24. Complicated Problem

2.4K 299 116
                                    

Hai, teman-teman.

Siap belum? Kira-kira sad ending? Happy ending?

Song in this part : Love Line - Hyolyn

***

Malam itu Charlotte terpaksa berbohong pada Sendy dan Travis bahwa dia akan pindah ke tempat yang jauh. Gadis itu memilih berpamitan lebih cepat, takut tak akan sempat untuk mengatakan selamat tinggal. Ia bisa melihat raut kedua temannya yang terkejut mendengar kabar buruk itu. Travis bahkan tak lagi melucu, ia lebih diam dan mengangguk, mencoba mengerti.

"Apa kau akan kembali ke Amerika?"

Charlotte menggeleng tak yakin. "Mungkin, aku tak tahu. Semua keputusan ada di tangan pamanku," yang artinya semua keputusan bergantung pada Dumbledore.

"Tapi, bukankah di sana tak aman untukmu?" Sendy berseru pelan. "Kenapa kau memilih kembali?"

Tentu saja ia tak boleh menceritakan pada mereka tentang alasan sebenarnya. Memangnya apa yang harus ia katakan? Jujur? Begini teman-teman, aku sebenarnya berasal dari masa depan dan sekarang tugasku sudah selesai, maka aku harus segera kembali karena tempat ini sudah tidak aman lagi.

Charlotte membayangkan ia jujur dan kemudian tersenyum geli. Terlebih ia membayangkan wajah cengo Travis, pemuda itu akan mengira bahwa ia sudah gila. "Aku dan pamanku sudah memutuskan, ia berkata ada tempat aman untukku kembali." Ia menggunakan sedikit kebohongan.

"Kau yakin?" Sendy bertanya lagi, gadis itu kemudian memeluk tubuh Charlotte sejenak. "jangan lupa untuk mengirim surat,"

Charlotte tak berani menjawab, ia tak bisa berjanji. Jarak masa dan waktu mereka untuk berkirim surat sungguh berbeda.

"Lalu, bagaimana dengan Riddle?" Travis diam-diam penasaran akan hal itu. "kau akan pergi meninggalkannya?"

Charlotte dan Sendy mengurai pelukan mereka, gadis Kim itu juga mengangguki pertanyaan Travis, seolah ia sendiri menanyakan hal yang sama.

Charlotte mengangguk, terpaksa. "Aku akan segera berpamitan padanya. Waktuku tidak banyak."

"Kenapa tidak menunggu sampai tahun keenam kita selesai?" Sendy seperti enggan berpisah, gadis itu merasa sayang akan waktu yang Charlotte habiskan di sana. Ia membayangkan Charlotte harus mengulang tahun ke enamnya di sekolah yang berbeda.

Charlotte menggeleng pelan, sungguh reaksi yang terlihat pasrah.

"Aku pasti akan merindukan teman sekamarku," Sendy berucap pelan. "kau harus berjanji untuk selalu sehat di mana pun kau berada."

"Aku berjanji. Terima kasih sudah mau menjadi temanku selama aku di sini."

"Tidak, jangan berkata seolah kita tak akan bertemu lagi," pinta Sendy memelas. "Suatu saat nanti aku akan pergi ke Amerika, menemuimu."

Pada akhirnya pembicaraan itu berakhir ketika Travis teringat jadwal patroli miliknya. Walau begitu, Travis tampak tak begitu senang. Pemuda itu merasa cocok berteman dengan Charlotte, dan temannya tiba-tiba mengatakan akan pindah. Selain itu, Sendy juga ikut bangkit ketika Travis keluar dari ruang kamar mereka, gadis itu beralasan ada urusan yang harus ia selesaikan bersama Reinhard.

Sepeninggal kedua temannya, Charlotte memilih tidur tanpa menyadari apa yang akan terjadi. Gadis itu tak akan pernah tahu.

Di sisi lain, dengan langkah terburu-buru, Sendy segera pergi menuju asrama bawah tanah, dan secara kebetulan ia bertemu dengan tunangannya, Reinhard yang muncul dari pintu asrama.

"Sendy,"

"Rein,"

Mendengar Sendy memanggilnya dengan nama panggilan, Reinhard terlihat senang. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang