Keadaan meja makan sangat hening. Erina mengajarkan mereka untuk tidak berbicara ketika sedang makan. Usai makan Sandra hendak membereskan piring yang kotor namun Erina menahannya. "Sandra, kamu tidak perlu beresin piring kotornya sayang. Ini semua biarin mbak yang bersihkan saja."
Sandra tetap lanjut membersihkan. "Nggak apa-apa kok oma biar sekalian aja saya beresin."
"Kalau sudah dibilangin nggak usah ya nggak usah. Kamu nggak paham bahasa manusia?" Perkataan Rania membuat Sandra langsung duduk.
"Iya tante," kata Sandra dengan kaku. Erina yang melihat sikap Rania menegurnya pelan. "Rania, kamu tidak boleh seperti itu denga Sandra. Bagaimanapun juga dia ini calon menantu kamu."
"Saya tidak pernah meminta oma carikan menantu yang sudah tidak perawan untuk David."
Sandra terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa Rania berkata seperti itu?
Baru saja Erina ingin menegur keras Rania, Sandra bertanya untuk mengalihkan perhatian nya.
"Oh iya oma saya mau bertanya soal barang-barang saya yang oma maksudkan tadi di mana yah? Soalnya saya udah cari-cari tapi nggak ada di kamar."
"Barang-barang kamu tidak ada di kamar? Tadi oma sudah minta orang-orang oma buat bawaain barang-barang kamu ke kamar kok. Coba nanti kamu periksa lagi."
Sandra tersenyum canggung mendengar perkataan Erina. "Tapi nggak ada oma."
"Loh ini gimana sih. Beneran tidak ada satu pun?" Tanya Erina dan di balas gelengan kecil dari Sandra.
"Memangnya barang-barang kamu yang tidak ada itu penting sekali untuk kamu?"
"Ee, penting banget sih oma."
Erina memang wajah serius. "Kalau oma boleh tahu barang-barangnya apa saja?"
"Baju, laptop, buku-buku, tas-"
Erina tertawa kecil disela-sela Sandra berbicara. "Ya ampun sayang, oma kira apaan. Baju kan sudah oma siapkan dan sudah kamu pakai juga kan ini. Soal laptop nanti oma belikan yang paling mahal untuk kamu."
Sandra terkekeh. "Nggak perlu oma, saya sudah punya milik saya sendiri. Baju ini juga kan saya pakai karena baju-baju saya nggak ada oma."
"Foto ibu dan ayah juga masih di kosan"
"Ya sudah sekarang kamu maunya gimana?"
"Saya mau ambil barang-barang saya di kosan dulu kalau dibolehkan pergi."
Erina menghela nafasnya. Terasa berat untuknya membiarkan Sandra jauh-jauh darinya.
"Kamu boleh pergi tapi ditemani David yah. Oma tidak mau kamu pergi sendirian."
Sandra dan David sama-sama terkejut dan melihat satu sama lain.
"Gue pergi sama David? Nggak, nggak. Pokoknya jangan."
"Oma saya-"
"Aku nggak mau oma. Lagian kan yang mau dia ambil barang-barang dia jadi kenapa harus aku yang repot-repot nemenin dia pergi."
Mendengar perkataan David, Sandra meliriknya sinis. "Anda pikir saya juga mau pergi sama anda?"
Erina memberi tatapan tajam pada David. "Kamu itu calon suaminya jadi kamu harus menemani calon istri kamu kemana pun dia pergi."
"Nggak mau oma," rengek David. Melihat nya merengek pada Erina membuat Sandra merasa mual.
Reyhan tiba-tiba berdiri. "Biar aku aja oma yang nemenin Sandra buat ambil barang-barangnya. Nggak apa-apa kan Sandra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Genç KurguDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...