Mulut Sandra terbuka sangat lebar saat memasuki kawasan Ardany.
"Tempatnya bagus banget. Jadi gue bakalan tinggal di sini?"
David melirik ke arah Sandra. "Biasa aja mulut lo nggak usah kayak orang kampung," sinisnya.
"Sombong banget sih jadi orang. Udah kasar, ngga sopan, sombong lagi. Semoga betah deh istrinya nanti dapet modelan kayak dia."
Sandra membulatkan matanya. "Loh gue kan calon istrinya sekarang." Sadar akan ucapannya Sandra menggigit bibirnya keras.
Keduanya sudah didalam halaman rumah Erina.
"Luas banget halamannya. Ini rumahnya segeda apaan coba."
Mobil David berhenti tepat di depan pintu berwarna keemasan. "Buruan turun. Lo bisa kan turun sendiri? Gue ogah bukain pintu buat lo."
"Gue bisa turun sendiri."
"Yaudah, turun." Dengan cepat Sandra membuka pintu mobil dan bergegas keluar namun saat mencoba berdiri ia kembali terduduk lagi. Ternyata dirinya lupa untuk membuka seat belt.
"Emang goblog banget lo Sandra ih." Sandra merutuki kebodohannya. Ia melirik ke arah David diam-diam namun dia nampak sibuk dengan ponsel nya. Hal itu tentunya membuat Sandra sangat lega.
"Syukur deh yang penting dia gak ngelihat."
Sandra melepas seat belt nya lalu turun. Ia melihat Erina dan Rania menghampirinya. Erina memeluk Sandra dengan erat.
"Sandra, oma kangen banget sama kamu. Maafin David yah kemarin tidak anter kamu ke rumah malah ninggalin kamu begitu saja di cafe."
Sandra tertawa ringan. "Saya nggak apa-apa kok oma."
Erina melepaskan pelukannya dan mengelus pipi kiri Sandra. "Ya sudah yuk masuk. Barang-barang kamu sudah di dalam kamar."
"Hah?"
Tanpa sengaja mata Sandra bertemu dengan Rania dan tatapan itu masih sama saat mereka bertemu di cafe.
"Mamanya David sepertinya nggak suka sama gue. Hhh terserah saja lah."
Erina menarik tangan Sandra dan membawa nya masuk. "Nah untuk sekarang kamu tinggal sama oma di sini Sandra. Nanti kalau kamu sudah menikah dengan David, kalian bisa pindah ke rumah yang sudah oma siapkan untuk kalian dan anak-anak kalian nanti."
"Bisa gue tolak sekarang aja nggak sih? Tapi gue takut oma kecewa. Lagian gue kan juga baru kenal sama David."
"Nah ini kamar kamu yang sekarang, semoga kamu suka yah sama kamar yang sudah oma siapkan."
"I-iya oma," balas Sandra ragu.
"Ya sudah kamu mandi dulu, setelah itu langsung ke meja makan. Okay?"
"Iya oma," angguk Sandra.
Saat memastikan Erina sudah pergi Sandra langsung menutup pintu kamarnya. Ia menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana kamar ini bisa sebesar dan sebagus ini?
Sandra menepuk-nepuk pipinya. "Sadar Sandra. Sadar, lo gak boleh sampai terlena dengan semua ini. Lo harus mikir gimana caranya supaya pernikahan antara lo sama David itu jangan sampai terjadi."
Sandra mondar-mandir memutar otak memikirkan cara agar dirinya dan David tidak menikah. Ia sangat yakin David juga pasti tidak menginginkan pernikahan ini terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Novela JuvenilDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...