Sub Bab 10 | Teman Belajar

5K 515 8
                                    

Kamu dengan dia, belum pernah tertulis begitu. Hanya ada kita dilembar aksara.
___________________________________________


Bunyi dari tulang-tulang nya yang kelelahan terdengar sampai temannya yang sedang mencatat lembar kerja dikasir menoleh.

"Capek banget kayaknya, Ar?"

Arsene tersenyum kecil. "Dikit." Dia melirik arlojinya kemudian berdiri dan kemudian menepuk bahu Dani. "Duluan gue."

"Mau jemput adek ipar lo?"

Arsene menggeleng sambil lalu. "Mau lihat bocil gue belajar."

Dani menggeleng tak habis pikir, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Arsene, tidak hanya satu atau dua kali Arsene bercerita tentang sahabat kecil yang menjadi adik iparnya, dia juga tahu perasaan Arsene kepada adik iparnya tersebut yang tidak pernah diceritakan secara gamblang kepada Dani. Namun, seluruh perilaku dan bagaimana sigapnya Arsene saat mendengar bahwa dia dipanggil atas perkelahian Elang di sekolah, Dani bisa menebak bahwa Arsene bahkan rela melakukan apapan untuk sahabat kecilnya tersebut.

Arsene bersenandung sambil mengemudikan mobilnya, jarak antara tempat dia bekerja dan rumah Elang tidak begitu jauh. Dia ingin melihat perkembangan Elang dalam pembelajarannya dan mungkin bisa sedikit membantunya. Elang memarkirkan mobilnya hati-hati di garasi mobil milik Elang kemudian tersenyum dan menyalami Ayah Elang yang duduk sembari minum teh sore hari di teras rumah mereka.

"Elang ada, Yah?"

Ayah Elang mengangguk. "Ada tuh anaknya lagi belajar sambil iket kepala, dari tadi ngeluh mulu sama temen-temennya. Datangin gih."

Arsene tertawa, dia mengangkat bungkusan berisi beberapa kue donat untuk sang Ayah mertua dan Elang serta teman-temannya. "Yang ini buat Ayah, biar ngetehnya lengkap, Yah. Arsene masuk dulu ya."

"Waduh. Repot-repot, Arsene. Makasih ya."

Arsene mengangguk dan melenggang masuk, sudah tampah disana teman-teman beserta Elang dengan ikat kepala yang terikat kencang dikepalanya membuat Arsene tersenyum geli, namun senyumnya luntur karena secara tidak sengaja dia melihat teman wanita Elang yang mengajarinya dengan tekun tersenyum ke arah Elang dan mengusap kepala anak yang mengeluh pusing itu.

Dia datang tanpa menyapa, menaruh donat di depan meja membuat pandangan mata beralih menatapnya semua, Arsene acuh dan langsung duduk di sofa belakang punggung Elang.

"Arsene?"

"Hm?"

"Ini donat?"

"Iya."

"Makasih. Makan dulu nih udah dibawain Arsene, biar cepet paham."

Kepalanya ditepuk dan tawa merdu terdengar dari gadis yang tadi mengajaru Elang, Arsene meliriknya untuk meneliti.

"Harusnya lo yang makan lebih banyak biar cepet paham lagi."

Elang tersenyum sambil mengunyah, dia menyodorkan donat ke arah teman lainnya. "Adit, Fito, jangan sungkan ayo makan aja ini kakakku kok gak usah takut."

Adit dan Fito dengan perlahan mengambil donat yang berada di dalam kotak dan mengucapkan terimakasih.

Elang menatap teman wanitanya. "Debi? Gamau?"

Debi menggeleng sambil tersenyum. "Lo aja."

Elang menyodorkan donat miliknya. "Ayo nyantap, aaa.."

Arsene menarik tangan Elang yang akan menyuapkan donatnya pada Debi dan kemudian menyunyahnya bulat-bulat sampai habis membuat Ekang berseru protes dan memukul paha Arsene yang kembali duduk di sofa belakang tubuhnya.

"Arsene! Ambil yang lain!"

"Itu temenmu juga suruh ambil yang lain, masa di kasih bekasmu." Arsene menjawab sambil melirik Debi yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

Elang menyodorkan kotak donat pada Debi. "Ini, Deb, dimakan donatnya."

"Dimakan. Biar fokus ngajarinnya ga ngelakuin hal-hal yang lain," ujar Arsene.

Elang dan Debi berpandangan bingung namun kemudian Debi mengambil donat yang ada di kotak lalu kembali melanjutkan kegiatan belajar mengajar mereka.

"Gue ambil minum dulu, aus."

"Ada sirup di belakang, buat sendiri ya."

"Iya."

Saat Arsene pergi, Adit dan Fito mendekat kepada Arsene dan Debi serta Tania yang sejak tadi diam sambil mengerjakan soal.

"Itu kakak lo, Lang? Gila serem banget auranya." Fito bergidik dan argumennya diangguki oleh Adit.

"Ini gue kok jadi ngerasa di sindir sama dia ya?" Debi menatap Elang yang menggaruk rambutnya.

"Itu kakak ipar gue, temen dari kecil juga sebenrnya udah sering ke sini, ini waktunya dia pulang kerja mungkin karna capek jadinya begitu. Lagian dia gak nyindir lo kali, Deb, buat apaan nyindir."

Tania yang masih dengar lembar soalnya tiba-tiba berbicara sambil menggoreskan tinta pada kertasnya. "Dia cemburu kali Debi nepuk-nepuk kepala Elang, dia di depan pintu dari tadi."

Mereka berlima menatap Tania bebarengan sambil berseru bersamaan.

"HAH?!"

Tania menatap mereka semua dan menggelengkan kepala. "Gaada kelomang di sini, ngapain hah hah segala."

Mereka semua melanjutkan pembelajaran, kecuali Elang yang diam untuk mencerna kalimat Tania, dia melirik ke arag dapur dimana suara denting gelas Arsene terdengar.

Ga mungkin kan?

-o0o-

TBC

Haiiii sumpa aku lagi stress banget ini lagi banyak banget ujian, tapi ga tahan kalo ga update, jadi gabisa bacain komentar komentar kalian hehehe

Pesawat Kertas [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang