Egois

37 8 0
                                    

David menaruh Sandra dengan perlahan ke tempat tidur. Dipikirannya kini dipenuhi tentang bagaimana tubuh Sandra bisa dipenuhi memar dan darah. Apa yang terjadi saat ia pergi?

"Sekarang gue harus ngapain?" David menggaruk pelipisnya tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Tak lama Sandra bangun dari tidurnya. Ia merasakan sakit yang luar biasa disekujur tubuhnya.

"Lo nggak apa-apa?"

Sandra memberi tatapan tajam pada David. "Gue mau lo jujur David. Lo tadi itu pergi ke Villa ngapain? Barang apa sih yang lo ambil sebenarnya?"

Mendengar pertanyaan Sandra, David menjadi marah. "Emang urusannya sama lo apa? Lo-"

Sandra dengan tegas memotong perkataan David. "Gue mohon dengan sangat buat lo jawab pertanyaan gue barusan,"

"Gue balik buat pamitan sama Vidia. Gue takut kalau nanti dia butuh gue dan nyariin gue terus gue nggak ada di sana buat dia. Gue nggak mau Vidia khawatir jadi gue pamit dulu sama dia biar-" David menghentikan omongannya saat melihat Sandra mulai meneteskan air mata.

"Lo kenapa nangis?" Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut laki-laki dihadapannya membuat Sandra benar-benar marah.

"Gue benar-benar nggak habis pikir yah sama lo."

"Dengan gampangnya lo ninggalin gue sendirian di rumah yang bahkan gue sendiri nggak tahu itu rumah siapa, siapa pemilik rumah itu dan lo ninggalin gue malam-malam, sendirian dan lo dengan bodoh nanya kenapa gue nangis dan alasan gue nangis ya karena lo emang nggak pernah mikirin perasaan gue David."

"Lo egois, lo cuman mikirin diri lo sendiri.

"Lo pergi ninggalin gue karena lo takut Vidia butuhin lo?

"Terus gue gimana? Lo pikir gue nggak butuhin lo?"

"Lo tahu nggak sekeras apa usaha gue tadi buat tetap hidup?"

"Lo tahu nggak sesetengah mati apa gue tadi?"

"Lo tahu nggak seberapa berharap gue nungguin lo buat dateng dan nolongin gue tadi?"

"Lo tahu nggak-" Sandra sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dadanya terasa sangat sesak sehingga ia merasa tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

"Lo kenapa sih? Terserah lo aja deh. Gue males sama lo. Tiba-tiba aja lo marah-marah ke gue padahal gue aja nggak tahu apa salah gue di sini."

"Lo urus aja tuh diri lo sendiri." Usai berkata demikian David pergi dengan membanting pintu kamar dengan keras. Ia tiba-tiba ngomel-ngomel sendiri di depan pintu. "Tuh cewe kenapa sih? Marah-marah ke gue. Nggak jelas banget. Emang gue salah yah pamitan sama Vidia? Lagian dia juga nggak berhak ngatur-ngatur hidup gue kali."

Betapa terkejutnya David saat menemukan juniornya di dalam rumahnya. "Woi lo ngapain di rumah gue? Keluar nggak lo."

"Banyak bacot lo. Gue mau nyari pacar gue." Errando berjalan mendekat ke arah David. David pun menahan nya yang memaksa ingin masuk ke kamarnya.

"Gue bilang keluar sekarang juga dari rumah gue," ucap David dengan penuh penekanan disetiap katanya.

Errando nampak tak memperdulikan ucapan David dan mendorong nya untuk menjauh dari jalannya. Ia membuka pintu dengan kasar dan berhasil menemukan sosok yang dicarinya.

"Baby you okay?" Errando menjadi khawatir mendapati Sandra yang tengah menangis sambil menutupi wajahnya. Ia menghampiri nya dan mengelus lembut rambut kekasihnya.

Errando mengepalkan tangannya dan pergi menghampiri David. "Eh lo apain pacar gue hah? Kenapa badan dia sampai kayak gitu!"

David menatap Errando tak percaya. Berani-beraninya anak ini berteriak di depan mukanya? "Gue juga nggak tahu kenapa dia bisa kayak gitu. Mending lo, pergi sekarang juga dari rumah gue."

"Bacot."

Errando menutup dan mengunci pintu kamar dengan cepat sebelum David menahannya. "Woi buka nggak. WOI BUKA!" David tak henti-hentinya menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Sialan ini orang. Bodo amat lah sama dia." David akhirnya memutuskan untuk pergi karena malas berurusan dengan Errando. Lagian Errando adalah pacarnya Sandra kan? Terserah mereka saja.

"Alex you okay? Kamu kenapa bisa kayak gini sayang?" Errando sangat mengkhawatirkan keadaan Sandra yang sekarang.

"David yang ngebuat kamu kayak gini?" Sandra menggelengkan kepalanya.

"Terus siapa yang ngebuat kamu kayak gini?" Errando sangat frustasi. Lalu ia teringat akan sesuatu dan memutuskan untuk bertanya dengan hati-hati pada Sandra. "Jangan-jangan orang yang waktu itu di Villa?" Melihat Sandra tak bereaksi sama sekali menandakan bahwa dugaan ia benar.

Errando menghembuskan napasnya kasar. Ia berusaha dengan sangat untuk menahan emosinya sekarang. "Alex, sekarang aku mau kamu ceritain sama aku siapa orang itu. Kenapa dia bisa ngelakuin ini sama kamu? Kenapa-"

Mendengar Sandra yang semakin menangis Errando segera membawanya ke dalam pelukannya. Ia memeluk Sandra dengan erat seolah tak mau kehilangan nya.

"Kamu tenang yah, ada aku di sini. Okay?" Errando mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir dipipinya. Ia memegang kepala Sandra lalu menciumnya dengan lembut.

"It's okay baby. I'm here with you. Don't worry yah."

"Gue sayang banget sama lo Alex. Gua sayang banget sama lo dan gue nggak mau kehilangan lo. Gue akan pastiin dapetin orang itu buat lo. Gue janji."

Setelah itu Sandra mulai membersihkan dirinya yang dipenuhi dengan debu dan tanah. Errando juga dengan telaten merawat luka-luka ditubuh kekasihnya.

Usai mengurus luka-luka Sandra, Errando membantu nya untuk menaruh kepala nya dibantal lalu mencium kepala nya dengan sangat lama seolah memberi ketenangan untuk kekasihnya. "I love you so much, Alexsandra Karesa Gabriella."

David memberi tatapan dingin pada Errando yang lewat di depannya yang sedang menonton TV. "Lain kali kalau bertamu ke rumah orang itu yang sopan. Jangan kayak nggak pernah diajarin tata kerama sama orang tua kamu."

"Bacot."

David mengepalkan tangannya menahan kekesalannya. Entah kenapa Errando ini sangat menyebalkan saat mengatakan bacot. Hal itu menjadikan Errando satu-satunya makhluk yang paling ingin ia tonjok di bumi ini.

***

Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung.

Terima kasih telah membaca cerita "Married to Mr. David?"

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Married to Mr. David? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang