"Ada apa dengan hari ini? Bagaimana bisa kita bertengkar hanya karena permainan monopoli bodoh seperti ini? Biar ku tebak. Kau pasti sudah sangat kehilangan akal mu," Ucap Satria seraya meraih tangan lentik Ganesh.
Ganesh menerima uluran tangan Satria lalu melepaskannya seolah ia terpaksa melakukan itu. "Oppa, mengapa kamu sangat jahat? Padahal aku sangat saranghe mu. Kata-kata oppa barusan menyakiti hati berukuran 2+1×0 milik ku."
"Kamu bisa mengukur hati mu? Bagaimana bisa? Apakah di dalam hatimu ada penggaris? Lagipula 0 cm itu tidak artinya. Bukankah harusnya kau berkata jika-"
Ganesh menaruh telunjuknya pada bibir Satria. "Oppa, ternyata kamu masih govlok yah seperti dahulu. Dikali dulu dong baru ditambah. Lagipula yang ku maksudkan adalah km bukan cm." Ganesh menarik napas perlahan dan membalikan badannya sambil mencuri pandang pada Satria.
"Lagipula oppa hampir menyakiti sel hepatosit ku, oppa hampir saja membuat aku mengidap sakit gagal hati." Satria langsung memeluk Ganesh dari belakang. "Maafkan aku adindaku, aku mencintai mu."
Ganesh menyadarkan kepalanya pada pundak lebar Satria. "Aku juga mencintaimu, oppa 361 juta kilometer persegi ku." Satria membalikan badan Ganesh agar berhadapan dengannya. "Apa maksud kamu 361 juta kilometer persegi ku?"
Ganesh mengelus pipi Satria. "Karena pundak oppa seluas samudra. Tak lupa, cinta oppa pada aku juga sedalam samudra. Oppa adalah Samudra ku," balas Ganesh dengan senyuman tulusnya.
"Adinda ku," panggil Satria.
"Oppa ku," balas Ganesh. Mereka akhirnya berpelukan dengan mesra.
Reyhan yang menyaksikan kejadian barusan merasa ingin muntah. Bagaimana bisa dirinya terlibat dengan 2 manusia abnormal ini? Mereka membuat dia melemparkan bantal sofa kearah mereka.
"Sialan lo berdua. Eh kita baru aja makan yah, jangan buat gue muntahin makanan yang udah gue makan barusan."
Ganesh yang melihat Reyhan mengomel memasang wajah cemberut. Ia kembali duduk disamping Reyhan sebelum apa yang dibicarakan nya barusan terjadi. Ia tidak mau rumahnya bau karena jika Reyhan muntah, bau nya akan sangat nyegrak dan tidak baik untuk dirinya dan rumahnya.
"Berani lo muntah, habis lo sama gue. Gue barusan bersihin rumah ye," ancam Ganesh membuat Reyhan tertawa kecil.
"Eh Sat-"
"SATRIA. Gue cipok beneran lo kalau manggil Sat lagi. Gue tahu yah kalau lo manggil Sat itu tuh aslinya Bangsat," ketus Satria pada Reyhan. Sekali dua kali ia memakluminya, namun sekarang sudah berbeda. Dia bukanlah Bangsat-
Maksudnya, dia bukanlah Satria yang dulu lagi, sekarang dia berbeda. Jika dulu dia hadapi semuanya dengan dukun sekarang akan ia hadapi semuanya dengan kecupan. Semua itu agar terjalinnya kehidupan yang rukun antar sesama manusia. Lagipula dukun itu tidak baik, heeh tidak baik untuk lawan bicaranya.
Bunyi notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Reyhan membuat pemiliknya entah kenapa jadi bersemangat.
08** **** ****
"Kak, ini aku Beby. Aku mau ngajak jalan-jalan sore besok mau kan?
Ps: abaikan pesan ini jika kakak sibuk. Makasih, Xixixi >.<"
Beby
Melihat temannya senyum-senyum sendiri sambil mengetik sesuatu diponselnya membuat Ganesh dan Satria saling bertukar pandang satu sama lain.
Sedang asik dengan dunianya, tiba-tiba dia dijatuhkan kekarpet dan tangannya telah dikunci oleh Ganesh. "Sakit bego, lepasin nggak. Apa-apaan sih lo pada? Satria bangke, balikin hand phone gue woi." Reyhan mencoba untuk membebaskan dirinya namun tampak percuma saja jika ini Ganesh, si atlet taekwondo bersabuk hitam.
Satria memberi kode pada Ganesh untuk melepaskan Reyhan lalu mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Mereka melakukan high five lalu duduk disofa sembari merangkul satu sama lain.
"Dih, lo embat lagi tuh jatah gue? Reyhan, Reyhan mau sampai kapan sih lo embat jatah gue mulu. Dari-"
"Gila lo. Nggak ada yah gue embat gebetan lo, mulut lo dijaga. Orang dia ngechat gue deluan."
Satria memasang wajah meledek mendengar pembelaan Reyhan. "Iyaan aja deh, iya nggak Nesh?"
*Plak.
"Kok lo gampar gue sih?"
"Nama gue tuh bagus-bagus Ganeshtra Arsh, si tentram, sempurna dan tulus. Jangan sembarang main panggil gue Nesh. Emang nama gue Nenesh? Sonesh? Hah? Panggil tuh yang lengkap. Ganesh, bukan Nesh. Dasar kampungan."
Plak.
"Pala lo tuh. Dasar kampungan paan. Lo pikir nama lo udah paling iye gitu? Nama gue loh, Adhitama Satria Affandra. Gue tampan, pemberani, tangguh, kaya, penguasa bumi-"
"Bacot lo. Penguasa bumi apaan, rumah unyil lo noh bisa gue beli." Ganesh memasang tampang sombong kearah Satria.
"Bacot lo berdua. Rumah kalian berdua tuh yang bisa gue beli sekarang juga," ucap Reyhan seraya bersiap-siap pergi dari tempat itu. Dia sudah tidak tahan dengan semuanya, capek banged loch.
Setelah Reyhan keluar Ganesh menoel tangan Satria. "Paan," ujarnya culas.
Ganesh hanya cengengesan. "Kita main hide and seek yok, gue bosen nih." Satria menyeritkan alisnya bertanya-tanya maksud perkataan sahabat tolilnya.
"Hide and seek? Apaan tuh?" Benar saja, ternyata Satria tidak tahu apa itu hide and seek. Ganesh memalingkan wajahnya. "Punya sahabat kok tolil banget yah. Hide and seek tuh maksudnya gue ngajak lo buat main petak umpet bareng, gimana sih."
"Ish, lagian elu ribet. Timbang bilang main petak umpet aja pakai hide and seek segala. Yaudah ayok."
"Ayok."
***
Penulis mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung.
Terima kasih telah membaca cerita "Married to Mr. David?"
Sampai jumpa di part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. David? [ON GOING]
Teen FictionDavid menolak dengan tegas tentang perjodohannya dengan Sandra. Dia tidak pernah menginginkan apalagi meminta sosok Sandra untuk hadir dalam kehidupannya yang sempurna. Ditambah ia mengetahui bahwasanya Sandra sudah tidak perawan lagi. Sandra tidak...