21

858 58 8
                                    

Jalal melepaskan pelukannya. Mereka berdua menoleh ke arah suara deheman tadi.

"Sudahi dulu pelukannya. Kita makan malam dulu." Meena menginterupsi mereka sambil pura-pura menunjukkan wajah marah.

Mereka jadi salah tingkah karena tertangkap basah sedang berpelukan. Jalal dan Jodha masuk ke dalam rumah mengikuti Meena yang berjalan terlebih dahulu dengan menyunggingkan senyum.

*

Esok hari sepulang kerja, Jalal menjemput Jodha. Sesuai janjinya, dia mengajak Jodha ke summer camp untuk bertemu dengan Sallu. Begitu tiba, mereka berdua dipersilahkan masuk di ruang tamu tempat panitia camping. Setelah memberitahu tujuan Jalal kesini, si ketua panitia yang bernama pak Himesh menyuruh anak buahnya untuk memanggil Sallu.

Begitu sallu datang dan melihat Jalal disini, dia langsung berlari lalu memeluknya. "Uncle Jalal."

"Bagaimana kabar princessku yang cantik ini?"

"Aku senang sekali bisa camping bersama teman-teman," jawab Sallu dengan gaya centilnya.

"Oh iya, Uncle ingin mengenalkan Aunty Jodha padamu."

"Hai sayang. Kita bertemu lagi"

"Aunty yang ada di butik itu kan?"

"Iya."

"Kalian sudah saling kenal?"

"Iya. Kemarin kakakmu dan Sallu datang ke butik. Kak sonia dan Resham ternyata teman baik."

"Oh, jadi begitu. Berarti kamu sudah kenal dengan kakakku?" tanya Jalal sambil tersenyum menggoda.

"Hm ... Kakakmu wanita yang ramah dan juga baik."

"Aunty bawa kue coklat tidak?" tanya Sallu dengan wajah imutnya.

"Tentu saja Aunty bawa kue coklat spesial untuk Sallu yang cantik dan pintar. Ini kuenya."

"Hore ..."

Sore itu Jalal dan Jodha menghabiskan waktunya bersama Sallu.

Kota Shimla sedang merayakan hari jadinya. Pemerintah kota Shimla mengadakan festival untuk merayakannya. Festival itu menampilkan berbagai acara seperti Bazaar, taman hiburan, panggung hiburan rakyat, jalan sehat bersama dan sebagainya.

Festival itu diadakan 3 hari berturut-turut. Hari kedua ada panggung hiburan rakyat dan bazaar. Dalam bazaar menampilkan berbagai masakan dan suvenir khas Shimla.

Jalal mengajak Jodha, Aryan dan Shivani ke festival. Para orang tua tidak ikut karena menurut mereka festival itu untuk para anak muda.

Ketika mereka berempat jalan-jalan di bazaar, acara musiknya dimulai. Shivani mengajak mereka berdua untuk melihat pertunjukan musik.

"Kak Jodha, acara musiknya sudah dimulai. Ayo kita lihat," ajak Shivani.

"Kamu saja dulu dengan Aryan. Aku masih ingin melihat-lihat bazaar."

"Kamu dan Aryan saja. Biar Jodha dan aku nanti menyusul kesana," sahut Jalal.

"Ok Kak. Aku tunggu disana. Ayo Aryan." Shivani menggandeng tangan Aryan dan melangkah kesana.

Setelah keliling bazaar dan membeli beberapa makanan, mereka berdua menyusul Shivani dan Aryaan untuk melihat acara musik.

Ketika sedang asyiknya menikmati musik, ponsel Jalal berdering. Di layar tertulis nama Humayun.

"Dari siapa?"

"Ehm ... dari papaku. Aku terima dulu." Jalal menjawab agak gugup. Dia langsung menjauh agar Jodha tidak mendengar. Jodha mengangguk.

"Kenapa dia menjauhiku kalau hanya bicara dengan papanya."

"Ya, Pa."

"Sebentar lagi renovasi kantornya sudah selesai. Apa kamu sudah mengatakan ke Bharmal tentang kantor cabang itu?" tanya Humayun.

"Aku belum mengatakannya. Nanti saja kalau acara pembukaan. Aku masih butuh waktu untuk mengakui semuanya."

"Baiklah. Papa doakan semoga kamu berhasil dan mereka mau menerima permintaan maaf Papa." Humayun menghembuskan nafasnya kasar.

"Ok Pa, sampai jumpa." Jalal menutup telponnya dan kembali ke Jodha.

"Jalal, kapan kamu mau mengenalkan aku ke keluargamu?" tanya Jodha tiba-tiba.

Jalal terkejut dengan pertanyaan Jodha.

"Oh ... nanti aku pasti akan mengenalkanmu pada kedua orang tuaku."

Jodha heran dengan sikap Jalal yang terlihat gugup saat membicarakan orang tuanya, tapi dia tidak terlalu memikirkan karena ada saatnya nanti Jalal akan mengenalkan dia dengan kedua orang tuanya.

Dalam perjalanan pulang dari festival, Jalal lebih banyak diam. Dia masih memikirkan ucapan Jodha yang ingin bertemu orang tuanya. Dia masih belum siap untuk mengakui siapa dia sebenarnya.

"Jalal, kamu kenapa diam?"

"Tidak. Aku tidak apa-apa." Jalal berkata dengan ragu. "Jika kamu sudah bertemu orangtuaku, aku berharap kamu tidak marah."

"Kenapa harus marah?" Jodhs mengernyitkan dahinya.

"Aku hanya takut kamu marah karena belum mengenalkanmu pada orang tuaku. Tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau aku akan selalu mencintaimu."

Meskipun Jodha bingung dengan ucapan Jalal, dia menggenggam tangan Jalal untuk menenangkannya, "Aku juga akan selalu mencintaimu." Jodha memberikan senyuman manisnya.

Jalal juga mempererat genggamannya sambil tersenyum tipis.

"Kalau kamu tahu siapa diriku. Kamu tidak akan berbicara seperti ini, Jodha," batinnya.

Jalal hanya bisa berdoa semoga hubungannya dengan Jodha baik-baik saja.

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang