Penghuni baru

33 8 0
                                    

5 hari adalah waktu yang cukup bagi Sandra untuk menenangkan dirinya dari kejadian itu. Kuliahnya pun berjalan dengan lancar. Ia juga berhasil mendapatkan teman dekat di kampus, Talita namanya. Awalnya Sandra mengira Talita adalah anak yang pendiam namun sudah beberapa hari ini dia menjadi sedikit cerewet. Namun hal itu merupakan pertanda baik bagi keduanya karena sudah tidak merasa canggung antara satu sama lain lagi.

Mendengar bel rumah berbunyi membuat Sandra beranjak dari sofa. Siapa saja yang melihat wajahnya pasti akan mengerti betapa terkejutnya melihat Vidia dihadapannya. "Hai Sandra," sapa Vidia dengan ceria. Ia nampak sangat bersemangat saat ini.

"Hai," balas Sandra seraya berusaha tersenyum agar tidak terlihat canggung. Vidia langsung masuk dan mencari keberadaan David. "David ada?"

"Okay, positive thingking aja mungkin dia lupa kalau masuk rumah orang lain itu harus tunggu dipersilahkan dulu."

"Eum ada di atas. Lagi lihat-lihat kamar-"

"Eh iya? Jadi kamar aku udah jadi San? Jadi nggak sabar banget." Vidia segera pergi kelantai 2 dengan tak sabar.

"Kamar aku?"

Merasa ada yang tak beres Sandra langsung buru-buru menyusul Vidia. Saat ia berada di depan pintu, ia melihat David yang sedang menyambut kedatangan Vidia dengan pelukan hangat.

"Loh Sandra kamu di sini juga? Kebetulan banget. Sini masuk San," Vidia menarik tangan Sandra dan mengajaknya untuk berkeliling melihat kamar yang selama 1 bulan ini dibuat oleh David.

"Menurut kamu gimana? Bagus nggak kamar aku?"

Pandangan Sandra tertuju pada kaca yang sangat besar di samping tempat tidur. Vidia yang paham langsung mengajak Sandra ke depan kaca besar itu. "Kamu tahu nggak kenapa ada kaca yang besar banget di ruangan ini? Awalnya aku suka ngaca dimobil David eh dia malah beliin aku kaca sebesar ini buat aku. Katanya biar aku puas bisa memandangi wajah cantik aku. Lucu banget nggak sih? Padahal aku ini lebih seneng kalau ngaca dimobil dia aja."

David mendekat kearah Vidia dan memeluk nya dari belakang. Sandra yang melihat pantulan kedua nya dari kaca besar dihadapannya segera pergi dari sana.

"Eh Sandra mau kemana?"

"Mau masak buat makan malam dulu." Tanpa menunggu balasan Vidia, Sandra dengan tergesa-gesa keluar dari ruangan itu. Hal itu malah membuat Vidia merasa khawatir bila Sandra merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

Vidia melepaskan pelukan David dan memukul lengannya pelan. "Vid ih, kamu ngapain sih peluk-peluk aku pas masih ada Sandra tadi. Nggak enak tahu sama Sandra."

David tersenyum mendengar omelan Vidia. "Kenapa sih? Lagian kan aku kangen sama kamu. Jadi wajar dong kalau aku tadi meluk kamu."

"Iya tapi nggak didepan Sandra juga David."

"Yaudah maaf. Lain kali nggak gitu lagi," ujar David sembari mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik Vidia.

Sandra yang berada di dapur menepuk-nepuk wajahnya agar tak hilang fokus. Ia tidak habis pikir dengan isi kepala David.

"David minta Vidia tinggal di sini? Dia udah gila yah? Kalau oma sampai tahu gimana coba?" Sandra mengacak-acak rambutnya stress.

"Bodohnya lagi, gue sempet mikir kalau kamar itu buat gue. Dia nggak mau sekamar kan sama gue, jadi gue pikir dia sengaja buat kamar itu sehingga gue bisa tidur dengan nyaman. Tapi nyatanya apa?" Sandra menertawakan dirinya yang bodoh karena telah menaruh harapan pada David.

"Yang jadi pertanyaan itu, selama ini dia tahu nggak sih kalau gue masih tidur disofa? Atau jangan-jangan dia Amaurosis Fugax. Jadi setiap ngelewatin ruang tengah dia tuh nggak ngelihat gue di situ."

(*Dikutip dari halodoc, Amaurosis Fugaxkondisi adalah kondisi kehilangan penglihatan secara tiba-tiba dan sementara. Seseorang akan merasa seolah-olah ada sesuatu yang menutupi kedua matanya. Gangguan ini biasanya merupakan efek sementara yang terjadi dalam hitungan detik hingga menit.)

"Terus setelah melewati ruang tengah, pengelihatan nya kembali seperti semula?" Sandra menggigit bibirnya keras. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang dialaminya.

Saking kesalnya, ia menginjak-injak lantai dapur dengan kasar melampiaskan uneg-unegnya. Masalahnya mau sampai kapan ia begini terus? Mau sampai kapan ia bergantian tidur disofa dan dimatras?

"Badan saya sudah tidak kuat Ya Tuhan."

Sandra menghela napas jengah.

"Aaaa," ucap David sambil membuka mulutnya untuk menyuapi Vidia namun ditolak oleh nya. Vidia mencubit lengan David pelan menegur nya untuk menjaga sikap. "David, tadi kita udah janji kelingking yah, jangan macem-macem ah."

Melihat Sandra yang sudah menyelesaikan makanan nya, Vidia juga ikut membantu Sandra untuk membereskan piring-piring kotor dimeja makan. "Aku bantuin yah Sandra."

David memeluk pinggang Vidia disamping nya. Sebenarnya apa maksud dia? Sandra juga tidak mengerti. Dia memasang wajah memelasnya. "Udah nggak usah dibantuin Vid, dia udah biasa kok beres-beres beginian. Kamu temenin aku aja di sini. Yah, yah, yah."

Vidia melepaskan tangan David dari pinggangnya. "Vid udah deh. Lagian kasihan Sandra harus beres-beres sendiri. Kan selama ini dia dibantuin mamanya. Lagian tujuan aku ke sini kan emang buat bantuin Sandra selagi mama nya di Bogor ngurus ayah nya. Jangan pura-pura lupa deh kamunya. "

Mendengar ucapan Vidia, Sandra tersenyum getir. Dia benar-benar tidak tahu cerita apa yang David sampaikan pada Vidia tentang dirinya. Melihat David dan Vidia yang terus menerus tarik ulur, Sandra memutuskan untuk mengambil alih piring kotor dari tangan Vidia. Ia tersenyum singkat pada Vidia. "Biar saya saja."

Vidia menatap David dengan kesal. "Tuh kan, gara-gara kamu Sandra jadi ngeberesin semua ini sendirian jadinya." Ia melihat ke arah Sandra yang sedang sibuk. "Sorry yah San," ujar Vidia dengan perasaan bersalah. Sandra hanya membalas dengan memberi tanda ok lalu segera beranjak ke dapur.

Di depan westafel dapur, Sandra menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia hanya berpikir kalau nantinya keberadaan Vidia akan menjadi bumerang bagi David, terutama dirinya. Ia hanya takut kalau nantinya ia menyakiti perasaan Erina.

***

Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung.

Terima kasih telah membaca cerita "Married to Mr. David?"

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Ps: mohon izin menghilang dulu yah readers, lagi nyiapin diri buwat utbk-snbt soalnya. Arigatouw (cute tone)

Keck, keck (membuat segel tangan) Shunshin no jutsu...







Married to Mr. David? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang