20

866 58 27
                                    

Jodha bergegas untuk kembali ke butik dengan hati yang sedih. Sesampainya di butik, dia menghapus air matanya agar tidak ketahuan oleh Resham. Dia masuk ke butik lalu menyerahkan pesanan gaun milik Resham.

Waktu pulang telah tiba. Jodha pamit lebih dulu ke Resham dan pegawai lainnya.

"Hei, Jodha. Kenapa kamu langsung pulang? Tidak menunggu Jalal?" tanya Resham sambil berteriak karena Jodha sudah agak jauh.

"Jalal masih ada perlu. Jadi aku pulang dulu. Bye ...," jawab Jodha sambil berteriak lalu memanggil taksi yang lewat di depannya.

10 menit kemudian Jalal datang ke butik. Dia melihat butik sepi.

"Di mana dia?"

Reva yang masih belum pulang, melihat Jalal dan menghampirinya.

"Kenapa anda berada disini? Bukankah tadi nona Jodha berkata anda tidak bisa menjemputnya."

"Saya bilang akan menjemputnya. Hanya agak sedikit terlambat."

"Nona Jodha pulang naik taksi."

"Ok. Terima kasih."

Jalal berlalu dari sana dengan bertanya-tanya. "Kenapa dia pulang tanpa menungguku?" Dia masuk ke mobil lalu melajukannya menuju rumah Jodha.

Dalam perjalanan, Jalal menelepon Jodha namun hanya ada suara operator. Dia terus mencoba, tapi tetap saja ponsel Jodha tidak aktif.

Di dalam taksi, Jodha masih terbayang tentang kejadian tadi. "Apa wanita itu istri dan anaknya yang ada di delhi?" Jodha terus berprasangka buruk dan sengaja mematikan ponselnya. Dia kesal pada Jalal.

Sampai di rumah, Jodha mengucapkan salam yang disambut ibunya, "Kenapa sendirian Jodha? Mana Jalal?"

"Jalal tidak bisa menjemputku, Bu. Dia sedang ada urusan." Jodha langsung menuju ke kamarnya. Ibunya terkejut karena Jodha terlihat marah.

"Ada apa dengannya? apa dia bertengkar dengan Jalal?"
Meena mengendikkan bahunya. Dia lalu melanjutkan menyiapkan makanan untuk makan malam.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Meena yang sedang menyiapkan makanan langsung menghentikan kegiatannya dan membuka pintu.

Begitu pintu dibuka, ternyata Jalal yang datang. Setelah memberi salam, Jalal dipersilahkan masuk oleh Meena. Jalal duduk di ruang tamu di mana ada Bharmal yang sedang menonton televisi. Meena ke kamar Jodha untuk memanggilnya.
Meena mengetuk pintu.

"Jodha, ada Jalal mencarimu. Segeralah mandi dan bersiap untuk makan malam."

"Iya Bu. Sebentar lagi." Sebenarnya Jodha enggan bertemu Jalal. Tapi pria itu pasti mencari seribu alasan untuk bertemu dengannya. Setelah menyelesaikan aktivitisnya, Jodha keluar kamar. Dia melihat Jalal sedang bicara dengan ayahnya. Begitu melihat Jodha, Jalal menyapanya.

"Kenapa kamu tidak menungguku tadi? Aku khawatir padamu." Jalal yang tadinya cemas langsung bisa bernafas lega.

"Bisa kita bicara di luar saja."

"Tentu."

Jalal mengucapkan permisi pada Meena dan Bharmal untuk bicara dengan Jodha di luar. Sesampainya diluar, Jalal kembali bertanya.

"Kenapa tidak menungguku?aku sampai bingung mencarimu. Aku sudah bilang untuk menungguku, tapi kamu pulang terlebih dahulu tanpa mengabariku."

"Aku marah karena kamu berbohong."

Deg ....

Jantung Jalal berdetak kencang saat Jodha mengatakannya. Apa itu artinya Jodha sudah tahu semuanya? Jalal menelan ludahnya susah payah.

"Berbohong?"

"Iya. Aku tadi melihatmu mencium pipi seorang wanita dan gadis kecil. Apa karena itu kamu terlambat menjemputku? atau jangan-jangan wanita itu istrimu yang ada delhi!"

Jalal mengerutkan keningnya. Jadi yang Jodha maksud bukan kebohongannya jika dia anak Humayun. Seketika Jalal merasa lega dan akhirnya bisa bernafas setelah tadi menahan nafasnya.

Jalal berpikir sejenak. Dia mengingat-ingat tentang wanita yang dimaksud oleh Jodha. Begitu dia mengingatnya, Jalal tertawa.
Jodha mengernyitkan dahinya dan semakin kesal karena Jalal mentertawainya.

"Kenapa kamu tertawa? memangnya ada yang lucu?"

"Kamu cemburu, my love?"

"Tidak! Aku tidak cemburu. Dan jangan panggil aku my love!"

"Kalau kamu tidak cemburu, kenapa kamu marah pada kakakku sendiri?"

"Ti ... apa? Kakak?" Jodha mengerutkan dahinya bingung.

Jalal mendekati Jodha dan memegang bahunya.

"Iya. Wanita yang kamu maksud itu adalah kakak kandungku, Sonia dan gadis kecil itu keponakanku, Sallu. Apakah aku tidak boleh mencium kakakku sendiri?"

Jodha semakin heran. Dia seperti pernah mendengar kedua nama itu. Akhirnya dia ingat.

"Bukankah Sonia dan Sallu yang tadi ada di butik?"

Jodha menatap ke dalam mata Jalal untuk melihat kebenaran. "Apa kamu jujur?"

"Kamu tidak percaya padaku? Baiklah. Besok aku akan membawamu ke summer camp. Akan kukenalkan dengan keponakanku. Sekolahnya sedang mengadakan camping di Shimla selama 3 hari. Kamu bisa membuktikannya."

"Baiklah. Aku besok ikut," ucap Jodha dengan wajah datar karena malu sudah cemburu pada Jalal.

"Kamu tidak marah lagi padaku?" Jalal bertanya sambil tersenyum menggoda.

Jodha menggelengkan kepalanya sambil menunduk. Wajahnya merah. Dia malu karena sudah salah paham.

Jalal memeluk Jodha dan menyandarkan kepala Jodha di dadanya. Jodha membalas pelukan Jalal sambil tersenyum.

"Maaf."

"Tidak apa-apa. Aku suka kamu cemburu. Itu artinya kamu mencintaiku. Lain kali kalau ada masalah, langsung saja bicara padaku. Jangan marah dulu."

"Baiklah."

"Kamu cantik kalau marah seperti itu. Aw ...."

Jalal meringis saat Jodha mencubit perutnya.

"Dasar gombal."

"Tapi kamu suka bukan?" Jodha terkekeh.

Ketika mereka berdua sedang asyik berpelukan, ada seseorang yang melihat mereka lalu berdehem.

"Ehem ...."

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang