"Hai baby, lagi ngapain?" Errando memberi kedipan mautnya pada Sandra yang nampak sibuk bermain bersama Tian.
"Lo ngomong apaan sih. Nggak jelas banget," balas Sandra cuek. Errando yang mendengarnya menjadi merajuk dan menggeser Tian dari hadapan Sandra.
Errando memegang kedua pipi Sandra. "Kamu lupa yah? Semalam kan kamu bilang kalau kamu mau jadi pacar aku." Sandra menepis paksa tangan kekar Errando. Ia berdiri dan membawa laki-laki itu jauh dari Tian untuk berbicara.
"Kamu kenapa sih yang?"
Sandra memukul lengan Errando. "Lo yang kenapa Errando? Gue ini bukan pacar lo dan kita berdua ini cuman teman." Mendengar ucapan Sandra Errando menyodorkan ponselnya lalu memutarkan sebuah video pada Sandra.
Errando Pov
"Gue laper banget nih, kebawah ah sekalian nyamperin Tian sama Alex juga." Setelah anak tangga terakhir, gue melihat Alex menenggelamkan kepalanya disofa. Hal itu buat gue menghampiri Alex dan membawa anak rambutnya kebelakang telinga. "Nah gini kan cantiknya kelihatan."
Gue sedikit mendekat pada Alex untuk mencium aroma rambut ikal perempuan manis ini. "Aromanya kayak shampoo Buna, aroma yang gue suka."
Gue pun ikut menaruh kepala disofa dan melihat kearah Alex. Gue suka rambut, alis, bulu mata, hidung, pipi, bibir, dagu dan juga kulit cantik perempuan dihadapan gue saat ini.
"Cewe yang seumuran emang bukan tipe gue. Tapi kalau itu Alexsandra Karesa Gabriella bisa dibicarakan baik-baik."
Jari telunjuk gue menyentuh pipi Alex dengan lembut. "Ini cewe kenapa lucuk banget sih, jadi pengen gue makan aja."
Gue mengeluarkan ponsel dengan terburu-buru dan merekam wajah Alex yang sedang tertidur lenyap. "Alex, lo mau nggak jadi pacar gue buat selamanya?"
Melihat Alexnya tak bergerak, gue sedikit mengguncangkan tubuh gadis itu. "Hmmmm." Mendengar itu membuat gue senang dan langsung mengelus pipi Alex. "Terima kasih Alex, aku sayang banget sama kamu."
Author pov
Sandra mengembalikan ponsel Errando dengan kesal. "Lo gila yah? Pokoknya kita berdua ini nggak ada hubungan apapun. Lagian gue juga udah ada-"
Errando memberi tatapan sinis. "Kamu udah ada pacar?"
"Hah?"
"Ih atuh nggak apa-apa tahu, selagi jalur kuning belum melengkung aku bisa dong deketin kamu. Kalau kamu udah pacar juga aku bisa kok rebut kamu dari dia." Errando menjadi serius dengan hal ini.
Sandra menggelengkan kepalanya tidak tahu apa yang harus ia lakukan. "Gini yah Errando, gue itu udah punya suami. Okay? Jadi lo-"
"Kamu pikir aku percaya? Pokoknya kamu tetap jadi pacar aku, kamu itu milik aku dan aku nggak mau tahu yah. Okay Baby?" Errando mencium pipi kanan Sandra dan langsung kabur begitu saja. Hal tersebut membuat lutut Sandra lemas seketika.
Ingatan tentang masa lalu yang berusaha ia lupakan kembali terlintas dikepalanya. Ingatan tentang Adit yang mencium pipi kanannya sebelum melakukan aksi cabulnya itu kembali menghantuinya lagi.
Dadanya terasa sesak sekarang. Ia berjalan tertatih ke kamar mandi terdekat dan segara membasuh wajahnya dengan air dingin. "Tenang Sandra, you're okay, you're percious. You're deserved to be loved, you're preety, you're kind, you're strong, you got this. Tenang yah."
5 tahun lalu flashback on
Sandra merasa sedikit panik melihat Adit yang tiba di rumah dalam keadaan sedikit mabuk. Hari sudah sore namun Om Wira dan Tante Bella belum juga tiba di rumah. Hal itu membuat ia sedikit terpaksa meyambut Adit.
"Selamat sore kak, selamat datang kembali di rumah," ucap Sandra sedikit gemetar. Ia pernah mendengar dari cerita ibunya bahwa Adit memeliki temperament yang sangat buruk. Tentunya hal itu membuat ia ketakukan setengah mati jika amarah Adit keluar.
"Hai gadis kecil, kok kamu sendirian aja sih di sini? Orang tua kamu kemana? Oh iya udah mati yah. Kasihan banget, nggak apa-apa lah hitung-hitung nebus dosa karena pas lagi di atas mereka nggak inget sama keluarganya."
Sandra terus melihat ke arah lantai. Matanya tak berani menatap Adit lama-lama. "Eh tapi lo masih SMP udah cantik banget sih, gue suka deh." Adit perlahan mendekat kearah Sandra. Ia menggendong tubuh kecil Sandra dan mencium pipi kanannya.
"Wangi lagi. Kangen banget gue sama lo. Tahu nggak, dari lo SD itu gue udah notice kalau lo gede nanti pasti bakalan cantik banget. Pasti bakalan ada banyak cowo yang suka dan tergila-gila sama lo pas SMA, kuliah atau saat lo di dunia kerja nanti."
Adit memeluk Sandra dengan erat. "Lo tahu, gue itu tipe cowo cemburuan tahu. Gue nggak suka ngelihat barang cantik punya gue dilihat dan disukai banyak orang. Mereka boleh ngambil dan milikin barang cantik itu setelah gue rusak. Tapi orang mana sih yang mau barang bekas? Apalagi rusak." Adit memegang dagu Sandra.
"Lo tahu, karena orang tua lo yang gue benci itu udah mati. Jadi lo sebagai anak mereka harus mati juga." Usai berkata demikian Adit membawa Sandra ke kamar orang tuanya dan mengunci pintu kamar tersebut sembari membekap mulut gadis kecil itu.
Langit sudah mulai terang dan Sandra membuka matanya perlahan. Ia terdiam melihat tubuhnya yang tidak terbungkus apapun. Belum lagi memar disetiap badannya.
Sandra melihat sekeliling kamar om dan tantenya yang sangat berantakan. Tidak ada suara sama sekali di rumah tersebut. Dengan selimut yang menutupi tubuh mungilnya ia berjalan menuju ke gudang untuk mengambil baju seragamnya dan bersiap untuk pergi sekolah.
Hanya saja Sandra tak mau jika orang tuanya nanti bersedih kalau dirinya tidak berangakat ke sekolah hari ini. Dihari Rabu, tanggal 7, dibulan Maret, tahun 2018, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi.
Flashback off
Setelah dirasanya ia sudah cukup tenang, Sandra menghampiri Tian dan mengajaknya main sembari tertawa bersama tanpa memperdulikan Errando yang sedang merekam dirinya.
"Ayah, ibu, yang tenang saja yah di atas sana. Sandra di sini baik-baik saja kok. Maafin Sandra yah yang belum bisa ke Bogor buat besuk makam Ayah dan Ibu. Sandra sayang kalian."
***
Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung.
Terima kasih telah membaca cerita "Married to Mr. David?"
Sampai jumpa di part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Ficção AdolescenteDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...