asal suara yang terus berteriak mempromosikan sesuatu bersahutan bersama orang lain dengan slogan yang sama.

Bebauan sosis dan keju yang dibakar tercium sampai ke indera Arsene, dia menyeringai saat melihat Elang disana mengipasi sosia berbalut keju yang dia jual di stand kelas miliknya, bersama seorang lelaki di sebelahnya yang melayani para pelanggan dengan senyum terpatri.

"Jual apa?"

"Sos..is" Arsene tersenyum getir melihat Elang meneguk saliva sampai jakunnya naik turun, tersenyum canggung kepadanya dan menunjuk apa yang dia jual. "Sosis keju. Mau? 10 ribu, cepet beli satu."

Arsene tidak ragu untuk mengarahkan tangannya mengambil sepotong sosis yang sudah matang. "Say 'A'." Elang menuruti perkataan Arsene, bocah yang hampir menginjak umur 18 tahun itu membuka mulutnya, tepat ketika suara huruf A disenandungkan, Arsene memasukkan suapan sosis yang sudah dia tiup sehingga mengurangi suhu panasnya ke dalam mulut Arsene yang terbuka.

Bingung karena disodorkan makanan tiba-tiba, walau begitu Elang tetap mengunyahnya dan mengangguk. "Bayar."

"Nih." Uang bertotal sepuluh ribu pas itu diterima oleh Elang beserta satu tusuk sosis yang tadi disuapkan Arsene kepadannya. "Enak?"

"Sosis? enak lah, gue yang masak." Sombongnya, dia menepuk dada dan menyeringai di depan Arsene yang menyunggingkan senyum yang sama.

"Bukan. Enak kaburnya? udah selesai ngehindarin gue?" Batuk-batuk karna merasa tersindir atau respon alami dari mengunyah sosis terlalu banyak, Arsene tidak tahu. Yang jelas, elang dengan air muka gugup di depannya terasa menjengkelkan sekaligus memuaskan. Tangannya terangkat untuk menjewer telinga Elang. "Pulang malem lo ya? pinter banget abistu bukannya jelasin kesalahannya malah kabur, anak kecil."

"Adee -dehh sakit, Sen." Elang meringis sedikit berjinjit ke arah Arsene agar jewerannya tidak terlalu sakit. "Ampun gue malu, nanti gue jelasin. Aaa-kk."

tindakannya diinterupsi, tangan Arsene yang tengah menjewer telinga Elang dipegang oleh seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka dari sebelah Elang sembari melayani pelanggan. Beradu tatap sengit bersama Arsene yang tidak segan mendelik padannya.

"Sorry ganggu, Bro. Lo denger kan Elang bilang lepas? bisa lepasin tangan lo? dia kesakitan." Pria tersebut mencoba menyingkirkan tangan Arsene, dan Arsene sigap menepis kasar sentuhannya.

"Siapa lo?" Matanya menelisik tajam, menelanjangi orang yang baru saja mengganggu dirinya dengan Elang.

"Pacar Elang."

Jawaban tidak terduga, Arsene ataupun Elang jelas terkejut dengan perkataan pria itu, namun benak mereka berkecamuk hal yang berbeda.

                                                           
-o0o-
TBC

Siapa yang nungguin ArAng cung tangaann><

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang