29

998 61 8
                                    


"Kenapa aku yang disalahkan?"

"Tentu saja karena kau dan mobilmu itu. Ban bocor disaat yang tidak tepat. Bagaimana tanggapan ayah jika aku datang terlambat. Ayah akan mengira aku memberi contoh yang tidak baik pada karyawan."

"Ini musibah yang tidak bisa kita duga. Aku yang akan menjelaskan pada ayah karena sudah membuatmu terlambat. Tersenyumlah, my love. Jangan cemberut. Nanti tidak cantik lagi."

Jodha berdecak sebal. Disaat genting seperti ini, Jalal malah menggodanya.

Beberapa wanita yang ada di halte ini memandang Jalal dengan tatapan memuja sambil berbisik. Jarang sekali ada pria tampan berpakaian jas kerja rapi seperti seorang CEO,  menunggu di halte. Jodha mendengus.

"Seperti tidak pernah melihat pria tampan saja," gumamnya.

"Kau bicara apa?"

"Lihat saja. Kamu banyak penggemar di sini." Jodha menunjuk dengan dagunya pada para wanita itu.

Jalal menoleh. Mereka salah tingkah ketika Jalal tersenyum. Mereka balas tersenyum. Jodha memutar bola matanya melihat gaya para wanita itu yang mencari perhatian pada Jalal.

Jalal terkekeh dan menyenggol lengan Jodha. "Kamu cemburu?"

"Ish ... siapa yang cemburu!"

"Katakan saja jika kamu cemburu. Tidak usah mengelak. Aku malah suka jika kamu cemburu." Jodha mendengus.

Bis datang dan orang-orang mulai berebut untuk masuk ke bis. Di dalam sudah penuh sesak, akhirnya Jodha dan Jalal harus berdiri karena tidak mendapat tempat duduk. Tangan mereka berdua berpegangan pada besi di atas kepala.

Jalal berada dibelakang Jodha untuk melindunginya dari para pria. Posisinya begitu dekat hingga Jodha bisa merasakan nafas hangat Jalal di telinganya dan wangi parfum pria itu yang menusuk hidungnya. Membuat tubuhnya merinding.

Ciiittttt...

Tanpa diduga supir bis mengerem mendadak. Membuat Jalal menabrak punggung Jodha dan tanpa sengaja bibirnya mencium pipi Jodha.

Jodha membelalakkan matanya. Sedangkan Jalal tersenyum jahil.

"Apa yg kaulakukan!Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan." Jodha mencubit lengan Jalal.

"Aw ... Sakit, my love. Kamu selalu menyalahkanku. Salahkan supirnya yang mengerem mendadak."

"Bukan berarti kamu boleh cium sembarangan. Dasar modus!" 

Jalal tersenyum mengejek, Jodha semakin kesal. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena pertengkaran mereka.

"Istrinya sedang marah ya, Nak?" tanya seorang bapak tua.

"Iya, Pak. Dia marah karena mobil saya bocor." Jodha membelalakkan matanya.

"Dengar my Love. Masih beruntung aku yang menciummu. Daripada pria yang ada dibelakangku." Jalal menunjuk dengan dagunya.

Jodha menoleh. Ada seorang pria berumur setengah abad, badannya kurus, kepalanya botak, ada tahi lalat besar di bagian pipi kirinya. Lalu saat pria itu tertawa, hanya ada empat buah gigi di bagian atas dan bawah.

Jodha meringis. Jalal tertawa melihat reaksi Jodha.

"Benar kan ucapanku. Atau kamu memang mau dekat dengan pria itu, tidak masalah. Kita bisa tukar posisi saja, bagaimana?" Jalal berbisik.

"Tidak."

"Kalau begitu, tidak perlu marah lagi padaku."

Jalal semakin merapatkan tubuhnya. Jodha berdecak sebal dengan modus pria itu.

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang