Dilain tempat Sandra mendengar semuanya. Pernikahan ini jelas tak pernah diinginkan oleh David, Rania dan juga dirinya.
Sibuk melamun Sandra dikagetkan oleh bunyi bel mobil Reyhan.
"Nggak sabaran banget sih."
Reyhan melihat kearah Sandra yang sudah masuk mobil. Yang dilihat pun nampak tidak memperdulikannya. Saat ini pikiran Sandra sedang penuh dengan perbincangan Erina barusan.
"Kalau oma tetap maksa gue buat nikah sama David, gue harus gimana nanti?"
"Lo mau gue yang masangin seat belt buat lo atau mau lo pasang sendiri?"
Sandra dengan cepat segera memasang seat beltnya. "Saya bisa sendiri."
Reyhan menancap gas menuju ke kosan Sandra di dekat kampus Andala.
Di tengah perjalanan Sandra merasa tak nyaman dengan Reyhan yang terus bertanya padanya.
"Kosan lo emang sengaja ya didekat kampus?" tanya Reyhan.
"Nggak," balas Sandra singkat.
"Jadi lo ngekos dideket kampus itu nggak sengaja?"
"Ya menurut kakak? Ya iyalah saya sengaja milih kosan didekat kampus biar mempermudah saya juga kan," jelas Sandra dengan suara selembut mungkin.
"Sekarang tinggal di kompleks Ardany jadi susah deh ke kampusnya," gumam Sandra pelan.
"Lo ngekos disana udah lama?" Tanya Reyhan lagi.
Sandra meliriknya sinis. "Ini orang berisik banget sih."
"Belum lama."
"Udah berapa lama emangnya?"
Sandra melihat kearah Reyhan yang sedang sibuk menyetir. "Mohon maaf kak, kalau saya minta kakak untuk fokus menyetir saja bisa tidak?"
Reyhan menganggukan kepalanya mengikuti irama musik dimobil. "Bisa. Tapi lo masih ingat kan yang gue bilang tadi?"
Sandra kembali melihat kedepan dan melipat kedua tangannya. "Iya saya masih ingat. Jaga jarak dan jangan sampai orang kampus tahu kalau kita tinggal serumah."
Belum beberapa menit keadaannya hening Sandra tiba-tiba meringis kesakitan akibat kepalanya berbenturan dengan sandaran kepala dimobil.
"Aduh kak Reyhan. Ini kenapa tiba-tiba ngerem mendadak?"
Reyhan tak menghiraukan omongan Sandra. Kini fokusnya tertuju pada sosok yang nampak tak asing dimatanya.
"Celline." Gumamnya.
Sandra mengikuti arah pandangan Reyhan. "Celline?"
Mobil kembali berjalan dengan perlahan. Reyhan sengaja menurunkan sedikit kaca mobilnya untuk memastikan sosok itu.
Ia tak percaya dengan apa yang sekarang dilihatnya. Celline tengah bermesraan dengan seorang pria di pinggir jalan sembari menikmati gulali ditengah mereka. Tak cukup sampai disitu, Celline tiba-tiba mencium laki-laki disampingnya itu.
"Jadi begini kelakukan lo dibelakang gue? Bisa-bisanya lo udah balik tapi nggak ngabarin gue sama sekali dan malah mesra-mesraan sama cowo lain?"
Tanpa berkata apapun Reyhan tiba-tiba menancap gas dengan kuat dan mengambil arah kiri yang di mana arah tersebut tidak menuju ke kosan Sandra.
"Kak kosan saya ke arah kanan, kenapa belok kiri? Saya mau dibawa kemana? Kakak jangan macam-macam yah sama saya."
Kata-kata Sandra sama sekali tak digubris oleh Reyhan. Ia yang merasa tak didengar pun hanya bisa pasrah sambil meremas kuat seat beltnya.
"Kak awas ada orang mau nyebrang," peringat Sandra.
Dengan cepat Reyhan menginjak rem. Keduanya sama-sama bernapas dengan cepat saat berhasil berhenti.
Sandra sedikit melirik ke bawah dan mendapati tangan Reyhan nampak menahan bahunya.
Reyhan yang sadar pun langsung kembali menyetir lagi. "Sorry soal yang tadi."
Sandra melihat kearah Reyhan. "Gue tadi begitu supaya lo kenapa-kenapa aja," ucap Reyhan sedikit terbata-bata.
Sandra melihat kearah depan. "Gue beneran reflex aja tadi," lanjutnya.
"Saya nggak ngomong apa-apa loh kak dari tadi. Tapi terima kasih untuk yang barusan," balas Sandra pelan.
"Kosan lo udah jauh banget lagi. Gimana nih?"
"Kalau kita putar balik aja boleh nggak? Soalnya di laptop saya banyak data-data yang penting."
"Nggak usah aja yah," ucap Reyhan mencoba membujuk Sandra.
"Tapi di kosan saya ada foto ibu dan ayah saya-"
Belum sempat Sandra menyelesaikan perkataannya, Reyhan langsung membanting stir mobil nya dan berganti arah menuju ke kosan Sandra.
Disela-sela itu ia menghela napasnya mencoba untuk bersabar. Sekarang dia agak menyesal karena menawarkan diri untuk mengantarkan Sandra mengambil barang-barangnya.
"Gue pikir karena udah jauh dia bakalan ngertiin gue dan milih balik pulang. Dasar cewe nggak peka. Tapi kasihan juga dia. Ah tahu ah pusing gue mikirin Celline."
Akhirnya keduanya pergi untuk mengambil barang-barang Sandra yang tertinggal kosan. Lain hal Sandra terus dalam keadaan diam. Dalam hatinya ia terus berdoa pada Tuhan.
"Semoga gue nggak ditinggalin di jalanan Ya Tuhan."
***
Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung.
Terima kasih telah membaca cerita "Married to Mr. David?"
Sampai jumpa di part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Teen FictionDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...