Bharmal dan keluarganya sedang sarapan pagi. Meena menghidangkan nasi goreng kesukaan putrinya. Jodha memakan nasi goreng itu dengan lahapnya sampai tersedak.
"Uhuk...uhuk..."
Dengan terburu-buru dia meminum air putih untuk menghilangkan tersedaknya
"Ya ampun, sayang. Pelan-pelan makannya."
"Nasi goreng ibu enak sekali. Aku suka."
Jodha menoleh ke ayahnya, "Ayah, apakah pesta ulang tahunku jadi dirayakan?" tanya Jodha sambil memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Iya sayang. Seperti yang kamu inginkan. Tema pestanya snow white bukan?"
"Iya benar. Terima kasih. Aku sayang ayah." Jodha menghampiri ayahnya lalu mencium pipinya. Bharmal tersenyum.
"Ya sudah. Cepat habiskan sarapanmu. Nanti terlambat ke sekolah."
"Ok Bu."
Setelah sarapan, Bharmal dan Jodha berpamitan pada Meena. Setelah itu mereka keluar bersama. Bharmal menjalankan mobilnya mengantar Jodha ke sekolah terlebih dahulu kemudian baru ke kantornya.
* Di kantor AKDHATEX.
Abul mali tak pernah berhenti menghasut Humayun untuk tidak mempercayai Bharmal. Dia terus berusaha mengadu domba dua orang bersahabat itu.
"Percayalah padaku, Kak. Bharmal sudah menghianati kakak. Dialah yang menggelapkan uang perusahaan."
"Itu tidak mungkin! Bharmal adalah sahabatku. Dia tidak akan menusukku dari belakang."
"Kalau sudah menyangkut dengan harta dan kekuasaan, persaudaraan atau persahabatan tidak akan ada artinya. Semua orang bisa haus kekayaan," ucap Abul mali sambil tersenyum sinis.
"Tidak! Aku tidak percaya kalau tidak ada buktinya. Kau mengerti. Jangan pernah menjelek-jelekkan Bharmal di depanku. Karena aku tak akan percaya padamu. Sekarang keluarlah dari ruanganku!"
Abul mali begitu marah saat Humayun mengusirnya. Namun, yang bisa dia lakukan hanya diam.
"Sebentar lagi aku akan menghancurkan persahabatan kalian. Tunggu saja tanggal mainnya." batin Abul mali sinis.
Dengan kesal dia keluar dari ruangan Humayun.
----
Setelah pulang menemui klien, Bharmal masuk kedalam ruangannya. Namun, dia heran kenapa barang-barang miliknya tertata rapi.
"Ada apa ini? Kemana barang-barangku?"
Tak lama kemudian sekretaris Bharmal masuk ke ruangannya dan menyampaikan bahwa Humayun ingin bertemu dengannya. Bharmal bergegas menuju ruangan Humayun. Begitu sampai di ruangan disana, ternyata ada Abul mali.
"Ada apa humayun?"
"Mulai saat ini kau tidak akan bekerja lagi di perusahaan ini."
"A ... apa maksudmu?"
"Kau tidak lagi memiliki saham di perusahaan. Segera angkat kaki dari kantor ini sebelum aku melaporkanmu ke polisi!"
Bharmal terkejut dan tidak mengerti dengan perkataan Humayun. Sedangkan Abul mali tersenyum puas.
"Apa kesalahanku hingga kau mengusirku. Tolong jelaskan?"
"Aku tidak menyangka kau bisa menusukku dari belakang seperti ini Bharmal! Kita bersahabat sejak dulu. Susah dan senang kita hadapi bersama, tapi kamu menghianatiku. Awalnya aku tidak percaya. Tapi Bukti-bukti sudah menjelaskan semuanya. Kenapa kau lakukan ini?"
Humayun merasakan sesak di dadanya karena tidak menyangka kalau sahabatnya bisa menghianatinya."Berhianat? Aku tidak pernah berhianat padamu."
Bharmal masih tidak percaya kalau Humayun bisa menuduhnya seperti itu."Kau mau tahu kesalahanmu? ini buktinya." Humayun melemparkan sebuah map ke meja. Bharmal mengambil berkas itu lalu membuka dan membacanya. Dia terperanjat kaget dengan isinya.
"Apa kau masih menyangkal dengan berkas-berkas itu hah! Itu semua tanda tanganmu bukan?" Humayun berteriak karena marah. Suaranya sampai terdengar keluar ruangan.
"Ini memang tanda tanganku tapi aku tidak pernah merasa menandatangani berkas-berkas seperti ini."
"Kau masih saja berkelit. Sudah jelas itu tanda tanganmu. Sudah pasti kau juga tahu tentang isi berkas itu. Kau sudah merugikan perusahaan ini ratusan juta. Dan kau bilang tidak melakukannya. Dasar busuk!" Humayun semakin berapi-api akibat amarahnya yang meledak. Abul mali berpura-pura menenangkan Humayun.
"Sabar kak. Jangan terlalu emosi," ucap Abul mali sambil tersenyum menyeringai tanpa diketahui oleh Humayun.
"Aku bersumpah tidak tahu tentang berkas-berkas ini. Kemungkinan ada orang yang ingin memfitnahku." Bharmal membela diri dan terus meyakinkan Humayun.
"Cukup! Cepat keluar dari sini sebelum aku panggil petugas keamanan untuk menyeretmu keluar."
Bharmal masih tetap dengan pendiriannya. Dia tidak beranjak dari sana. Humayun semakin naik pitam dan memanggil petugas keamanan untuk membawa Bharmal keluar dari kantor.
Tak berapa lama, 2 orang petugas datang lalu menyeret Bharmal keluar. Humayun langsung terduduk lemas di kursinya. Dia memijit kepalanya yang terasa pusing. Abul mali merasa gembira karena rencananya berhasil. Para karyawan melihat Bharmal digeret dengan paksa. Mereka berbisik-bisik menggunjingkan Bharmal.
Sedangkan di luar kantor, Meena dan Jodha telah selesai belanja untuk keperluan pesta ulang tahun Jodha dan berniat mampir ke kantor Bharmal untuk makan siang bersama. Mereka sengaja menunggu di luar kantor agar tidak mengganggu pekerjaan Bharmal dan juga untuk memberikan kejutan ke Bharmal. Namun justru mereka yang terkejut saat Bharmal digeret oleh petugas dan ada seorang karyawan yang membawa barang-barang milik pria itu.
Setelah sampai diluar, Bharmal dihempaskan beserta barang-barangnya. Meena dan Jodha terkejut kenapa Bharmal bisa diperlakukan seperti ini. Bharmal juga terkejut dengan kedatangan mereka berdua. Dia tertunduk dan tak berani menatap kedua orang yang sangat disayanginya itu. Meena dan Jodha menghampiri Bharmal dan bertanya padanya.
"Ada apa ini? Kenapa mereka memperlakukanmu seperti ini?"
"Ayah kenapa?"
Jodha menangis melihat ayahnya. Bharmal hanya diam dan masih menundukkan kepalanya. Dia bingung harus berkata apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FAITH (END)
Fanfiction▪ Cerita ini sudah tersedia ebooknya di google play ➡ beberapa part cerita ini saya hapus sebagian karena sudah ada ebooknya. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ JODHA RANI SHARMA begitu membenci Humayun Khana karena gara-gara perbuatan Humayun, keluarganya diusir dari p...