13. Duel

3.2K 371 149
                                    

Halo semuanya. Maaf sekali kalo aku semakin jarang update. Untuk bulan ini sampe bulan depan mungkin aku akan jarang sekali update karena aku sibuk persiapan untuk acara pernikahan. Yak, betul... Masa lajangku telah berakhir hehe. Mohon doanya ya, guys 🥺🤧

Aku harap part ini bisa ngobatin rasa kangen kalian sama Tom & Yuju ✨ happy reading ❤️

Song in this part : Love Line - Hyolyn

***

Riddle bisa merasakan bila Charlotte terkadang memandanginya. Gadis itu seolah mempertanyakan kedatangannya. Riddle tetap menampilkan senyum terbaik dan berpura-pura tertarik dengan obrolan Potter. Sesekali Riddle menyahuti ucapan siswa berseragam merah tersebut, dan Charlotte cukup heran bila Riddle menjadi begitu ramah.

Charlotte tahu. Ia jelas-jelas tahu bahwa Riddle sedang berakting. Ia hanya berpikir apalagi yang laki-laki itu inginkan darinya.

"Mengapa kau kemari?"

Potter menoleh, memandang Riddle. Sejujurnya ia juga penasaran.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku ingin mengenalmu lebih dekat,"

Tidak! Dasar pembohong!

Riddle tak pernah berkata demikian.

Demi janggut Merlin, Charlotte yakin seratus persen Riddle sengaja mengatakannya di depan Fleamont. Penyihir dari keluarga Potter itu hanya melebarkan mata mendengar pengakuan santai Riddle, reaksi terkejutnya mudah sekali untuk dibaca.

Sudut pelipis Charlotte berkedut, ia kesal. "Mengapa?"

Riddle menopang dagunya, ia melirik Fleamont sekilas sebelum kembali memandang Charlotte lurus. "Aku tertarik padamu. Aku juga sudah mengatakannya."

Fleamont menahan napas sejenak, ia baru saja mendengar secara langsung bahwa Riddle yang selalu dikejar-kejar para gadis mengutarakan minatnya pada orang lain. Kali ini ia melirik Charlotte yang memandang Riddle dengan tatapan sebal, Fleamont beranggapan jika gadis itu telah menolak Riddle sebelumnya.

"Kau.... Tidak perlu repot-repot untuk tertarik padaku."

Riddle terkekeh. Entah mengapa melihat wajah merah Charlotte yang bercampur malu dan kesal begitu menyenangkan dimatanya. "Itu tidak repot. Bukan begitu, Potter?"

Riddle lagi-lagi sengaja, seolah menegaskan bahwa Potter tak boleh mendekati Charlotte. Potter mendadak kikuk ketika tiba-tiba ia dilibatkan dalam sebuah percakapan yang seharusnya tak ia dengar. Fleamont bisa menilai dari percakapan mereka bahwa ada yang ingin Riddle bicarakan secara pribadi pada Charlotte.

"E-Eh, y-ya. Kenapa tidak," tapi Fleamont menyadari jika ia memberi jawaban yang salah, tepat setelah Charlotte melotot padanya. "aku... kembali dulu,"

"Fleamont, kau--"

"Senang bisa berbicara denganmu, Potter." Riddle tersenyum lebar sekali ketika Potter bangkit dari meja Ravenclaw menyisakan Charlotte dan Riddle berdua.

Jarak duduk keduanya cukup jauh dari murid-murid Ravenclaw lain. Lagipula mereka juga tak sepenuhnya terkejut bila Riddle datang pada Charlotte. Gosip kedekatan mereka juga masih diperbincangkan.

Sepeninggal Fleamont, Charlotte menatap Riddle sekali lagi. Ia memperhatikan Riddle begitu santai mengunyah roti lapis. Gadis itu geram, ia merasa Riddle sengaja mendekatinya agar Fleamont pergi.

Merasa ditatap, kunyahan Riddle berhenti. Laki-laki tampan itu tersenyum manis. "Jangan menatapku seperti itu, aku tahu aku tampan."

Meteran emosi Charlotte kian meningkat, wajahnya begitu merah mendengar kenarsisan Riddle. Tak ingin beradu mulut, pada akhirnya Charlotte mengalah dan bangkit dari meja Ravenclaw sebelum pergi.

Obsession ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang