4

1K 78 2
                                    

Jodha yang mendengar ibunya berteriak, segera menghampirinya dan bertanya, "Ibu, ada apa?"

Tangan Meena bergetar. Dia berkata dengan Gugup. "Ayahmu kecelakaan. Dia kritis ..."

Jodha terkejut. Air matanya jatuh. Dia menangis keras. Pesta ulang tahun akhirnya tidak dilanjutkan. Semua teman-temannya merasa iba dengan keadaan Jodha.
Pesta yang seharusnya membuat bahagia justru menjadi pesta yang menyedihkan. Jodha dan sanak saudaranya langsung menuju rumah sakit.

Begitu sampai rumah sakit, mereka melihat keadaan Bharmal. Dokter mengatakan jika Bharmal dalam masa kritis. Dan yang lebih buruk lagi, Bharmal mengalami kelumpuhan permanen. Dokter menjelaskan bahwa kakinya terlindas truk menyebabkan  harus diamputasi.

Meena langsung lunglai. Dia merasa dunianya hancur. Cobaan terus menerus menghampirinya. Jodha yang melihat ibunya terpuruk tak kalah sedihnya. Dia menyalahkan dirinya sendiri, karena gara-gara dia, ayahnya jadi seperti ini. seandainya dia tidak meminta hadiah, pasti ayahnya baik-baik saja sekarang. Tangis Jodha semakin menjadi. Beruntung dia masih memiliki bibi yang selalu mendukungnya.

Jodha memiliki paman dan bibi yang senantiasa membantu mereka. Bhairam khan dan Salima. Salima adalah adik dari Meena. Mereka berdua yang membantu selama Bharmal terkena musibah.

Setelah 2 hari, Bharmal siuman dari masa kritisnya. Meena dan Jodha mencoba untuk selalu menyemangati Bharmal agar terus berjuang untuk hidup. Kini Bharmal menjadi orang yang pendiam. Dia semakin merasa bersalah karena  menjadi beban untuk dua orang yang disayanginya.

Keesokan harinya Bharmal meminta untuk pulang. Dia tidak ingin berlama-lama berada di rumah sakit. Padahal dokter belum memperbolehkan dia untuk pulang. Namun, Bharmal memaksa karena tidak ingin menambah beban biaya yang semuanya ditanggung oleh Bhairam. Bharmal kini harus menggunakan kursi roda.

Sesampainya dirumah, Bharmal disuruh beristirahat oleh Meena. Sebelum Bharmal masuk ke kamar, Meena mendengar ada suara ribut-ribut di depan rumah mereka. Saat itu juga Salima yang dari arah luar berlari ke arah Meena.

"Kak, di depan ada beberapa orang petugas dari pengadilan."

"Petugas pengadilan?" Salima mengangguk.

"Mereka menyuruh kita untuk segera mengosongkan rumah ini. Suamiku sedang berdebat dengan mereka."

"Ya tuhan." Meena menutup mulutnya tak percaya. "Salima, tolong kamu bawa suamiku ke kamar. Aku akan menemui mereka."

"Tidak Salima. Aku akan ikut menemui mereka." Bharmal menolak saat Salima akan mendorong kursi rodanya.

"Tapi ayah, kau harus istirahat."

"Aku akan menemui mereka. Ini adalah masalahku. Salima, tolong bantu aku kesana." Meena hanya diam saat Bharmal tak ingin dibantah. Akhirnya mereka keluar.

"Ada apa ini Pak?"

"Kami dari pengadilan. Pak Bharmal mendapat surat untuk segera mengosongkan rumah ini." Petugas itu memberikan suratnya pada Bharmal.

"Tapi Pak. Kami baru mendapat musibah. Apa tidak bisa diberi waktu lagi untuk membereskan barang-barang kami."

"Maaf, ini perintah dari pengadilan. Pak Humayun selaku pelapor sudah memberi anda waktu lebih. Dan sore ini rumah anda harus segera dikosongkan. Lagipula sebagian barang dirumah ini yang nilainya tinggi juga disita. Anda tidak akan banyak membuang tenaga untuk membereskan barang-barang."

"Bagaimana ini ayah?" Meena semakin bingung. Dia tidak menyangka bahwa Humayun setega ini pada keluarganya.

"Kita harus menuruti mereka Meena." Bharmal hanya bisa pasrah. Keadaan membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Semua yang dia miliki telah hilang dari tangannya. Meena dan Jodha hanya bisa menangis meratapi nasib mereka. Hal itu semakin membuat Jodha membenci Humayun.

"Ayah, kita akan tinggal dimana?" Jodha memeluk ayahnya sambil menangis.

"Kalian tidak perlu khawatir. Kalian lebih baik tinggal bersama kami," sahut Bhairam .

"Iya kak Bharmal. Tinggallah bersama kami."

"Aku akan semakin merepotkan kalian berdua."

"Kak Bharmal jangan bicara seperti itu. Selama ini kakak selalu membantu kami. Sekaranglah waktunya kami membalas budi. Kami memang tidak bisa membantu kakak dalam keuangan. Tapi kami bisa membantu kakak menyediakan tempat tinggal." Salima mencoba membujuk Bharmal.

"Benar apa yang dikatakan Salima kak. Kakak seperti pahlawan untuk kami. Kami mohon kak Bharmal bersedia tinggal bersama kami," sahut Bhairam.

Bharmal melihat Meena yang menganggukkan kepalanya lalu melihat Jodha. Meskipun bukan untuknya, setidaknya dia harus memikirkan Jodha. Tidak mungkin dia membiarkan Jodha tinggal ditempat yang tak layak.

"Baiklah. Aku setuju."

Meena mengusap airmatanya dan bernafas lega karena Bharmal akhirnya setuju. Dia sangat berterima kasih pada Salima dan Bhairam karena masih ada yang peduli pada mereka.

Sejak saat itu mereka tinggal bersama Bhairam dan Salima di Shimla. Jodha tidak akan pernah melupakan kejadian itu dan menjadi benci dengan ulang tahunnya sendiri. Dia bersumpah tidak akan pernah merayakan ulang tahunnya lagi. Karena hal itu akan selalu mengingatkannya pada kecelakaan yang menimpa ayahnya. Dimana semua orang bahagia di hari ulang tahunnya. Namun, bagi Jodha adalah hari kesedihan. Dia tidak akan lagi meminta apapun pada ayahnya.

"Aku berjanji padamu, Ayah. Aku akan menuruti segala keinginanmu asalkan Ayah selalu bahagia." Janji Jodha pada ayahnya.

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang