Sub Bab 25 | Tindak Tanduk

4.3K 445 69
                                    

Arsene turun dengan buru-buru dari mobilnya yang ia parkir dengan rapi di dekat sekolah Elang, segera dia berlari menuju gerbang celingukan kesana kemari untuk mencari sosok berambut hitam yang beberapa hari ini menolak untuk bertemu dirinya. Arsene tidak akan menahan lagi untuk melihat pemuda itu kali ini, sebab mimpinya buat dia kelabakan dan bangun tidur dalam keadaan kacau hampir menangis.

Ditanyai satu-satu siswa tentang keberadaan Elang namun mereka menggeleng tanda tidak memenuhi jawaban yang Arsene inginkan. Dirinya nyaris kalap dengan prasangka buruk di ujung dada berupaya menggedor keluar sampai sosoknya mencelos tak sekalipun temui kewarasan sebelum dijumpai wajah tidak asing yang pernah hadir pada mimpi buruknya malam tadi.

"Alfa!" Teriakkannya jumawa seolah yakin bahwa dia tidak salah nama ataupun orang, yang dipanggil lantas menoleh terkesiap kala dirinya dipanggil oleh sosok yang ia sendiri tidak kenal.

Dia menunjuk dirinya sendiri, Arsene mengangguk dan menghampiri pria itu. "Saya Arsene, Kakak Elang. Maaf manggil tiba-tiba, kamu temen Elang, 'kan?" Alfa mengangguk ragu-ragu lantaran masih gelebah dengan situasi yag begitu tiba-tiba. Arsene tampak bernafas lega setelahnya. "Kamu liat dia dimana?"

"Oh," Alfa berseru, telunjuknya terarah ke belakang gerbang di mana siswa bergerombol untuk keluar. "Tadi ada Zacki ngajak ngomong, terus Elang bawa dia ke belakang sekolah deket perpus lama, Kak."

Mata Arsene membulat. Mustahil kan mimpi buruknya kejadian? Dia menarik terburu-buru tangan Alfa, pemuda itu memekik terkejut kala dirinya digeret secara paksa oleh orang yang mengaku Kakak Elang ini. Benaknya berkecamuk kemungkinan paling buruk. Arsene mirip remaja getir yang tenggelam dalam paranoid, tidak terarah, dan gentar akan amarah.

"E-eh, Kak, saya mau pulang."

"Bantu saya cari Elang dulu."

Dan Alfa tidak punya pilihan lain selain pasrah digeret pria bertubuh besar di depannya.

-o0o-

"Zack, udah, sumpah lo gak salah apa-apa. Lepas dulu gue sesek banget." Elang memukul-mukul punggung Zacki yang memeluknya dengan erat sembari mengucapkan maaf berulang kali sejak beberapa menit lalu setelah bercerita pasal mimpinya yang Elang akui cukup mengerikan. Entah darimana mimpi sialan itu Zacki dapatkan sementara dirinya berdiri dengan raga sehat tanpa hambatan dan masih berkawan baik pada sosok yang mendekap erat tanpa ingin melepas. Walau canggung sempat terjadi dan Zacki menolak bertatap muka, tapi hubungan mereka tidak bergerak seburuk itu, tentu saja.

Zacki menggeleng keras, semakin erat memeluk tubuh yang lebih pendek darinya tiga senti tersebut, dia mencengkeram baju di punggung Elang. "Lang, gue disitu jijik banget, Lang. Lo kudu percaya gue gak bakal gituin lo sama sekali walau lo nolak gue juga. Emosi dikit paling."

"ZACK KUSUT BAJU GUE, BANGSAT." Elang mencoba melepaskan pelukan Zacki dia sudah sangat kegerahan karena pria itu menolak melepaskan pelukan dan berkoar soal mimpinya berulang-ulang. Bukan saja karena suhu panas mendekap sekujur badan, Tapi Elang jelas takut jika ada mata yang mengawang dan mengira sesuatu sebagai salah paham "iya-iya gue maapin, percaya gue ya ampun, lepasin dulu."

"Lang."

"Apa?" Elang berkerut curiga saat Zacki berdehem tiba-tiba.

"Lo mau jadi pacar gue, gak?"

"ANJING! LEPAS, LEPAS!"

"Dengerin dulu-" Omongan Zacki dipotong tiba-tiba lantaran dirinya ditarik lepas dari pelukan Elang dengan kasar dan setelahnya di dorong ke tanah tanpa belas kasihan. Zacki sempurna naik pitam saat wajah sengit Arsene lebih dulu terlihat di  depan matanya.

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang