Sudah berjalan sebulan David dan Sandra menyandang status sebagai sepasang suami istri. Hari-hari yang dilalui Sandra juga terkadang berjalan dengan mulus.
Perbedaan sebulan ini adalah David mulai makan makanan yang disiapkan Sandra. Jadi sekarang Sandra sedang memasak ayam balado dan juga cah kangkung.
Resep ayam balado baru Sandra pelajari kemarin dan ia berharap David menyukainya. Saat sedang sibuk memasak ia mendapat panggilan dari sahabatnya, Afreen.
Sandra menjawab dengan segara sambil terus memasak. "Iya halo, kenapa Freen?" Ia berhenti sejenak lalu mendekatkan ponselnya saat mendengar suara isakan Afreen.
"Lo kenapa Freen?" Tanya Sandra panik. Afreen biasanya jarang menangis dan mendengarnya menangis membuat Sandra khawatir. Tangis nya pecah seketika. Sandra yang mendengar nya bertambah cemas. "Afreen jawab gue, lo kenapa? Lo lagi di rumah kan. Gue kesana yah," ucap Sandra dengan buru-buru menyelesaikan masakannya lalu berpamitan pada David.
"David gue mau keluar sebentar dulu. Gue juga udah siapin makanannya dimeja." Tak mendapat respon apapun dari David di ruang tengah, Sandra tak memperdulikan nya dan bergegas memesan ojol menuju ke rumah Afreen.
Setelah sampai Sandra langsung berlari sekuat tenaga dari gerbang kompleks rumah Afreen. Bisa dibilang kawasan rumah Afreen sama persis dengan kawasan rumah yang ditinggalinya dan David.
Tetap berlari sekuat tenaga sampai tiba di depan pintu rumah Afreen. Sandra melihat-lihat sekeliling rumah Afreen dan tak menemukan keberadaannya di mana pun. Pikirannya langsung mengarah ke kamar nya. Tanpa mengetuk Sandra langsung masuk dengan panik. Saking terburu-burunya Sandra tak melihat bantal di lantai dan akhirnya ia terpeleset sampai menabrak punggung Afreen yang tak jauh dari pintu kamar.
Sandra menepuk pundak Afreen dari belakang. "Freen lo kenapa?" Keringat nya sudah bercucuran. Afreen berbalik menghadap nya dan menangis dengan keras. "SANDRAAA," rengeknya.
Sandra bertambah panik. "Lo kenapa!" Bukannya menjawab pertanyaan Sandra, Afreen malah menunjukan landak nya yang tampak sudah tidak bernyawa dikedua tangan kecilnya.
"ANNE MATIII," ucap Afreen menaikan volume tangisnya.
Sandra mengelap keringat dikeningnya dengan kasar dan mengacak-acak rambutnya kesal.
"AFREEN!" Teriak Sandra yang dibalas teriak pula dari Afreen. "APA!" Sandra tiduran di lantai kamar Afreen, badannya menggeliat saking kesalnya dengan kelakuan sahabatnya. Ia menendang-nendang angin dan erangan kekesalan terus keluar dari mulutnya.
Sandra berdiri dihadapan Afreen. Kedua tangannya serasa ingin menjambak rambut hitam panjang itu dengan keras.
"Freen lo gila yah? Lo tahu nggak gue ke sini udah kayak orang gila karena gue mikir lo kenapa-kenapa di rumah. Lo buat gue panik tahu nggak," ucap Sandra dengan sedikit meninggikan suaranya.
Afreen makin menangis "LANDAK GUE GIMANA, HUWEEE."
Sandra melongos pergi meninggalkannya. "Bodo, terserah lo mau diapain." Afreen merengut sembari menundukan kepalanya murung.
Tak lama Sandra menghampiri nya dan mengambil landak dari tangan nya dengan paksa. Afreen mengangkat kepalanya. "Mau lo apain San," tanya Afreen dengan wajah khawatir jika Sandra akan membuang landaknya.
Sandra berbalik dan menatap nya sinis. "Mau gue buang ke got." Mendengar perkataan Sandra Afreen menangis lagi. "Huweee jangan dong kesian nanti Annenya bau got."
Sandra menghela napasnya lelah. "Ya gue kubur lah. Di belakang dekat rumah pohon lo kan? Udah tahu gue. Lo cuci tangan lo aja sana kan tadi habis megang Anne."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Genç KurguDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...