16

816 70 36
                                    

Jalal datang kerumah Jodha. Disana ada Meena, Bharmal, Shivani dan Aryan. Jodha sedang tidak ada dirumah karena dia pergi dengan Salima.

Jalal dan Meena sedang menbahas ulang tahun Jodha yang kurang 2 hari lagi. Meena berkata jika Jodha tidak suka bila hari ulang tahunnya dirayakan. Karena itu akan mengingatkannya dengan masa lalunya. Dia trauma dengan hari ulang tahunnya sendiri.

"Bagaimana jika saya mengajak Jodha ke pantai? Siapa tahu Jodha senang dan tidak terlalu bersedih."

"Itu terserah kamu saja, tapi sejak kejadian itu memang Jodha tidak pernah merayakannya. Dia selalu pura-pura lupa."

"Saya akan berusaha membuat Jodha bahagia. Nanti biar semuanya ikut ke pantai untuk memberi kejutan padanya."

"Tidak usah, Jalal. Kami tidak akan ikut. Biar kalian berdua saja yang merayakannya."

"Iya, Kak Jalal. Kami tidak ikut. Nanti malah mengganggu kalian."
Shivani tersenyum menggoda. Jalal ikut tersenyum.

Tak berapa lama, Jodha datang bersama Salima. Dia terkejut karena ada Jalal disitu.

"Jalal, Kamu ada disini?"

"Hai, Jodha. Kamu habis belanja?"

"Iya. Aku masuk ke dalam dulu."

"Ok"

Meena sedang membuat kue untuk pesanan. Jalal melangkah ke dapur dan melihat Meena membuat kue.

"Sedang apa, Bu?"

"Membuat kue pesanan. Lumayan untuk tambahan. Daripada menganggur."

"Boleh saya bantu?"

"Boleh. Tapi nanti bajumu kotor semua."

"Tidak apa-apa, Bu."

Akhirnya Jalal membantu Meena membuat kue. Mereka berdua terlihat akrab. Seperti mertua dan menantu.

"Kamu seperti sudah biasa membuat kue?"

"Iya. Waktu kecil, aku suka sekali menganggu mama bikin kue. Aku sering bermain dengan tepung yang dipakai untuk membuat kue sampai mama marah dan aku dihukum membantunya membuat kue."

Meena tertawa. "Kamu memang anak yang baik. Pasti kamu rindu mamamu?"

"Iya. Sejak bekerja disini aku rindu mama. Jika aku pulang mungkin hanya 2 minggu sekali, tapi dengan melihat ibu, setidaknya sedikit mengurangi rasa rinduku ke mama."

Meena menepuk pundak Jalal untuk memberinya semangat. Tanpa mereka sasari, ada seseorang yang mengintip mereka sejak tadi. Jodha melihat ibunya dan Jalal dari balik pintu dapur. Dia terharu melihat kedekatan mereka berdua. Jodha bahagia melihat 2 orang yang dia sayangi begitu akrab.

"Eh, dua orang yang dia sayangi? Berarti dia juga menyayangi Jalal.

Jala melihat Jodha yang ada di balik pintu.

"Jodha."

Jodha terkejut saat namanya dipanggil.

"Ya."

"Kenapa kamu disitu?" Jodha hanya mengendikkan bahunya lalu melangkah ke arah ibunya.

"Aku bantu, Bu." Meena mengangguk.

Untuk menghilangkan kegugupannya di depan Jalal karena ketahuan mengintip, Jodha mulai membantu ibunya. Jalal tersenyum geli melihat Jodha yang salah tingkah.

*

Dua hari kemudian, Jalal memulai aksinya. Saat itu Jodha sedang bersantai. Dia dan Shivani sibuk bermain laptop. Jalal mengetuk pintu dan Shivani yang membuka.

"Hai, Kak Jalal. Masuklah."

"Terima kasih, Shivani."

"Ada siapa, Shivani?"

"Kak Jalal."

Meena yang ada di dapur langsung mengampiri Jalal dan menyapanya, "Jalal. Silahkan duduk."

"Terima kasih, Bu. Hai Jodha."

"Hai."

"Oh iya. Aku ingin mengajak kalian jalan-jalan ke pantai hari ini. Bisa kan?" Jalal mulai menjalankan rencananya.

"Ke pantai? Maaf, Ibu tidak bisa. Masih banyak kerjaan." Meena berpura-pura tidak bisa ikut.

Shivani ikut menyahut, "Sepertinya aku juga tidak bisa ikut. Aku nanti ada janji dengan teman-temanku."

"Em, bagaimana kalau kamu dengan Jodha saja? Jodha, kamu tidak ada acara kan hari ini?" Meena bertanya ke Jodha.

Sebelum Jodha menjawab, Shivani langsung menyahut, "Kak Jodha pasti bisa kok. Lagipula dia sedang free. Benar kan, Kak?"

Jodha membelalakkan matanya mendengar ucapan Shivani yang asal bicara.

"Bagaimana Jodha?"

"Sudah Jodha, ikut saja. Kasihan Jalal sudah datang kesini."

"Hm ... Baiklah aku ikut. Aku ganti baju dulu." Jodha tidak bisa menolak perintah ibunya. Dia berdiri lalu menatap tajam kearah Shivani yang tersenyum tanpa rasa bersalah.

Shivani cekikikan, "Akhirnya kak Jodha mau juga." Jalal tertawa meliat tingkah Shivani.

15 menit kemudian, Jodha keluar dari kamarnya. Sekali lagi Jalal terpesona. Jodha memakai baju anarkali warna pink dengan selendang yang disampirkan ke lehernya. Rambutnya dibiarkan tergerai sehingga semakin terpancar kecantikan naturalnya.

"Memakai baju apapun. Kamu selalu cantik dimataku, Jodha," batin Jalal.

Karena melihat Jalal yang masih diam, Jodha membuyarkan lamunannya.

"Jalal. Apa kita bisa berangkat sekarang?"

Jalal langsung tersadar dari lamunannya. "Oh iya. Ayo kita berangkat "

Meena dan Shivani saling melirik dan tersenyum penuh arti. Jodha dan Jalal berpamitan pada mereka berdua. Sebelum menuju ke mobil, mereka berpamitan pada Bharmal dan Bhairam yang ada di kandang kuda.

Meluncur mobil menuju ke pantai Shimla. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai dan berjalan-jalan. Menyusuri pasir pantai yang berwarna putih. Melihat keindahan pantai yang begitu indah. Sesekali mereka bercanda. Jodha merasa begitu senang bila berada di dekat Jalal.

Jalal mengajak Jodha ke sebuah gazebo di tepi pantai. Disanalah Jalal akan menyatakan perasaan cintanya.

Di gazebo itu ada sebuah meja dan dua kursi yang sudah disiapkan oleh pihak pantai atas permintaan Jalal.

Mereka berdua menghadap ke pantai. Melihat sekali lagi keindahannya.

"Jodha. Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa?"

Jalal menghadap ke Jodha. Dia kumpulkan keberaniannya.

"Jodha. Aku mencintaimu."

Jodha terkejut dengan pengakuan Jalal. Meskipun dalam hati dia begitu gembira.

"Aku mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu dan setelah semakin dekat denganmu, aku semakin mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?"

Jodha masih diam dan bingung harus menjawabnya. Ini seperti mimpi baginya.

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang