27

1K 70 17
                                    

Akhirnya mereka bertiga tiba di ruang rapat. Semua karyawan dan para staf telah menunggu. Begitu juga dengan Humayun dan Jalal.
Mereka berdua disambut dengan ramah.

"Selamat datang, sahabatku." Humayun menghampiri Bharmal kemudian membungkuk untuk memeluknya.

"Terima kasih, Humayun." Bharmal membalas pelukan Humayun.

Setelah memeluk Bharmal, Humayun menyapa Jodha kemudian memeluknya.

"Selamat datang calon menantuku," ucap Humayun sambil mengelus rambut Jodha.

Jodha terkejut dan membelalakkan matanya begitu Humayun memeluk dan memanggilnya calon menantu.

"Te ... terima kasih," jawabnya terbata sambil tersenyum tipis.

Humayun melepaskan pelukannya kemudian tersenyum karena Jodha bersikap baik padanya.

"Mari aku perkenalkan pada yang lain." Humayun mengajak mereka berdua ke meja utama.

Di sana ada Jalal berdiri menyambut mereka berdua. Jalal dan Jodha saling berpandangan. Ada kerinduan di mata mereka. Jalal begitu merindukan Jodha setelah dua hari tidak bertemu dengannya setelah insiden kakinya diinjak. Jalal tersenyum begitu manis. Membuat jantung Jodha kembali berdetak cepat.

Sial ...

Senyum Jalal masih saja berpengaruh padanya.

Jalal bersalaman dengan Bharmal dan Jodha. Mereka berdua terlihat canggung seperti baru saja bertemu.

Setelah saling menyapa, mereka duduk ditempat masing-masing. Humayun berdiri dan mulai memperkenalkan Bharmal dan Jodha.

Setelah acara perkenalan, selanjutnya acara serah terima jabatan. Bharmal menerima berkas perusahaan dan menandatanganinya. Bharmal telah sah menjadi pemilik perusahaan Bharmaltex. Jodha menjadi wakilnya.

Selama meeting berlangsung, pandangan Jalal tak lepas dari Jodha. Dia sama sekali tidak dapat mengalihkan tatapannya. Humayun tersenyum yang memergoki Jalal menatap Jodha. Putranya itu benar-benar terjerat pesona Jodha.

"Aku akan berusaha menyatukan kalian berdua. Sabarlah, Jalal," batin Humayun.

Setelah acara perkenalan dan serah terima jabatan selesai, Bharmal dan Jodha diajak berkeliling kantor. Jalal mendorong kursi roda Bharmal sembari memandu mereka mengenal seluk beluk perusahaan.

Waktu menunjukkan siang hari. Saatnya jam makan siang. Humayun mengajak Bharmal dan Jodha makan siang di restoran dekat kantor. Selama makan siang, Jodha lebih banyak diam. Dia bicara bila Humayun bertanya padanya. Bahkan Jodha merasa canggung duduk di depan Jalal.

"Nanti Jalal yang akan mengajarimu tentang bisnis. Kamu tidak perlu khawatir. Jalal akan selalu membantumu," ucap Humayun.

Jodha hanya tersenyum menanggapi. Sebenarnya dia tidak nyaman dengan situasi ini.

"Ayah, setelah ini aku harus kembali ke butik untuk mengambil beberapa barang."

Jodha berasalan ingin pergi karena dia tidak tahan untuk tetap bersama mereka.

"Baiklah," jawab Bharmal.

"Kamu masih bekerja disana?" tanya Humayun.

"Iya. Ini hari terakhir saya bekerja."

"Kalau begitu, biar Jalal saja yang mengantarmu ke butik," usul Humayun.

"Tidak perlu. Saya bisa naik taksi."

"Biar Jalal yang mengantarmu. Dia saja tidak keberatan. Benar begitu, Jalal?"

"Tentu saja, Paman. Saya akan dengan senang hati mengantarnya," ujar Jalal sambil tersenyum.

