She is Queen || 31

5.2K 125 0
                                    

Memejamkan mata menikmati suasana yang sudah lama tidak Queen rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memejamkan mata menikmati suasana yang sudah lama tidak Queen rasakan. Suasana kota yang padat penuh kesibukan. Suasana kota yang membuat dirinya harus pergi menjauh untuk kebaikannya.

Setelah sekian lama, kini Queen dapat melihat perubahan yang cukup terlihat di kota penuh kenangan ini. Melangkahkan kaki mengikuti kedua orang tuanya untuk segera meninggalkan bandara dan menuju rumah.

Jantung Queen berdetak cukup cepat. Entah perasaan apa ini, kenapa, dan apa-apaan ini. Rasanya Queen takut, ragu, tidak siap, dan penuh kerinduan. Semua rasa itu bercampur aduk seakan memenuhi ruang rasa tanpa terkecuali.

Pikiran Queen kini dipenuhi dengan segala kenangan dahulu kala dan bagaimana kedepannya. Bagaimana jika Queen dipertemukan kembali dengan Jake, teman-temannya, dan dia. Bagaimana Queen harus menanggapi dan bagaimana Queen harus memulai.

Letta yang menyadari atas sorot mata kekosongan anaknya pun angkat suara.

“Queen kita makan di luar apa makan di rumah?” Tanya Letta guna menyadarkan lamunan anaknya.

“Hah? Iya ma? Gimana?” Bingung Queen.

“Mau makan dimana? Makan di rumah aja apa makan di luar?” Ulang Letta.

“Makan di luar yuk, mama kasi tahu restoran yang makanannya enak-enak.” Tambah Letta yang di angguki kecil oleh Jovanka.

“Boleh deh, udah lama juga.” Jawab Jovanka dengan tersenyum kecil.

“Pah tempat waktu itu ya.” Ucap Letta memberitahu suaminya.

-SheisQueen-

“Kapan kita ketemu lagi? kapan balik ke Jakarta?” Tanya Seseorang laki-laki gagah, berpenampilan rapi dengan jas yang melekat pas ditubuh penuh ototnya sembari tangan yang memegang foto seorang gadis cantik memandangnya sayu penuh kerinduan.

“Kalo kita ketemu, lo nggak bakalan lagi gue lepasin. Bakalan gue kunci dikamar biar lo nggak pergi-pergi lagi ninggalin gue.” Lirihnya dengan mata yang masih setia menatap foto berukuran kecil itu.

Tok...
Tok...
Tok...

“Pak Ravi, 5 menit lagi rapat akan segera dimulai. Semuanya sudah siap dan mari menuju ke ruangan.” Ucap si sekertaris.

-SheisQueen-

“Gimana sayang? Enak kan?” Tanya Letta pada anaknya yang hanya diam memakan makanannya saja.

“Enak kok ma.” Jawab sembari melanjutkan makannya.

“Kamu tahu nggak ini restoran siapa?” Tanya Letta yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Queen.

“Restoran ini punya Jake.” Ucap Letta yang seperti bangga.

“Jake, masih stay di Indo?” Tanya Queen yang di angguki Letta.

“Sudah-sudah, lagi makan nggak baik sambil bicara. Dihabiskan dulu.” Ucap Raden yang dituruti oleh keluarga kecilnya.

Selesai menghabiskan makanan masing-masing, keluarga kecil itu tampak sedang berbincang-bincang kecil menikmati santainya sore hari.

“Setelah kamu kembali ke sini, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan kan Queen?” Tanya Raden yang di angguki mengerti oleh Queen.

“Papa dan mama sudah cukup tua dan harapan kami cuma ada di kamu karena kamu adalah anak satu-satunya.” Lanjut Raden yang membuat Queen menatap papanya sendu.

“Maafin Queen atas semua keburukan yang udah Queen lakukan. Queen akan berusaha menjadi lebih baik dan membuat kalian bahagia. Queen bakalan buat kalian menikmati masa tua dengan kebahagiaan yang terus berdatangan.” Ucap Queen penuh yakin membuat kedua orang tuanya menatap Queen dengan senyuman bahagia.

“Queen janji nggak bakalan ngulangin kesalahan yang sama. Queen akan fokus ke papa, mama, dan perusahaan.” Lanjut Queen yang di angguki oleh papanya.

“Jangan terlalu larut dalam penyesalan. Yang terpenting kamu sudah berusaha merubah diri dan hidup lebih baik.” Ujar Raden lembut yang berhasil membuat mata Queen berkaca-kaca.

-SheisQueen-

“Rasa rindu ini semakin hari semakin tumbuh pesat. Rasanya mereka tumbuh lebih cepat dan lebih besar dari diriku sendiri.”

“Rasa rindu dan rasa bersalah yang begitu menyiksa membuatku merasakan sesak berkepanjangan.”

“Penantian yang entah akan berujung bagaimana.”

“Semesta menyuruhku menunggu sesuatu yang tidak pasti sudah menjadi biasa bagiku. Bahkan perasaan menunggu ini jadi terasa begitu menyenangkan karena sesuatu yang tidak pasti.”

“Bayangan akan dirimu terus berdatangan setiap waktu, wajah indah penuh senyuman membuat diriku semakin menumpuk rindu.”

“Rindu yang belum terbalas atau bahkan rindu yang tidak terbalas.”

“Lancang, aku bahkan tidak menyuruhmu melintas dipikiranku namun kamu begitu betah untuk sekedar menyapa.”

“Dan sialnya aku menyukainya, bahkan menunggunya.” Lirihnya mengakhiri sebelum memejamkan matanya untuk tertidur.

Silahkan meninggalkan jejak dengan cara memberikan vote dan komentar✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silahkan meninggalkan jejak dengan cara memberikan vote dan komentar✨

V

O

T

E

T E R I M A K A S I H

She is QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang