Bharmal masih tertunduk. Meena lalu bertanya pada Bharmal sambil menggoyang-goyangkan pundaknya.
"Ada apa, Yah? Kenapa mereka mengusirmu seperti ini. Apa kesalahanmu?"
Bharmal mendongakkan kepalanya. "Sebaiknya kita pulang dulu. Nanti aku jelaskan dirumah."
Mereka bertiga pergi meninggalkan kantor. Meena dan Jodha membantu membawa barang-barang Bharmal.
Sedangkan di dalam kantor, Abul mali tertawa di dalam ruang kerjanya. Dia senang karena telah menyingkirkan Bharmal. Dia mengingat kembali kejadian sebelumnya.
Saat itu Abul mali memberikan Bharmal minuman yang telah dicampur dengan obat yang bisa membuatnya pusing. Setelah Bharmal meminumnya, Abul mali memberikan sebuah berkas untuk ditandatangani Bharmal. Abul mali mengatakan jika Humayun yang menyuruhnya. Bharmal menandatanganinya tanpa membacanya terlebih dahulu karena kepalanya terasa pusing.
Abul mali tertawa puas. "Selamat Abul mali. Kau memang briliant. Hahaha ...."
*
Di rumah Bharmal menjelaskan semuanya ke Meena bahwa dia telah difitnah . Dia dituduh menggelapkan uang perusahaan. Meena terkejut kenapa bisa ada orang sekejam itu. Bharmal ingin kerumah Humayun untuk menjelaskan semuanya sendir nanti malam, tapi Meena bersikeras untuk ikut bersamanya. Jodha juga minta untuk ikut.
Malam harinya mereka bertiga ke rumah Humayun. Begitu sampai dirumah Humayun, yang membuka pintu adalah Hamida, istri Humayun. Dia mempersilahkan Bharmal masuk. Hamida menyambut mereka dengan ramah. Mereka bertiga dipersilahkan duduk. Hamida menanyakan maksud kedatangan mereka dan Bharmal bilang kalau dia ingin bertemu Humayun. Hamida memanggil suaminya di kamar.
Tak berapa lama Humayun turun dari kamarnya. Dia melihat kedatangan Bharmal namun menyambutnya dengan dingin.
"Untuk apalagi kamu datang kesini?"
"Aku ingin menjelaskan semuanya Humayun. Aku tidak pernah menghianatimu. Ada orang yang ingin memfitnahku."
"Sudahlah Bharmal. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah jelas. Aku benar-benar tidak menyangka kamu bisa menghianati aku seperti ini. Perusahaan rugi besar gara-gara perbuatanmu. Kenapa kau lakukan ini padaku Bharmal?"
"Aku memang menandatangani berkas itu. Ketika aku ingin membacanya tiba-tiba kepalaku pusing dan Abul mali yang membawa berkas itu padaku. Dia bilang kalau kamu yang menyuruhku untuk menandatanganinya."
"Cukup Bharmal! Kau menuduh Abul mali untuk menyelamatkan dirimu sendiri dengan mencari kambing hitam. Abul mali itu adik sepupuku. Tidak mungkin dia berbuat seperti itu dan apa untungnya buat dia melakukan ini. Kau masih beruntung karena aku tidak melaporkanmu ke polisi. Mengingat kau adalah sahabatku, tapi kau tetap harus mengganti rugi uang perusahaan yang sudah kau ambil dengan jaminan rumahmu dan semua aset yang kaumiliki."
Humayun berkata dengan penuh amarah. Bharmal dan Meena kaget mendengar perkataan Humayun. Jodha menangis mendengar teriakan Humayun yang menyudutkan ayahnya.
"Tolong jangan ambil rumahku. Rumah itu adalah hasil kerja kerasku. Aku janji akan menggantinya. Tapi tolong beri aku waktu. Aku harus tinggal dimana setelah ini?" Bharmal memohon ke Humayun dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.
"Tidak bisa! Rumahmu tetap aku sita. Kau hanya punya waktu 1 minggu untuk mengosongkan rumahmu." Humayun membelakangi Bharmal dan akan beranjak dari sana namun Meena memohon ke Humayun sambil berurai air mata.
"Tolong kasihani kami, Kak. Suamiku tidak mungkin melakukan itu. Percayalah pada kami."
Humayun tetap tidak memperdulikan perkataan Meena.
"Cepat keluar dari rumahku sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu. Dan satu hal lagi, aku tidak ingin bertemu lagi dengan kalian."
Humayun pergi meninggalkan mereka. Bharmal merasakan kakinya lemas. Hatinya sakit. Sahabat yang selama ini selalu berbagi kesedihan dan kebahagiaan kini tidak mau bertemu dengannya lagi. Hamida mencoba menenangkan Meena. Dia juga sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa. Dia paling mengerti sifat keras kepala suaminya. Bharmal dan Meena lalu pamit pada Hamida. Wanita itu meminta maaf pada mereka atas perlakuan Humayun.
Dengan langkah gontai, Meena dan Bharmal pergi meninggalkan rumah Humayun. Di dalam mobil, Meena dan Bharmal hanya diam. Sedangkan Jodha ikut merasakan kesedihan yang dialami orang tuanya.
Jodha membenci Humayun. Dia bersumpah tidak akan pernah memaafkan Humayun karena pria itu telah membuat ayahnya menderita.
Keesokan harinya Bharmal mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya. Setelah berkeliling seharian, Bharmal kembali kerumah. Begitu sampai dirumah, Meena berbicara dengan Bharmal.
"Bagaimana jika perayaan ulang tahun Jodha kita batalkan saja."
"Jangan Meena. Kasihan Jodha. Kita sudah terlanjur mengundang teman-temannya. Nanti apa kata teman-temannya jika pestanya dibatalkan. Dia pasti akan malu dan bersedih."
Meena mencoba lagi membujuk suaminya namun Bharmal masih tetap dengan keputusannya.
Pesta ulang tahun Jodha akhirnya dirayakan. Pesta ulang tahunnya ke 10 tahun yang akan menjadi pesta paling menyedihkan dalam hidupnya.
Acara sudah akan dimulai namun Bharmal masih belum datang. Bharmal berjanji akan memberi kado teddy bear yang besar untuk putrinya agar Jodha senang.
Jodha cemas karena ayahnya belum juga datang. Teman-temannya menunggu Jodha untuk meniup lilin dan memotong kuenya. Meena sudah membujuk Jodha untuk segera meniup lilinnya namun Jodha masih bersikeras menunggu ayahnya. Dia tidak akan memotong kuenya jika ayahnya belum datang.
Telepon Meena berdering. Dia mengangkatnya. Meena terkejut setelah menerima telepon.
"Tidak ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FAITH (END)
Fiksi Penggemar▪ Cerita ini sudah tersedia ebooknya di google play ➡ beberapa part cerita ini saya hapus sebagian karena sudah ada ebooknya. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ JODHA RANI SHARMA begitu membenci Humayun Khana karena gara-gara perbuatan Humayun, keluarganya diusir dari p...