₪₪₪

Setelah makan siang selesai, Jalal mengantar Jodha ke butik. Suasana hening di dalam mobil.

"Apa kau masih marah padaku?"

Jodha diam tidak menjawab. Dia lebih fokus melihat pemandangan diluar jendela.

"Sampai kapan sikapmu seperti ini padaku? Selama dua hari ini aku merindukanmu. Aku tersiksa dengan sikapmu, Jodha."

Jodha mencoba menahan rasa sesak di dadanya. Entah mengapa ucapan Jalal membuat jantungnya berdetak cepat. Dia juga merasakan hal yang sama, tapi ego mengalahkan perasaannya.

"Aku tahu semarah apapun dirimu, kamu pasti akan memaafkanku. Aku akan terus menunggu saat itu."

Jodha menoleh. Mereka berpandangan dalam diam.
Suara ponsel membuyarkan lamunan mereka.

"Halo. Iya Resham. Aku sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi akan tiba. Ok. Bye."

Jalal kembali fokus menyetir. Tak berapa lama, mereka tiba di butik Resham.

"Terima kasih sudah mengantarku."

"Sampai ketemu besok," jawab Jalal.

Jodha bergegas turun dari mobil. Dia tidak ingin Jalal sampai tahu kalau dia ingin menangis. Jalal masih menatap Jodha dari kejauhan.

"Aku tahu kamu juga terluka dan masih mencintaiku. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu kembali, Jodha. Itu janjiku."

₹₹₹

Hari ini Jodha mulai bekerja di kantor Bharmaltex. Kali ini Jalal ikut menjemput. Supaya dia bisa selalu dekat dengan kekasihnya.

Humayun dan Hamida telah kembali ke Delhi. Humayun juga banyak urusan di kantor pusat. Setelah Jodha mulai memahami seluk beluk perusahaan, Jalal akan kembali ke Delhi. Untuk sementara, Jalal akan membantu kantor cabang.

Hari pertama, Jodha mulai mempelajari berkas-berkas yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya yang bernama Moti. Hubungan Jalal dan Jodha di kantor terkesan formal. Mereka saling memanggil dengan sebutan Mr. dan Miss. Meskipun bersikap profesional, tetap saja mereka merasakan debaran aneh setiap mereka berdekatan.

Seluruh kantor tahu jika mereka adalah sepasang kekasih. Namun, yang mereka tidak tahu adalah sepasang sejoli itu sedang ada masalah. Untuk itulah Jalal selalu bersikap manis agar para karyawan tidak curiga tentang hubungan mereka yang renggang.

Dalam bekerja, Jodha berusaha bersikap wajar. Meskipun masih ketus ketika bicara dengan Jalal. Jodha juga tidak segan bertanya pada Jalal bila dia tidak mengerti suatu hal.

Kedekatan mereka memang ada campur tangan Bharmal dan Humayun. Mereka berdua ingin Jalal dan Jodha dapat akur seperti dulu. Mereka bahkan merencanakan akan mengikat mereka dalam pertunangan.

^^^

Malam ini, Jalal diundang oleh Bharmal untuk makan malam. Selain Jalal, makan malam itu juga dihadiri oleh Bhairam, Salima, Shivani dan Aryan. Bharmal mengajak mereka berkumpul karena akan mengatakan hal yang penting.

"Aku mengundang kalian semua kesini karena aku ingin mengumumkan sesuatu," ucap Bharmal.

"Ada apa Bharmal?" tanya Bhairam penasaran.

"Sejak Jalal dan Jodha masih kecil, aku dan Humayun telah sepakat untuk menjodohkan mereka. Untuk itulah, kami ingin agar mereka berdua segera bertunangan."

"Tunangan?"

Jodha terkejut. Sedangkan Jalal tersenyum sumringah. Begitupun dengan semua orang yang ada di sana. Sangat senang dengan berita ini.

LOVE FAITH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang