Prolog.

19.6K 1.5K 43
                                    

June, 2019

"Hai Mas." Sapa Karalyn ramah.

"Ohh.. Hai Saras." Janu berdiri sambil menatap gadis yang selalu ibunya ceritakan dengan tatapan kagum. Dia cantik, mungkin lebih terkesan kekanakan dari raut wajahnya. Berbanding terbalik dengan baju sexy yang dia kenakan.

Ini pertemuan kedua mereka setelah beberapa bulan lalu mereka dipertemukan pada makan malam keluarga, kali ini mereka makan berdua.

Karalyn mengangguk sambil terkekeh geli mendengar seseorang memanggil nama kecilnya karena hanya keluarga terdekatnya saja yang tau nama itu. Rasanya masih aneh karena ada orang selain keluarganya yang memanggil nama itu.

Tapi karena ini Janu, Karalyn maklumi.

"Sorry ya telat, tadi abis dari studio macet banget." kata Karalyn duduk dibangku yang ditarik Janu. "Thank you, Mas."

Janu kemudian duduk kembali dibangkunya.

Karalyn mengangguk sambil tersenyum "So, apa kabar Mas? Betah ya di New York? Tante Ayu cerita katanya Mas Janu baru bisa pulang bulan ini." Karalyn tersenyum.

Tante Ayu, Ibunda Janu kadang menceritakan segala tentang anak sulungnya ini. Tentang Janu yang baru selesai mengambil gelar magister di Colombia University. Janu yang punya bisnis properti. Banyak juga hal-hal baik tentang Janu yang dia dengar dari Tante Ayu dan Maminya.

"Ya disana nyaman." jawab Janu singkat. "Saya juga dengar banyak tentang kabar kamu dari Ibu."

"Tante Ayu sering ceritain aku??" pekik Karalyn membelak kaget, "Eh sorry, kaget banget. Soalnya aku jarang ketemu juga sama Tante Ayu." Karalyn kembali menetralkan ekspresinya.

Ini pertemuan kedua Karalyn dengan Januar Lesmadi, jadi dia harus jaga image biar gak malu-maluin.

Janu tersenyum santai, "Iya, dia cerita tentang kamu tiap telfon. Sampe saya hapal banget kata-katanya."

"Gimana?" tanya Karalyn penasaran dan excited secara bersamaan, siapa juga yang gak seneng kalau diceritain sama orang lain apalagi kayaknya hal baik.

"Nanti. Ada yang lebih penting dari itu." Janu menatap mata Karalyn yang meredup, padahal baru sedetik tadi matanya berbinar cerah.

"Besok, pertemuan keluarga. Mereka cuma mau satu jawaban pasti."

"Mereka yang punya kepentingan kenapa kita dibawa-bawa?" Karalyn masih marah karena merasa dijadikan jaminan pengikat oleh keluarganya.

Keluarga Tjandra memang pemegang perekonomian terkuat di negara ini. Semua aspek bisnis mereka berkembang pesat dengan banyaknya anak cabang yang berhasil menguasai kota-kota di negara ini. Tidak banyak yang tau kalau Karalyn Sarasasmita adalah putri tunggal Keluarga Tjandra.

"Mungkin agar kedua keluarga tetap berhubungan baik setelah perjanjian itu selesai." jawab Janu realistis.

"Mereka numbalin anaknya jadi janda." Karalyn mendengus.

"Didalam kamus saya gak ada perceraian. Jadi kalau kamu nikah sama saya, kamu gak bakalan jadi janda. Kecuali saya mati duluan."

"Kamu serius, Mas?" tanya Karalyn kaget. "Kalau kita gak cocok gimana? Atau one day kita nemu orang yang kita cinta?"

"Serius." kata Janu tegas, "Dicoba aja belom."

Karalyn menatap Janu tepat dimatanya, "Kalau kita nikah berarti aku gak ada jalan buat kabur dari kamu?"

Janu mengangguk, "Lebih baik dari sekarang."

Karalyn menghembuskan nafas pelan, "To be honest aku gak punya rencana nikah dalam waktu dekat, apalagi buat punya anak."

KARALYN: The Girl on MagazinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang