4. Malfoy & Riddle

3.3K 384 78
                                    

Song in this part : Bad Blood - Yuju

Jangan lupa vote dan komen, ayo ramaikan cerita ini.

***

Charlotte tengah duduk sendirian di ujung perpustakaan, ia tengah mengerjakan sejarah sihir yang diminta oleh profesor Binns. Dua bab telah ia kerjakan lebih awal, dan sekarang ia mengerjakan sisanya. Suasana perpustakaan memang hening, tak ada satupun suara yang terdengar kecuali langkah kaki orang-orang yang berlalu lalang dan buku-buku yang bergeser. Charlotte menopang dagunya ke arah jendela yang terbuka, semilir angin berhembus pelan menerbangkan beberapa helaian anak rambutnya.

Apa yang kini dilakukan oleh teman-temannya ketika ia tak ditemukan? Charlotte tak tahu. Akankah Ginny panik? Akankah Harry dan Hermione berusaha mencarinya?

Charlotte tengah dipusingkan, mencari cara bagaimana ia bisa menghubungi Ginny, McGonagall dan Kingsley. Sihir di era ini masih begitu tertinggal dibandingkan sihir pada masanya. Hal itu Charlotte ketahui ketika ia memasuki kelas mantra, yang diajarkan padanya hanyalah mantra-mantra sederhana. Bisa dibilang Charlotte sedikit lebih mahir dan pandai karena ia berasal dari masa depan.

Sampai kapan?

Charlotte menghela napas pelan, sampai kapan ia akan berada di masa ini? Ia ingin cepat-cepat pulang. Masa ini bukanlah masanya, dan Charlotte sebenarnya tak cukup nyaman. Tak ada siapapun yang ia kenal, rasanya begitu asing dan... Charlotte tak mampu mendeskripsikan rasa sepi yang ia maksudkan.

Sebuah langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, Charlotte menoleh dan ia cukup heran melihat sosok yang kini berdiri di depannya seraya mengulas senyum.

Abraxas Malfoy, kakek dari Draco Malfoy tersenyum ke arahnya dan tanpa permisi, ia duduk di depan bangkunya. "Maaf, aku butuh ketenangan dan kebetulan meja ini adalah tempat yang cocok dengan keinginanku," katanya.

Charlotte mengangguk kaku, ia buru-buru mengemasi barang-barangnya sebelum Abraxas kembali bersuara. "Kau tidak perlu pergi, kita bisa berbagi."

Aneh.

"Tidak, kau bisa menggunakannya. Kebetulan tugasku sudah selesai."

Bohong. Charlotte berbohong. Tugasnya belum selesai. Ia hanya tak ingin terlibat dengan mereka. Gadis itu akhirnya bangkit dari bangkunya dan melangkah menuju pintu keluar.

Melihat kepergian Charlotte, Abraxas menghela napasnya. "Well, setidaknya dia bukan tipe gadis yang mudah terpesona," kata Abraxas seraya menyugar rambutnya ke belakang. "Ini akan menjadi tugas yang sulit."

***

Semenjak interaksi pertama Charlotte dan Abraxas di perpustakaan, di setiap kesempatan, Malfoy akan mendekatinya atau mencoba mengajaknya berbicara. Tak hanya Sendy, Travis pun mengakui bahwa Malfoy bertingkah aneh di depan Charlotte. Namun, Charlotte bukanlah gadis yang mudah menurunkan kewaspadaan, ia yakin bahwa Malfoy tak mungkin mendekatinya tanpa alasan khusus. Belum lagi Riddle terlihat mengawasinya seolah ia adalah seorang buronan.

Mengapa? Mengapa Voldemort muda tertarik untuk mengawasinya? Selama ini Charlotte tak melakukan sesuatu hal yang mencolok. Ia sudah bertindak dengan sangat hati-hati, dan Charlotte selalu menghindari setiap Slytherin yang ada.

Saat ini Charlotte dan kedua temannya baru saja mengikuti serangkaian kelas, baru beberapa hari berada di masa ini, ia sudah mengenal dekat Travis dan juga Sendy. Travis, adalah anggota prefek yang suka merawat tanaman, sedangkan Sendy, gadis Kim ini adalah gadis cantik yang terkenal tak peka. Charlotte sudah mendengar banyak cerita mengenai Sendy dari Travis, bahwa gadis itu sering kali tak merespon perasaan laki-laki yang menyukainya.

Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang