Hai, hai. Aku kembali nih, hehe. Double up apa tidak? Jangan lupa vote dan komen, supaya aku bisa double up hwehheeheh. Anyway mulai chapter ini ada ketentuan batas vote ya? Wkwkwk... Sapa tau sehari bisa double atau triple up.
Song in this part : Enemy - Imagine dragon
Chapter selanjutnya akan dipublish ketika vote mencapai 125
***
Charlotte sering kali berhadapan dengan pelahap maut di masanya, bahkan ia sering kali memuji kehebatan Bellatrix, orang kepercayaan Voldemort. Namun sekarang, jika dihadapkan dengan dua sosok yang ada dihadapannya, Charlotte menilai, wanita itu... yang memperkenalkan dirinya sebagai Vinda Rosier sangat berhati-hati dalam menilai musuhnya, langkahnya tertata dengan apik, termasuk strategi yang wanita itu miliki untuk memojokkannya. Sedangkan Bellatrix adalah tipe wanita yang berduel dengan mengerahkan segala kegilaan yang dia miliki.
Melihat dinding pertahanan yang Charlotte bangun mulai runtuh, dengan gegabah Potter memberi serangan balasan. Ia tak bisa melihat Charlotte yang dipojokkan oleh dua orang dewasa. Namun, serangan Potter tak ada artinya bagi mereka, justru mantra yang ia luncurkan berhasil Credence belokan dan menghantam dinding.
"Hm... Tidak terlalu buruk," Vinda berkomentar. "Empat lawan dua, bagaimana menurutmu, Credence?"
"Aku akan mengurusnya." Usulnya dengan mata yang melirik Charlotte.
Tapi, Vinda tak setuju dengan usul tersebut. "Tidak, aku tak setuju. Ia harus bertemu dengan Gellert dalam keadaan utuh dan waras, sebaiknya kau bereskan yang lain,"
Charlotte masih memilih untuk diam. Tak ada yang harus ia katakan pada mereka selain berpikir bagaimana cara membereskan dua pengikut Grindelwald ini. Perbandingan kekuatan mereka cukup jauh, terlebih profesor Vector tak akan bertahan lama karena sebelumnya wanita itu telah berusaha melindungi ketiga muridnya.
Ia tahu jelas bahwa mereka tak ingin menghabiskan banyak waktu, untuk itu kedua orang tersebut semakin tak manusiawi. Sinar hijau meluncur dan menghantam dada murid Hufflepuff. Fleamont dan Travis menghentikan aktivitas mereka ketika mendengar suara bruk yang kencang, pemuda yang telah berjuang bersama mereka ambruk ke lantai dan tubuhnya seketika kaku. Mereka menjerit sedih dan diliputi kemarahan yang mendalam.
Teriakan mereka membuat Vinda melirik lega. "Akhirnya... satu serangga berhasil dibereskan."
"How dare you?!" Charlotte yang diliputi amarah berseru tegas. Kematian yang menimpa murid Hufflepuff itu mengingatkannya akan banyak kematian di tahun 1997, di mana ia masih berperang dengan Voldemort.
Vinda tersenyum simpul. "Oh dear... Kau tak perlu marah. Itu kesalahannya karena sudah berani mengganggu kami."
Profesor Vector menatap tubuh muridnya yang sudah kaku dengan hati yang hancur. Ia tak pernah mengharapkan adanya kematian lain di Hogwarts. Netra abu-abunya berkilat dipenuhi rasa amarah dan air mata. "Kau tak bisa bertindak lebih dari ini!" Wanita itu memperingati Credence.
Duel antara profesor Vector dan Credence tak terhindarkan, keduanya saling melempar mantra dengan sengit. Ketika Travis dan Fleamont hendak maju menolong, wanita itu mendorong kedua muridnya dengan mantra untuk menjauhkan mereka dari situasi tersebut. Itulah cara yang digunakan profesor Vector untuk melindungi Fleamont dan Travis.
Vinda cukup tertarik dengan duel Credence, sayangnya ia harus fokus kembali dengan target mereka. Wanita itu melirik gadis yang kini menatapnya penuh amarah. "Lihat! Mereka semua akan terbunuh." Tutur Vinda yang mulai memberi angin panas pada Charlotte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession ✓
FanfictionFANFICTION Dikirim ke masa lalu untuk menemui Dumbledore, Charlotte bertekad mengubah masa depan. Demi masa depan dunia sihir, demi masa depan dirinya sekaligus teman-temannya. Charlotte terpaksa bertemu dengan Voldemort muda, ia tanpa sengaja terje...