Bucin in Private

12.1K 1.2K 244
                                    

Hari ini Karalyn udah ngajakin eyang pergi ke taman sesuai dengan janjinya kemarin, bahkan berbincang sambil menyiram bunga-bunga angrek miliknya. Siang nanti eyang udah mau pulang.

Karalyn agak sedih sebenernya, rumah jadi sepi lagi. Dia butuh teman ngobrol.

Janu? Ah sudahlah. Mana ngerti dia soal anggrek, mana ngerti soal tas branded keluaran terbaru, mana ngerti soal keinginan Karalyn buat melihara makhluk gemas dirumah??

Kucing gak boleh. Mau ngurus anjing, astaghfirullah harom. Terus ngurus anak juga gak mau.

Emang terlalu cinta sama gue ya si Mas, makanya pengen dua-duaan mulu, ihiyy.

Seketika Karalyn terngiang kata-kata si Januar Gengsi Lesmadi, "Jangan geer." repeated 999x like kaset rusak.

Sekarang dia lagi diajarin eyang masak makanan wajib Keluarga Lesmadi katanya.

"Itu santannya kenapa sedikit banget??" kata Eyang memarahi Karalyn. "Kurang banyak, masak tuh sekalian pikirin berapa banyak yang makan!"

Karalyn meringis, "Maaf eyang aku kebiasaan masakin buat Mas doang.."

"Itu bumbunya instan?" tanya Eyang pada Karalyn.

"Iya.. ini enak eyang, Mas juga suka pake bumbu ini." kata Karalyn sambil membuka bungkus bumbu instan itu.

"Haduhh! Lain kali kamu bikin bumbu sendiri. Pake cobek atau blender aja! Bumbu kayak gitu bisa aja gak sehat ada bahan pengawetnya!" kata Eyang mulai ceramah sambil terus mengaduk opor ayam.

"Rempah-rempahnya lagi abis.."

"Istri yang baik itu yang bisa menjaga kesehatan keluarganya. Mulai dari ngatur makanan yang bersih dan bergizi. Rumah juga ditata biar gak banyak kuman."

"Olahraga juga jangan lupa. Semua dipercantik, diperbaiki, jangan cuma badanmu aja yang dipercantik."

Karalyn mengulum bibirnya, hadehh badan semok gue lagi yang kena..

"Liat suamimu, sehat gak dia?" tanya Eyang pada Karalyn.

"Sehat sih eyang, selama ini juga Mas jarang sakit." kata Karalyn.

"Bagus kalau gitu, perhatikan terus suamimu."

Karalyn terus mendengarkan dan menanggapi ocehan eyang dengan tenang dan santai. Bahkan dia bisa bersikap tenang walaupun omongan eyang menyindir dan melukai hatinya. Mas Janu bilang jangan dimasukin ke hati, anggap aja angin lalu.

Kalau dia gak becus ngurusin Janu itu bukan eyang yang berhak menilai, tapi Janu. Karena cuma Janu yang tau Karalyn gimana.

Kalau Karalyn katanya gak pantes buat jadi istrinya Janu itu juga bukan orang lain yang menilai tapi Janu.

"Sayang, masak apa?" tanya Janu yang baru turun dari kamar dengan pakaian rapi dan wangi. Dia mendekati Karalyn dan mencium pipinya.

Karalyn melotot pada Janu,"Opor ayam, gudeg--"

Janu ikut melotot sambil menunjuk eyang dengan dagunya. Karalyn memicing kemudian dia kembali memfokuskan atensinya pada eyang.

"Tadi satu lagi apa eyang, buntil?"

Eyang mengangguk santai, "Udah pas bumbunya?" tanya eyang sambil meniupi kuah opor untuk Karalyn.

Karalyn berbinar senang kemudian mengangguk, "Udah enak eyang!!"

"Apa nih kok udah suap-suapan?" tanya Janu sambil terkekeh.

"Kenapa memangnya? Mau juga disuapi?" tanya Eyang pada Janu.

KARALYN: The Girl on MagazinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang